DOWNLOAD CONTOH MAKALAH KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO
Selamat berbahagia para peselancar dunia maya.
Apa kabar kalian? Hari ini admin akan berbagi kepada kalian tentang MAKALAH KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO yang pernah admin buat. Semoga aja menjadi pencerahan bagi kalian
yang akan membuat makalah kebijakan-kebijakan ekonomi makro. Silakan menyimak.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
EKONOMI MAKRO
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro untuk
membuat makalah tentang Kebijakan-Kebijakan Ekonomi Makro
Oleh :
Defi Sri Harwati
(7101413194)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah tentang
Kebijakan-Kebijakan Ekonomi Makro. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi Makro.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Semarang, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL......................................................... i
KATA
PENGANTAR...................................................... ii
DAFTAR
ISI..................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................... 2
C.
Tujuan..................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Jenis-Jenis Kebijakan Ekonomi Makro................... 3
B.
Instrumen-Instrumen Kebijakan Ekonomi Makro... 10
C.
Dampak Kebijakan Ekonomi Makro terhadap
Perekonomian 14
BAB
III PENUTUP
Simpulan.................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekonomi deskriptif
mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang relevan mengenai suatu masalah
teori ekonomi atau economy analysis yang selanjutnya bisa di pecah
lagi kedalam dua kelompok besar yaitu kelompok teori ekonomi mikro
dan kelompok teori ekonomi makro. Ekonomi Makro merupakan bagian dari Ilmu
Ekonomi yang mengkususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian
sebagai suatu keseluruan. Dengan demikian hubungan yang ingin dipelajari oleh
Ekonomi Makro pada pokoknya ialah hubungan-hubungan antara variabel ekonomi
agregatif.
Tujuan yang ingin dicapai
dalam bidang ekonomi adalah mencapai tingkat kesejahteraan yang
sebesar-besarnya dalam segala aspek kehidupan. Di sinilah peran pemerintah
sangat dominan dan paling bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya.
Krisis global pada
beberapa waktu yang lalu cukup membuat keadaan perekonomian di berbagai Negara
sangat menghawatirkan dan membuat tingkat perekonomian menerun tajam, yang
mengakibatkan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi terhadap masa depan suatu
Negara yang mengalaminya. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian
pun ikut menurun tajam dikarenakan terjadinya krisis global tersebut.
Berbagai cara telah
dilakukan demi mengembalikan kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian
yang menurun tajam tersebut kembali stabil dan kembali dalam keadaan yang aman.
Salah satu cara yang dilakukan Negara Indonesia untuk mengatasi dan mencegah
terjadinya krisis global tersebut agar tidak terulang kembali adalah melakukan
kebijakan-kebijakan yang bertujuan agar kondisi perekonomian Indonesia pulih
kembali.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis-jenis
kebijakan ekonomi makro?
2.
Bagaimana
instrumen-instrumen kebijakan ekonomi makro?
3.
Bagaimana dampak
kebijakan-kebijakan ekonomi makro terhadap perekonomian?
C.
Tujuan
1.
Untuk menyelesaikan tugas
ekonomi makro untuk membuat resume/makalah tentang kebijakan-kebijakan ekonomi
makro.
2.
Untuk mengetahui apa saja
jenis-jenis kebijakan ekonomi makro.
3.
Untuk mengetahui bagaimana
instrumen-instrumen kebijakan ekonomi makro.
4.
Untuk mengetahui bagaimana
dampak kebijakan-kebijakan ekonomi makro terhadap perekonomian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Kebijakan
Ekonomi Makro
Kebijakan ekonomi makro, ialah kebijakan ekonomi yang mencakup
semua aspek ekonomi pada tingkat nasional (agregat).
1.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal
berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor publik. Kebijakan
ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun
kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu
cara untuk mengatur mobilisasi dana domestik, dengan instrumen utamanya
perpajakan. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, kebijakan moneter
dan kebijakan luar negeri belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan
demikian, peranan kebijakan fiskal dalam bidang perekonomian menjadi semakin
penting.
Kebijakan Fiskal adalah
kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan atau
mengarahkan perekonomian pada saat kondisi yang lebih baik. Caranya yaitu
mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh
oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan
pembangunan.
Kebijakan pemerintah ini
ditujukan unuk mempengaruhi jalan atau proses kehidupan ekonomi masyarakat
melalu Anggaran Belanja Negara atau APBN. Dari semua unsur APBN hanya
pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur
oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila
perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan
permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan
pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan
anggaran.
Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter,
yang bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga
dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama
kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan
dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan
pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
a.
Permintaan
agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
b.
Pola persebaran sumber
daya
c.
Distribusi pendapatan
Dengan kebijaksanaan
fiskalnya pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari
keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak pengangguran,
inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit dan
sebagainya. Ada analisis yang dipakai dalam kebijakan fiskal, yaitu:
a.
Analisis kebijaksanaan fiskal
dalam sistem perpajakan yang sederhana. Dengan adanya tindakan fiskal pemerintah,
pengeluaran masyarakat untuk konsumsi tidak lagi secara langsung ditentukan
oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional, akan tetapi oleh tinggi rendahnya
pendapatan yang siap untuk di belanjakan atau disposable income.
b.
Analisis kebijaksanaan fiskal dalam
system perpajakan yang Built-in Flexible. Yang dimaksud dengan system
perpajakan yang built-in flexible adalah system pemungutan pajak pendapatan,
maksudnya adalah untuk meratakan distribusi pendapatan agar tidak terjadi
ketegangan – ketegangan social. Dikatakan flexible karena mengikuti pendapatan,
apabila pendapatan besar maka jumlah pajak yang di bayar besar dan begitu
sebaliknya.
Kebijakan fiskal memiliki beberapa konsep, adapun konsepnya adalah
sebagai berikut:
a.
Kebijakan fiskal :
perubahan-perubahan pada belanja atau penerimaan pajak pemerintah pusat yang
dimaksudkan untk mencapai penggunaan tenaga kerja-penu, stabilitas harga, dan
laju pertumbuhan ekonomi yang pantas.
b.
Kebijakan Fiskal
Ekspansioner : peningkatan belanja pemerintah dan/atau penurunan pajak yang
dirancang untuk meningkatkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk meningkatkan produk domestik bruto dan
menurunkan angka pengangguran.
c.
Kebijakan Fiskal Kontraksioner
: Pengurangan belanja pemerintah dan/atau peningkatan pajak yang dirancang
untuk menurunkan permintaan agregat dalam perekonomian. Tujuan dari kebijakan
ini adalah untuk mengontrol inflasi.
d.
Efek Pengganda : dalam
ilmu ekonomi, peningkatan belanja oleh konsumen, perusahaan atau pemerintah
akan menjadi pendapatan bagi pihak-pihak lain. Ketika orang ini membelanjakan
pendapatkannya, belanja tersebut menjadi pendapatan bagi orang lain dan
seterusnya, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan produksi dalam suatu
perekonomian. Efek pengganda dapat juga berdampak sebaliknya ketika belanja
mengalami penurunan.
e.
Kebiljakan Fiskal
Sisi-penawaran : kebijakan fiskal dapat secara langsung mempengaruhi bukan saja
permintaan agregat, namun juga penawaran agregat. Sebagai contoh, pemotongan
tarif pajak akan memberikan insentif bagi perusahaan untuk melakukan
ekspansi atau investasi barang modal karena mereka memperoleh pendapatan
setelah pajak yang lebih besar yang kemudian dapat dibelanjakan.
Kebijakan fiskal sering
kali menghadapi permasalah seperti yang disebutkan di bawah ini :
a.
Masalah waktu
b.
Pertimbangan politis
c.
Respon pelaku ekonomi
d.
Dampak crowding-out
e.
Kondisi perekonomian
dunia/luar negeri
2.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah
kebijakan ekonomi yang digunakan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk
mengendalikan atau mengarahkan perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau
diinginkan dengan mengatur jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku
bunga. Perkembangan perekonomian yang diinginkan dicerminkan oleh stabilitas
harga, pertumbuhan ekonomi, dan kesempatan kerja yang tersedia. Kebijakan
moneter juga Dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga
pinjaman, margin reqruitment, kapitalisasi
untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir atau melalui
persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain. Kebijakan moneter tujuan
utamanya adalah mengendalikan jumlah uang yang beredar (JUB).
Kebijakan moneter terkait
dengan uang beredar, suku bunga dan perbankan. Kebijakan moneter
dapat bersifat ekspansif yaitu meningkatkan likuiditas di pasar dan
dapat bersifat kontraktif yaitu menarik likuiditas di pasar. Kebijakan
moneter dapat terkait dengan perekonomian domestik maupun eksternal. Kebijakan
moneter yang terkait dengan perekonomian domestik diarahkan untuk menjaga pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, sedangkan yang
terkait dengan kegiatan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) diarahkan untuk
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni
menjaga stabilisasi ekonomi(rupiah) yang dapat diukur dengan kesempatan kerja,
kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Bank Sentral atau Otoritas
Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan
barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan
kelancaran dalam pasokan/distribusi barang agar tujuan dari kebijakan moneter
dapat terealisasikan. Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu
namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro
wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
a.
Kebijakan moneter
ekspansif / Monetary Expansive Policy: Penurunan suku bunga
BI rate, penurunan suku bunga SBI, penurunan suku bunga diskonto, peningkatan
jumlah uang beredar, dan penurunan dalam Giro Wajib Minimum (GWM). Jika Bank
Sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar maka tingkat suku bunga akan turun,
dampaknya adalah peningkatan dalam investasi yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan permintaan aggregat.
b. Kebijakan moneter kontraktif/Monetary
Contractive Policy: Peningkatan BI rate, peningkatan suku bunga
diskonto, penurunan jumlah uang beredar, dan peningkatan dalam Giro Wajib
Minimum (GWM).
Dengan kata lain,Kebijakan
moneter adalah proses di mana pemerintah, bank sentral, atau otoritas moneter
suatu negara kontrol suplai (i) uang, (ii) ketersediaan uang, dan (iii) biaya
uang atau suku bunga untuk mencapai menetapkan tujuan berorientasi pada
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Adalah penting bagi para pembuat kebijakan
untuk membuat pengumuman kredibel.
Kebijakan Moneter bertumpu
pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu harga di
mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang.
Kebijakan moneter
mempunyai tujuan yang sama dengan kebijakan ekonomi pemerintah lainnya.
Perbedaannya terletak pada instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah maka dalam
kebijakan moneter Bank Sentral (Bank Indonesia) mengendalikan jumlah uang yang
bersedar (JUB).
Melalui kebijakan moneter,
Bank Sentral dapat mempertahankan, menambah, atau mengurangi JUB untuk memacu
pertumbuhan ekonomi sekaligus mempertahankan kestabilan harga-harga. Berbeda
dengan kebijakan fiskal, kebijakan moneter memiliki selisih waktu (time lag)
yang relatif lebih singkat dalam hal pelaksanaannya. Hal ini terjadi karena
Bank Sentral tidak memerlukan izin dari DPR dan kabinet untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi dalam
perekonomian.
Adapun jenis-jenis
kebijakan moneter antara lain:
a.
Inflasi Penargetan
b. Harga Penargetan Tingkat
c.
Agregat Moneter
d. Nilai Tukar Tetap
3.
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan Perdagangan Luar
Negeri merupakan salah satu bagian kebijakan ekonomi makro. Kebijakan
Perdagangan Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang
mempengaruhi struktur atau komposisi dan arah transaksi perdagangan serta
pembayaran internasional. Karena merupakan salah satu bagian dari kebijakan
ekonomi makro maka kebijakan perdagangan internasional bekerja sama dengan baik
dengan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
Tujuan dari kebijakan
perdagangan luar negeri yaitu sebagai berikut :
a.
Melindungi kepentingan
nasional dari pengaruh negatif yang berasal dari luar negeri seperti dampak
inflasi di luar negeri terhadap inflasi di dalam negeri melalui impor atau efek
resesi ekonomi dunia (krisis global) pertumbuhan ekspor Indonesia.
b. Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang
impor.
c.
Menjaga keseimbangan
neraca pembayaran sekaligus menjamin persediaan valuta asing (valas) yang
cukup, terutama untuk kebutuhan impor dan pembayaran cicilan serta bunga utang
luar negeri.
d. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
e.
Meningkatkan kesempatan
kerja.
4.
Kebijakan Sektor Riil
Sektor riil merupakan
kegiatan produktif yang menghasilkan barang dan jasa serta sangat terkait
dengan permintaan agregat dan penawaran agregat dalam perekonomian dan tidak
termasuk dalam kategori sektor moneter. Namun, kebijakan sektor riil lebih
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan harga melalui sisi penawaran.
Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan sektor riil diantaranya adalah:
a.
Dukungan dana atau
pembiayaan untuk kegiatan investasi, misalnya untuk pembelian mesin, lahan,
atau alat produksi lainnya.
b. Dukungan regulasi di bidang ketenagakerjaan dan kepailitan,
sistem perpajakan, investasi, kepabeanan, dan regulasi lainnya untuk kepastian
berusaha.
c.
Kesiapan infrastruktur
publik dalam rangka mendorong kegiatan produksi.
d. Efisiensi birokrasi, misalnya perijinan investasi.
B. Instrumen-Instrumen
Kebijakan Ekonomi Makro
1.
Kebijakan Fiskal
Instrumen kebijakan fiskal
adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan
pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan
berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat
akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan
output industri secara umum.
Instrumen utama kebijakan
fiskal adalah pajak (T) dan pengeluaran pemerintah (G). Kebijakan fiskal
pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif.
a.
Kebijakan yang bersifat
ekspansif dilakukan pada saat perekonomian sedang menghadapi masalah
pengangguran yang tinggi. Contoh kebijakan fiskal ekspansif : Peningkatan jumlah
pengeluaran pemerintah, peningkatan gaji PNS, peningkatan subsisdi
BBM, pemberian BLT, stimulus fiskal, dan penurunan pajak.
b. Kebijakan fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang
dilakukan pada saat perekonomian mencapai kesempatan kerja penuh atau
menghadapi inflasi. Kebijakan fiskal kontraktif : Penurunan
pengeluaran pemerintah, pengetatan anggaran, peningkatan tarif pajak, dan
pencabutan subsidi BBM.
Adapun instrumen-instrumen
nya antara lain :
a.
Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal
Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang
resesifrr.
b.
Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal
Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran
surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
c.
Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan
pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang
yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.
2.
Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,
yaitu antara lain :
a.
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang
beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.
b.
Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar
dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum
kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral.
Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank
sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang
beredar berkurang.
c.
Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar
dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan
wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d. Himbauan Moral (Moral
Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah
uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam
mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar
bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.
e.
Kredit selektif
Politik bank sentral untuk mengurangi jumlah uang yang beredar
dengan cara memperketat pemberian kredit
f.
Politik sanering
Ini dilakukan bila sudah terjadi hiper inflasi, ini pernah
dilakukan BI pada tanggal 13 Desember 1965 yang melakukan pemotongan uang dari
Rp.1.000 menjadi Rp.1
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
3.
Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Kebijakan perdagangan luar
negeri terbagi menjadi dua macam, yaitu :
a.
Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor
Tujuan Kebijakan
Pengembangan atau Promosi Ekspor adalah untuk mendukung dan meningkatkan
pertumbuhan ekspor. Tujuan kebijakan ini dapat dicapai dengan berbagai
kebijakan, antara lain kebijakan perpajakan dalam berbagai bentuk, misalnya
pembebasan atau keringanan pajak ekspor dan penyediaan fasilitas khusus kredit
perbankan bagi eksportir.
b.
Kebijakan Proteksi atau Kebijakan Impor
Kebijakan Proteksi atau
Kebijakan Impor bertujuan untuk melindungi industry di dalam negeri dari
persaingan barang-barang impor. Kebijakan proteksi dapat diterapkan dengan
berbagai instrumen, baik yang berbentuk tarif maupun non tarif.
Proteksi-proteksi yang dilakukan dengan tidak menggunakan tarif disebut
non-tariff barriers. Hambatan yang termasuk ke dalam hambatan non-tarif, antara
lain kuota, subsidi, diskriminasi harga, larangan impor, premi, dan dumping.
4.
Kebijakan Sektor Riil
Contoh kebijakan sektor riil antara lain : kebijakan industri,
perdagangan (termasuk ekspor-impor), investasi, tenaga kerja, pertanian,
pertambangan, dan teknologi.
C. Dampak Kebijakan
Ekonomi Makro terhadap Perekonomian
Secara umum tujuan
Kebijakan Ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
2. Mewujudkan keadaan ekonomi yang stabil.
3. Menghindari inflasi.
4. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi.
5. Neraca pembayaran yang tidak defisit.
6. Mewujudkan pemerataan dan keadilan pembangunan.
Tujuan utama atau akhir
kebijakan ekonomi adalah untuk meningkatkan taraf hidup atau tingkat
kesejahteraan masyarakat. Diukur secara ekonomi, kesejahteraan masyarakat
tercapai bila tingkat pendapatan riil rata-rata per kapita tinggi dengan
distribusi pendapatan yang retif merata.
1.
Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Perekonomian
Tujuan dari kebijakan
fiskal yaitu:
a.
Untuk meningkatkan
produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.
b. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
c.
Untuk menstabilkan
harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.
Secara khusus dampak kebijakan fiskal terhadap perekonomian
dijelaskan sebagai berikut:
a. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan
Inflasi
Kebijakan
fiskal ekspansif dilakukan untuk menngatasi resesi ekonomi. Kebijakan fsikal
ekspansif dapat dilakukan dengan pemotongan pajak, dengan begitu akan
menstimulus pasar barang dan meningkatkan output nasional (Keynes).
Dalam
teori Keynes mengasumsikan bahwa hasil output nasional atau PDB sangat
ditentukan oleh keinginan rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah untuk
membelanjakan pendapatannya. Karena semakin banyak pelaku ekonomi yang
berbelanja maka semakin banyak barang dan jasa yang dikeluarkan perusahaan. Faktor
peningkatan permintaan barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan akan
berdampak pada peningkatan faktor tenaga kerja, sehingga menyebabkan menurunnya
pengangguran.
Dalam teori kedua Keynes
kenaikan harga barang-barang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi akibat
adanya kenaikan biaya produksi dikarenakan adanya kenaikan dari faktor-faktor
produksi itu sendiri hal ini adalah hubungan instrumen fiskal dengan inflasi
yaitu cosh push inflation. Penerimaan yang berhubungan positif
terhadap inflasi sesuai dengan teori tersebut, karena kebijakan perpajakan
dengan menaikkan tarif pajak. Seperti tarif pajak untuk impor barang modal dan
bahan baku, pajak penghasilan dan selain nya untuk mendorong peningkatan biaya
produksi. Pada akhirnya terjadi kenaikan inflasi (cosh push inflation) karena perusahaan meningkatkan harga
output untuk memperoleh laba maksimal. Diakibatkan karena kenaikan biaya
produksi mempengaruhi harga faktor produksi sehingga berdampak pada kinerja
perusahaan dengan menaikkan harga output atau mengurangi output produksi yang
akhirnya juga menaikkan harga.
Salah satu kebijakan fiskal
adalah kenaikan tarif pajak tinggi yang sangat membebankan kegiatan produksi,
akibatnya perusahaan barang dan jasa mengurangi hasil output produksinya. Hal ini
menciptakan dasar terjadinya inflasi yaitu menurunnya penawaran sedangkan
permintaan tetap.
b. Kebijakan Fiskal dalam Sistem Nilai Tukar Mengambang Dengan Aliran Modal Tidak Sempurna
Dampak kebijakan fiskal
ekspansif mengakibatkan pergeseran kurva IS dari Iso ke IS1. Adanya peningkatan
output pada domestik mengakibatkan pendapatan naik. Agar terjadinya aliran
masuk dalam perekonomian, neraca pembayaran surplus dan kurs apresiasi harus meningkatkan
tingkat bunga untuk menjaga permintaan uang sama dengan jumlah uang beredar
yang tetap.
Hasil dari apresiasi nilai
tukar yaitu pergeseran kurva BOP dari BOP0 ke BOP1. Pada setiap tingkat bunga
keseimbangan neraca pebmbayaran menghasilkan tingkat pendapatan yang lebih
rendah dikarenakan adanya pergerakan pembelanjaan dari barang domestik ke
barang luar negeri yang harganya lebih murah disebackan karena apresiasi kurs.
Hal tersebut terjadi karena kurva IS bergeser ke kiri sebagai akibat naiknya impor
barang dan jasa. Perpotongan antara kurva BOP1 dengan LM0 menyebabkan
terjadinya keseimbangan baru IS2.
2.
Dampak Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian
Kebijakan moneter memiliki
beberapa tujuan. Adapun tujuan ekonomi moneter adalah untuk mencapai stablisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan :
a.
Kesempatan kerja
Dengan adanya kesempatan kerja atau lowongan pekerjaan maka
makin besar dalam meningkatkan produksi, selain dapat meningkatkan produksi
maka dapat juga membantu masyarakat yang menjadi pengangguran. Semakin besar
gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi.
Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini
berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan
karyawan.
b. Kestabilan harga
Harga yang makin kian tinggi membuat masyarakat menjadi resah,
tiap tahunnya harga barang bukannya menjadi turun tetapi semakin naik, untuk
mencegah harga yang semakin naik maka pemerintah menstabilkan harga sehingga
harga tidak mengalami kenaikkan setiap tahunnya. Apabila kestablian harga
tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat percaya
bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa
depan.
c.
Neraca pembayaran
internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan
stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional
seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
d. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of
exchange) dalam perekonomian.
e.
Mempertahankan
keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat
harga.
f.
Distribusi likuiditas yang
optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada berbagai
sektor ekonomi.
g. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat
terealisasi melalui sumber penerimaan yang normal.
Secara lengkap
dampak Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi akan dijelaskan dalam
uraian berikut:
Pada saat kebijakan yang
ekspansif dibuat oleh kebijakan moneter untuk memulihkan perekonomian setelah
terjadi resesi adalah dengan meningkatkakn jumlah uang beredar yang ada
dimasyarakat, secara otomatis permintaan uang dimasyarakat kan meningkat (money
demand). Peningkatan dalam hal ini mengakibatkan turunnya suku bunga atau harga
uang, yang selanjutnya akan direspon oleh aktivitas disektor riil seperti
investasi dan akhirnya akan meningkatkan agregat demand dan pertumbuhan ekonomi
akan tercapai.
Perubahan dalam jumlah
uang beredar akan berpengaruh terhadap suku bunga jangka pendek dan jangka
menengah di pasar uang dan setelah itu akan berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan nasional. Hal ini mengawali perubahan kebijakan moneter tersebut
dapat digunakan untuk menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter. Dalam
pengaruh kebijakan moneter terhadap terwujudnya sasaran memerlukan tenggat
waktu (time lag) yang panjang dan bekerja melalui jalur-jalur transmisi moneter
yang pada akhirnya tidak muncul seketika.
Menggunakan instrumen
kebijakan suku bunga SBI lebih efektif dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
daripada menggunakan instrument jumlah uang beredar yang waktu tenggat dan
responnya lebih lama terhadap pertumbuhan ekonomi. Dikarenakan respon dari
sector perbankan dan sector riil lebih cepat merespon suku bunga SBI daripada
jumlah uang yang beredar. Sector perbankan belum tentu memungkinkan melakukan
intervensi kebijakannya dengan menentukan harga atau suku bunga dengan
keputusan dinaikkan atau diturunkan ketika terjadinya kondisi jumlah uang yang
beredar meningkat dalam jangka panjang.sehingga dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan ekonomi lebih cepat ditingkatkan ketika otoritas moneter
menggunakan instrument suku bunga SBI sebagai intervensi kebijakannya.
Tingkat bunga turun karena
pergeseran kurva LM dari LM0 ke LM1 dari kebijakan moneter ekspansif dengan
menaikkan jumlah uang beredar. Menurunnya tingkat bunga menyebabkan aliran
modal keluar mengakibatkan neraca pembayaran deficit sehingga kurs naik (mata
uang domestic depresiasi), selanjutnya depresiasi mengakibatkan harga relative
barang dan jasa menjadi lebih murah daripada luar negeri. Pengeluaran dialihkan
untuk barang dan jasa domestic, disisi lain ekspor naik dan kurva IS bergeser
kekanan dari IS0 ke IS1. Depresiasi nilai tukar domestic membuat kebijakan
moneter sebagai instrument yang efektif untuk mencapai keseimbangan internal
(Yib).
BAB III
SIMPULAN
Jenis-jenis kebijakan ekonomi makro diantaranya kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, dan kebijakan sektor riil .
Kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja
pemerintah. Kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi yang digunakan Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter, untuk mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian pada kondisi yang lebih baik atau diinginkan dengan mengatur
jumlah uang yang beredar (JUB) dan tingkat suku bunga. Kebijakan Perdagangan
Luar Negeri adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah yang mempengaruhi
struktur atau komposisi dan arah transaksi perdagangan serta pembayaran
internasional. Kebijakan sektor riil lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dan harga melalui sisi penawaran.
Adapun instrumen-instrumen kebijakan fiskal antara lain :
Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif, Anggaran Surplus (Surplus Budget) /
Kebijakan Fiskal Kontraktif, dan Anggaran Berimbang (Balanced Budget).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain : Operasi Pasar Terbuka (Open Market
Operation), Fasilitas Diskonto (Discount Rate), Rasio Cadangan Wajib (Reserve
Requirement Ratio), Himbauan Moral (Moral Persuasion), Kredit selektif, dan
Politik sanering. Kebijakan perdagangan luar negeri terbagi menjadi dua macam,
yaitu : Kebijakan Pengembangan atau Promosi Ekspor dan Kebijakan Proteksi atau
Kebijakan Impor.
Dampak kebijakan ekonomi makro terhadap perekonomian diantaranya
dampak kebijakan fiskal terhadap output dan inflasi dan dampak kebijakan
moneter terhadap pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi Holic. 2012. Tujuan dan Kebijakan Ekonomi Makro. http://www.ekonomi-holic.com/2012/05/tujuan-dan-kebijakan-ekonomi-makro.html
diakses pada 8 Mei 2015.
Libra, Donie. 2011. Makalah Ekonomi Makro tentang kebijakan
fiskan dan moneter. https://donielibra.wordpress.com/makalah-ekonomi-makro-tentang-kebijakan-fiskal-dan-moneter/
diakses pada 8 Mei 2015.
Ramdan, Rodlial. 2014. Makalah Kebijakan Ekonomi di Indonesia. http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-kebijakan-ekonomi-di-indonesia.html
diakses pada 8 Mei 2015.
Nopirin. 1987.
Ekonomi Moneter, Yogyakarta:
BPFE.
Danart. 2013. Makalah Teori Masalah Kebijakan Ekonomi. http://art-buleleng.blogspot.com/2013/12/makalah-teori-masalah-kebijakan-ekonomi.html
diakses pada 8 Mei 2015
Komaludin, Ade. 2008. Memahami Tujuan
Kebijakan Ekonomi Makro.
https://adekomaludin.wordpress.com/ diakses pada 8 Mei 2015.
Suryadi, Didi. 2014. Makalah
Kebijakan Pemerintah Indonesia Dalam Ekonomi. http://didisuryadi94.blogspot.com/2014/01/makalah-kebijakan-pemerintah-indonesia.html
diakses pada 8 Mei 2015.
Yuliana Capista, Tika.
2013. Macam-Macam Kebijakan Ekonomi. http://yulianacapiesta.blogspot.com/2013/04/bab-8-macam-macam-kebijakan-ekonomi.html
diakses pada 8 Mei 2015.
Wahyuning Putri, Niken
3013. Macam-Macam Kebijakan Pemerintah. http://nikenwp.blogspot.com/2013/04/macam-macam-kebijakan-pemerintah.html
diakses pada 8 Mei 2015.
Asdi, Ganjar. 2012. Instrumen Kebijakan-Kebijakan dalam
Makroekonomi. http://ganjar-asdi.blogspot.com/2012/04/instrumen-kebijakan-dalam-makroekonomi.html
diakses pada 8 ei 2015.
Shaffirah Kammila. 2011. Berbagai Kebijakan Ekonomi di Indonesia. http://kammilashaffirah.blogspot.com/2011/02/berbagai-kebijakan-ekonomi-di-indonesia.html
diakses pada 8 ei 2015.
Shiningwiris. 2012. Kebijakan Moneter. https://shiningwiris.wordpress.com diakses
pada 8 ei 2015.
Astari Widya. 2012. Pengantar Ilmu Ekonomi Responsi. http://widyaastariduties.blogspot.com/2012/10/pengantar-ilmu-ekonomi-responsi.html
diakses pada 8 ei 2015.
Nurdianti, Sri. 2014. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter terhadap
Perekonomian. https://srinurdianti26.wordpress.com/2014/04/17/dampak-kebijakan-fiskal-dan-moneter-terhadap-perekonomian/
diakses pada 8 Mei 2015.
Kresna, Yudha. 2013. Pengertian Ekonomi Makro. http://weblog.esaunggul.ac.id/about-me/kuliah/tugas-1/ekonomi-makro/
diakses pada 8 Mei 2015.
Akram, Gio. 2013. Dampak Kebijakan Makro Ekonomi dalam
Perekonomian Tertutup. http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/dampak-kebijakan-makro-ekonomi-dalam.html
diakses pada 8 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar