Arti Bersyukur Menurut Kamu
Hallo. Selamat berbahagia guys. Okay apa kabar kalian di bulan
ini. Bulan yang sangat berkesan bukan? Semoga sih berkesan. Dan buat kalian yang
punya unek-unek bisa kok share unek-unek kalian di komentar nanti pasti gue
baca terus kalau sempet gue jawab kok.
Okay hari ini gue akan share pengalaman gue. Asli kisah hidup
gue. Malu juga sih kalau harus diceritain ke kalian karena ini hanya akan
membuka kedok gue betapa begoknya gue saat itu. Tapi kalau emang bisa
bermanfaat bagi kalian semoga aja kebodohan gue saat itu bisa ditolerir deh.
Hahaha.
Menurut
gue pengalaman ini bener-bener mengajari gue betapa pentingnya gue buat
bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada gue. Dan nantinya gue akan
ceritakan ke kalian. Cerita ini bener-bener realita dan maaf kalau enggak
setragis cerita di film-film yang gue yakin cerita di film-film juga udah
editan dari Bung sutradara.
Kalian pernah enggak merasa punya kawan yang sama sekali enggak
asyik. Kalau yang jawab pernah, pasti akan lebih nyambung baca cerita gue
ketimbang yang enggak. Kalau boleh gue saranin ternyata yang jawab pernah itu
disebabkan oleh rasa jenuh kalian ke temen-temen kalian aja. Kenapa gue
ngomongnya jadi enggak nyambung gini. Hahaha.
Jadi gini, gue punya beberapa temen yang menurut gue orangnya
asyik-asyik pokoknya. Sebelumnya kalian tahu istilah temen deket enggak? Yang
itu lhoh istilahnya “enggak ada dia kalo enggak ada pasangannya”. Dimana ada dia
pasti ada temen deketnya itu. Ya kalau istilah lebih kasarnya “ngegeng” gitu
deh. Gue enggak suka istilah seperti itu. Bagi gue semuanya itu temen. Ya
meskipun mereka bukan temen deket tetapi buat gue itu udah asyik aja kalau bisa
buat nyambung silaturrohmi. Ya maaf aja kalau gue berpikiran kaya anak kecil.
Masih bicara soal geng pertemenan kaya masih SD aja. Tetapi menurut gue itu
realitanya bro. Coba kalian perhatikan temen-temen kalian yang ngegeng seperti
itu.
Nah kalau masih bingung tentang geng pertemanan gue jelasin lagi
nih. Meskipun gue enggak punya geng pertemanan semacam ini tetapi gue sedikit
tahu deh berdasarkan pengamatan temen-temen gue. Jadi geng pertemanan itu
seperti komunitas yang berisikan manusia-manusia yang di antaranya saling bersahabat.
Nah biasanya jika ada salah satu anggota di lingkungan tersebut pasti akan ada
anggota yang lainnya. Orang-orang akan heran jika ada salah satu anggotanya di
suatu tempat tetapi enggak ada anggota lain. Dikira marahan gitu. Nah
persahabatan itu bisa karena beberapa persamaan. Entah itu persamaan nasib,
status sosial, hobi dan kesukaan, selera, kepintaran otak, dan mungkin karena
kesamaan jomblo.
Gue orangnya emang enggak punya geng. Jadi gue sering ikut
gabung ke geng yang ini dan ke yang itu. Petualang gitu biar sekalian ngerasain
social experiment. Mungkin banyak
dari mereka yang sebel dan menganggap gue nggak loyal. Tetapi menurut gue it's not problem. Selama gue masih bisa menyambung tali persaudaraan dan
menambah informasi yang masih bisa gue pelajari dan berguna buat masa depan gue
tentunya. Enggak tahu apa, mungkin karena gue orangnya bosenan atau gimana.
Tepat saat itu emosi gue lagi naik turun. Apa mungkin karena
tugas kuliah yang banyak, atau karena hubungan gue ke orang tua yang agak
kurang baik, atau mungkin juga karena masalah gue yang lagi kecewa karena ulah
seseorang, tepatnya sahabat kecil gue. Gue jadi merasa jenuh gitu karena gue
harus berteman dengan siapa pun tapi mereka nggak mau dengerin cerita gue.
Seakan banyak temen tapi nggak punya sahabat. Gue jadi mudah baper dan
marah-marah nggak jelas. Gue jadi merasa dimanfaatin orang doang. Gue merasa
selama ini orang-orang mau deket sama gue karena ada maunya saja. Dari mulai
deket-deket gue karena butuh utang duit doang, bantuin ngerjain tugas kampus,
ngeles materi kampus gratisan, dengerin curhat orang, sampai ke tempat pelarian
karena lagi marahan sama temen-temen gengnya. Sumpah gue saat itu negative thingking banget sampai bisa
berpikiran seperti itu. Meskipun sampai saat ini gue masih berpikiran demikian.
Mau mereka berbagi kesusahan aja tapi kalau seneng lupa. Mereka jadi menganggap
bahwa masalah gue itu nggak penting. Ya emang gue akuin selama ini gue orangnya
fine-fine aja dan serasa menjadi orang yang terbebas
dari masalah. Makanya mereka jadi sering curhat ke gue tapi giliran dicurhatin
pada kabur. Bukannya nggak ikhlas bantu tetapi kalau kacang lupa sama kulitnya
siapa juga yang mau.
Sejak saat itu gue mencoba jauh dari temen-temen gue. Gue jadi merasa
sendiri. Padahal saat itu pengin banget bercerita ke mereka tentang masalah gue
dengan orang tua dan rasanya dikecewakan temen kecil gue dulu. Drama banget gue
saat itu ya? Tetapi itu susah banget. Bukannya nggak bisa buat cerita tetapi
emang nggak ada yang mau dengerin cerita gue. Makanya sejak saat itu gue jadi
sering nulis artikel ke blog dan sampai sekarang kalau gue lagi sedih.
Akhirnya gue nemuin temen baru yang super-super jadi dirinya
sendiri. Gue jadi lupa masalah gue selama ini. Gue jadi lupa masalah gue ke
orang tua gue dan ke temen-temen gue yang lain. Gue sangat menikmati pertemanan
gue ke dia. Sering jalan bareng dan menghabiskan waktu dan uang bareng. Ya meskipun
gue jadi lupa tugas kuliah gue. Jadi seringnya keteteran gitu deh.
Tetapi menurut gue ini dunia sebenarnya. Ini yang merupakan
sahabat sejati yang tidah hanya sebatas teman saja. Gue nggak lagi merasa
dimanfaatin buat ngajar mereka lagi, dengerin curhat mereka yang basi, atau
disuruh buat ngerjain tugas mereka. Ya meskipun tugas keteteran dan dompet gue
jebol.
Seiring berjalannya waktu, secara nggak sadar ada perubahan
besar dalam hidup gue. Ini tutur temen sekamar kos gue yang sering ngliat aneh
pada diri gue. Katanya gue jadi nggak mau lagi makan nasi di warteg. Maunya di
restoran yang cukup mahal. Gue udah nggak mau lagi beli di pasar, maunya di
mall. Pekerjaannya ke salon mulu. Gue jadi nggak pernah belajar dan ngerjain
tugas. Yang lebih diperjelas lagi katanya gue jadi hedo gitu. Selalu memandang
seseorang dari materi. Gue jadi sering merendahkan hobi dan selera orang lain
katanya.
Sebagai mahasiswa yang uang sakunya pas-pasan dan masih bisanya
minta ke orang tua, akhirnya gue mengalami krisis ekonomi yang bener-bener
mencekik. Gue kebingungan harus mencari tambahan dana ke mana. Di tengah
kebingungan itu akhirnya gue nemuin cara dikasih tahu ke temen gue yang baru itu.
Apalagi kalau bukan investasi gitu. Maklum gue kuliahnya di ekonomi. Tanpa
kerja keras gue bisa dapat uang. MLM gitu deh pokonya. Modal yang harus gue
sumbangin sebesar Rp. 3.000.000,00. Wah itu uang makan gue buat sebulan ke
depan. Kecil ya? Kalau menurut gue itu lumayan besar karena uang Rp.3 000,00
aja udah cukup buat sekali makan di kota ini. Gue sempet berpikir apa iya ada
tanpa kerja bisa dapet uang. Tetapi kalau gue pikir mungkin bisa saja soalnya
temen gue yang satu ini super gaul banget orangnya. Dan gue pun memutuskan
untuk iya ikut bisnis ini. Terus gue makannya minjem gitu sama temen sekamar
gue yang kebetulan dia kembaran gue. Ya nggak papa lah orang saudara gue juga.
Selang beberapa minggu akhirnya gue nyadar kalau gue selama ini
udah kena tipu. Bisnis bodong ngakunya bisnis halal. Ya ampun bego banget gue
ternyata. Dan ini dimulainya penderitaan gue sebenarnya. Temen yang ngajak gue
buat investasi, gue pikir orangnya asyik. Ternyata sama sekali nggak asyik.
Sejak kasus penipuan itu dia ngilang gitu aja. Nggak pernah main ke kos gue
lagi. Waktu ketemu di kampus aja yang kebetulan kita emang beda fakultas dia
main nyuekin gue gitu aja. Boro-boro nyapa, senyum aja enggak. Pernah gue tagih
tetapi mana tega gue minta uang ke dia. Ternyata dia kena tipu lebih banyak
ketimbang gue. Persahabatan kami segampang itu runtuh hanya karena uang tiga
juta.
Penderitaan gue nggak hanya cuma sampai itu. Kembaran gue udah
nggak betah gitu gue pinjamin duit mulu. Dia jadi sering marah-marah gitu
padahal gue udah baik banget suka nyuciin baju dia. Gue bingung banget mau crita
sama siapa. Kalau ama temen gue, mereka sudah menjauh. Gue juga udah nggak
punya duit sama sekali. Bahkan kalau mau bercerita sama orang tua gue mana
mungkin. Mereka pasti jadi sedih ngeliat anaknya kena tipu.
Inilah puncak penderitaan gue. Di saat gue nggak punya apa-apa,
temen nggak punya, uang apalagi. Saudara gue malah pulang ke rumah orang tua karena
saat itu memang waktu liburan semester dan liburan Bulan Ramadhan. Gue yang
udah terlanjur takut dan berpikiran pasti akan malu banget buat ketemu ke orang
tua dan menceritakan ke mereka tentang apa yang terjadi sebenarnya ke mereka.
Akhirnya gue mutusin untuk menunda dulu pulang ke rumah. Gue butuh banget buat
menenangin diri dulu. Gue berusaha nggak akan merepotkan orang tua lagi buat
minta uang ke mereka lagi. Apalagi ini udah dekat dengan hari raya dan pasti
akan butuh budget banyak. Gue akan
cari kerja di sini untuk sementara. Tetapi ternyata cari kerja di sini susah
juga. Padahal gue udah dibantu sama temen kecil gue yang kemaren baru saja
hubungan kita membaik. Temen kecil gue itu baik banget. Dia sengaja dateng dari
jauh buat bantuin gue cari kerja dan ngasih pinjaman uang ke gue. Meskipun
jarak kita beda kota, bahkan beda provinsi tetapi hubungan kita tetap baik
apalagi sejak adanya perselisihan di antara kita kemaren karena salah paham.
Gue di kota ini sendiri banget. Di saat semua orang udah pulang
ke kampung halaman masing-masing. Uang juga nggak punya dan harus makan pakai
uang hasil pinjaman. Hidup dengan rasa kekecewaan. Hampir tiap jam gue nangis.
Dan kesehatan gue di kota ini memburuk dan nggak ada yang merawat. Udah sering orang
tua nelpon tapi nggak pernah gue angkat. Gue malu dan takut mereka jadi
khawatir. Gue emang udah pesen ke kembaran gue buat jangan katakan apa pun
tentang gue. Gue cuman pesen tolong katakan bahwa tugas kuliah gue banyak dan
belum kelar. Gue mengalami depresi yang memuncak, serius.
Tetapi suatu ketika. Di saat gue pulang sehabis beli makan di
luar, ternyata orang tua gue udah berdiri di depan kos gue. Nyokap gue nangis
nggak karuan. Gue jadi kebawa perasaan. Perasaan gue saat itu sedih campur
bahagia. Mereka sengaja datang buat jemput gue pulang. Padahal gue saat itu
emang bingung banget karena nggak punya duit buat pulang ke rumah. Dan punya
komitmen jangan minta lagi ke orang tua.
Di rumah, gue jadi disayang banget. Meskipun hidup dengan paket
ekonomis sebagai hukuman ke gue. Baru kali ini gue merasakan lebaran tanpa baju
baru dan piknik bareng temen-temen yang menurut gue ini justru sesuatu yang
baru banget. Gue jadi lebih fokus buat menikmati kesucian bulan Ramadhan ini
dan kumpul terus sama keluarga. Coba kalau gue punya duit pasti kerjaan gue
kluyuran terus bareng temen-temen gue. Gue juga lebih tahu tentang hakikat hari
raya sebenarnya yang menurut gue selama ini orang-orang lebih fokus pada
barang-barang yang baru. Tidak untuk salin bebenah diri. Baru kali ini gue
merasakan nikmatnya hari raya sebenarnya. Gue jadi nggak dimarah-marahin sama
orang tua seperti yang sudah-sudah. Di situ gue jadi fokus jadi anak yang nurut
ke orang tua untuk membalas kebaikan mereka selama ini. Mereka tak penah menyinggung
kasus penipuan itu dan dikecewain oleh banyak orang, Dan satu lagi gue jadi
semakin deket ke Allah. Karena gue tahu selama ini gue udah lama
meninggalkan-Nya. Gue percaya bahwa katanya hanya dengan dekat dengan Allah,
masalah gue bisa ilang apalagi hanya berupa masalah pikiran. Satu sampai dua
hari sih gue masih sering murung dan nangis. Tetapi lama-kelamaan gue udah
melupakan kejadian itu. Gue bener-bener hidup bahagia tanpa masalah dan bersama
mereka keluargaku yang sangat tulus mencintaiku.
Sejak kejadian itu gue belajar banyak hal. Gue jadi tahu siapa
saja orang-orang yang bener sayang sama gue dan berteman, baik suka maupun
duka. Bapak, ibu, dan temen kecil gue. Gue jadi terharu dan merasa bersalah
bahwa ternyata keputusan gue tertutup ke orang tua justru membuat mereka
khawatir. Bahkan kata kembaran gue. Nyokap gue nangisnya deras banget waktu
mendengar cerita tentang hidup gue di perantauan. Gue jadi tahu kokohnya
persahabatan dan keterbukaan sesama. Selama ini masalah yang dipendam lama
justru membuat tersiksa dan jika diceritakan justru malah akan menambah
kekompokan keluarga dan persahabatan.
Gue jadi tahu besarnya kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Ternyata
gue udah punya keluarga yang begitu sayang ke gue. Dan satu hal yang kalian tahu
dari pengalam hidup gue. Nggak punya uang itu nggak lebih menderita daripada
nggak punya teman, sahabat, atau keluarga. Gue jadi tahu bagaimana nikmatnya
hidup sederhana. Mensyukuri yang ada dan bukan srakah berusaha mendapatkan yang
lebih. Terimakasih Ya Allah telah engkau berikan cobaan ini. Terimakasih juga
buat hari raya ini.
Okay sekian yang dapat gue share. Emang ceritanya ngebosenin
banget dan pas banget buat diceritain ke Pintu Hidayah. Tetapi ini riil dari
pengalaman gue dan tanpa rekayasa. Semoga bisa menjadi pelajaran buat kalian
untuk selalu mensyukuri yang ada. Walau pun harus hidup sederhana tetapi jika
dilakukan secara ikhlas pastinya barokah. Jangan lupa bahagia karena bahagia
kita yang buat.
Okay terimakasih. Mohon maaf jika jelek. Kritik dan saran bisa
di kolom komentar ya. Semoga bermanfaat. Jangan lupa bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar