Mawar Yang Layu
Bumi masih geli menertawakanku yang menangis layaknya
bayi yang ditinggal pergi ibunya mencuci baju. Semua yang ada di ruangan ini pun
saling berbisik membicarakan aku, gadis 30 tahun yang menangis seperti orang
lupa usia. Namun aku tak peduli karena peristiwa sepuluh tahun yang lalu masih
ada di kepalaku. Ketika Rani, gadis tanpa kaki mati bunuh diri di depan mataku.
Dia rela menusukkan sebuah pisau dapur ke dalam perutnya tanpa menghiraukan aku
yang berdiri di sampingnya. Bodohnya aku, sahabat sejak kecilnya tak kuasa
menahan pisau berdarah menancap di perutnya. Padahal seandainya aku memang
orang yang cerdas dan tanggap mungkin kejadian itu tak mungkin terjadi. Tapi
semuanya memang salahku. Sahabat macam apa aku?