TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI
A.TEORI
KONSUMSI
1. John Maynard Keynes dan Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah pusat dari teori fluktuasi ekonomi Keynes
yang termuat dalam The General Theary di
tahun 1936. Berikut dugaan Keynes tentang fungsi konsumsi berdasarkan
intropeksi dan observasi kasual:
a.
Kecenderungan mengkonsumsi
marjinal (marginal propensity to consume),
yaitu jumlah yang dikonsumsi dari setiap dollar tambahan adalah antara nol dan
satu. Ia mengklaim hukum fundamental yaitu dari tiap dolar pendapatan, orang
akan mengkonsumsi sebagian dan sebagian untuk menabung.
b. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume), rasio konsumsi terhadap pendapatan
yang menurun ketika pendapatan naik.
c.
Pendapatan adalah penentu
utama konsumsi dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting.
Gambar ini menunjukkan fungsi konsumsi dengan tiga ulasan yang
diduga Keynes. Pertama, kecenderungan mengkonsumsi marjinal C adalah antara nol
dan satu. Kedua, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan
naik. Ketiga, konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang.
Berdasarkan
tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai:
C = C + cY, C
> 0, 0 < c < 1,
Dimana C
adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposibel, C adalah konstanta, dan c
adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal. Fungsi konsumsi ini, yang
ditunjukkan dalam gambar di atas, digambarkan sebagai garis lurus. C
menunjukkan perpotongan pada garis vertikal dan c merupakan kemiringan. Fungsi
konsumsi ini memenuhi alasan pertama Keynes karena kecenderungan mengkonsumsi
marjinal c adalah antara nol dan satu, sehingga pendapatan yang lebih tinggi
menyebabkan konsumsi yang tinggi dan saving yang tinggi pula.
Fungsi
konsumsi ini memenuhi alasan kedua Keynes karena kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata APC adalah:
AC = C/Y = C/Y + c
Ketika Y meningkat, C/Y
turun, dan begitu pula kecenderungan mengkonsumsi rata-rata C/Y turun. Dan
akhirnya fungsi konsumsi ini memenuhi alasan ketiga Keynes karena tingkat bunga
tidak dimasukkan dalam persamaan ini sebagai determinan konsumsi.
Untuk memahami
kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC), perhatikan skenario belanja. Seorang
yang suka belanja mungkin punya MPC besar, katakanlah 0,99. Ini berarti untuk
setiap dolar tambahan ia dapatkan setelah dikurangi pajak, ia belanjakan $
0.99. MPC mengukur kepekaan perubahan dalam satu variabel, konsumsi terhadap
perubahan pada variabel lain, pendapatan.
2. Stagnasi Sekular, Simon Kuznets, dan Teka-Teki Konsumsi
Selama perang Dunia II, berdasarkan fungsi konsumsi Keynes,
ekonom memprediksi ekonomi akan mengalami stagnasi sekular, yaitu depresi
panjang berdurasi tanpa batas, kecuali pemerintah menggunakan kebijakan fiskal
untuk mendorong permintaan agregat. Ternyata akhir perang tidak membawa AS ke
dalam depresi lain, tapi menyatakan dugaan Keynes, bahwa kecenderungan
mengkonsumsi rata-rata akan turun ketika pendapatan naik, nampak tidak berlaku.
Simon Kuznets membangun data agregat konsumsi dan investasi baru
sejak 1869. Ia kemudian menerima hadiah Nobel. Kuznets menemukan bahwa rasio
konsumsi terhadap pendapatan adalah stabil sepanjang waktu, meskipun
peningkatan besar pendapatan. Dugaan Keynes dipertanyakan dan ini disebut
teka-teki konsumsi.
Kegagalan hipotesis stagnasi sekuler dan penemuan Kuznets,
keduanya mengindikasi kecenderungan mengkonsumsi rata-raa hampir konstan
sepanjang waktu. Mengapa dugaan Keynes terbukti dalam studi rumah tangga dan
seri jangka pendek tapi gagal bila seri jangka panjang?
3. Irving Fisher dan Pilihan Antarwaktu
Ekonom Irving Fisher mengembangkan model dengan mana ekonom
menganalisis seberapa rasional, melihat ke depan kosumen membuat pilihan
antarwaktu, yakni pilihan pada berbagai periode waktu. Model ini mengilangkan
hambatan yang kosumen hadapi, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana
hambatan dan preferensi bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap
konsumsi dan tabungan.
Ketika konsumen memutuskan untuk berapa banyak dikonsumsi saat
ini melawan berapa banyak dikonsumsi di masa depan, mereka menghadapi batas
anggaran antarwaktu (intertemporal budget
constraint) yang mengukur jumlah sumber daya yang tersedia untuk konsumsi
saat ini dan masa depan.
Hal ini mengimplementasikan bahwa jika tingkat bunga nol, batas
anggaran menunjukkan bahwa jumlah konsumsi dalam dua periode saat dengan jumlah
pendapatan dalam dua periode. Pada kasus biasa di mana tingkat bunga lebih
besar dari nol, konsumsi dan pendapatan masa depan didiskon oleh faktor 1+ r.
Pendiskontoan (discounting) ini muncul dari bunga tabungan. Karena konsumen
mendapat bunga dari pendapatan saat ini yang ditabung, pendapatan masa depan
kurang nilainya dari pendapatan saat ini. Juga karena konsumsi masa depan
disisihkan untuk tabungan yang mendapatkan bunga, konsumsi masa depan lebih
murah daripada konsumsi saat ini. Faktor 1(1+r) adalah harga konsumsi
periode-kedua yang diukur dalam bentuk konsumsi periode pertama, jumlah
konsumsi periode pertama konsumen harus abaikan untuk memperoleh 1 unit
konsumsi periode kedua.
a.
Batas anggara konsumen
Berikut adalah kombinasi konsumsi periode pertama dan periode
kedua kosumen bisa pilih. Jika ia pilih trik antara A dan B, ia mengkonsumsi
kurang dari pendapatannya di periode pertama dan menabung sisanya dari
pendapatannya di periode kedua dan meminjam untuk menutupi perbedaannya.
b. Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen terkait konsumsi dalam dua periode bisa
ditampilkan oleh kurva indifferens (indefference
curve). Ini menunjukkan kombinasi konsumsi periode pertama dan periode
kedua yang membuat konsumen tetap senang. Kemiringan pada tiap titik di kurva
indefferens menunjukkan berapa banyak konsumsi periode kedua yang konsumen
perlukan untuk mengkompensasi 1 unit pengurangan dalam konsumsi periode
pertama. Kemiringan ini adalah tingkat substitusi marjinal (marginal rate of substitution) antara
konsumsi periode pertama dan kedua. Ini menyatakan tingkat di mana konsumen
bersedia mengganti konsumsi periode kedua untuk konsumsi periode pertama.
Kurva indeferens mewakili preferensi konsumen sepanjang konsumsi
periode pertama dan kedua. Kurva indeferens memberi kombinasi dari konsumsi
dalam dua periode yang membuat konsumen tetap senang. Kurva indeferens lebih
tinggi seperti IC2 lebih disukai daripada yang lebih rendah IC1.
Konsumen tetap senang di titik W, X, dan Y, tetapi lebih suka titik Z dari
semua. Titik Z ada di kurva indeferns lebih tinggi dan karenanya tidak sama
disukai W, X, Y.
c.
Optimalisasi
Konsumen meraih tingkat kepuasan tertingginya (optimal) dengan
memilih titik pada batasan anggaran yang ada pada kurva indeferens tertinggi.
Di sini kemiringan kurva indeferns = kemiringan garis anggaran. Kemiringan
kurva indeferns adalah tingkat substansi marjinal MRS, dan kemiringan garis
anggaran adalah 1+tingkat bunga riil. Pada titik ) O, MRS = 1 + r.
d. Bagaimana Perubahan Pendapatan Mempengaruhi Konsumsi
Kenaikan pada pendapatan
periode pertama atau kedua menggeser batasan anggaran ke luar. Jika konsumsi
pada periode pertama dan kedua adalah barang normal (normal goods), yang diminta lebih seiring pendapatan naik, kenaikan
pendapatan ini meningkatkan konsumsi pada kedua periode.
e.
Bagaimana Perubahan
Tingkat Bunga Riil Mempengaruhi Konsumsi
Ekonom membagi dampak kenaikan tingkat bunga riil pada komsumsi
menjadi dua: dampak pendapatan (income
effect) dan dampak subtitusi (subtitution
effect). Dampak pendapatan adalah perubahan konsumsi yang berasal dari
pergerakan ke kurva indeferens yang lebih tinggi. Dampak subtitusi adalah
perubahan konsumsi yang berasal dari perubahan harga konsumsi relatif dalam dua
periode.
Kenaikan tingkat
bunga merotasi batasan anggaran sekitar titik C, di mana C adalah (Y1,Y2).
Tingkat bunga lebih tinggi mengurangi konsumsi periode pertama (gerak ke titik
A) dan menaikkan konsumsi periode kedua (gerak ke titik B).
f.
Batasan Peminjaman
Ketidakmampuan meminjam mencegah konsumsi melebihi pendapatan
saat ini. Batasan peminjaman karenanya dapat ditampilkan sebagai C1 ≤
Y1. Pertidaksamaan ini menyatakan konsumsi di suatu periode harus
kurang dari atau sama dengan pendapatan di periode yang sama. Batasan
peminjaman konsumen ini disebut batasan peminjaman (borrowing constraint), atau kadang, barang likuiditas (liquidity constraint).
Analisis peminjaman mengarahkan kita menyimpulkan bahwa ada dua
fungsi konsumsi. Bagi sebagian konsumen, batasan peminjaman tidak berlaku, dan
konsumsi dalam kedua periode bergantung pada nilai saat ini dari pendapatan
seumur hidup. Untuk konsumen yang lain, batasan peminjaman berlaku. Jadi untuk
konsumen yang akan meminjam tapi tidak mampu, konsumsi bergantung hanya pada
pendapatan saat ini.
4. Franco Modigliani dan Hipotesis Daur Hidup
Franco Modigliani, Ando, dan Brumberg menggunakan model perilaku
konsumen Fisher untuk mempelajari fungsi konsumsi pada 1950-an. Salah satu
tujuan adalah mempelajari teka-teki konsumsi. Menurut model Fisher, konsumsi
bergantung pada pendapatan bervariasi secara sistematis sepanjang hidup orang
dan tabungan memungkinkan konsumen memindahkan pendapatan dari waktu hidup
ketika pendapatan tinggi ke waktu ketika pendapatan tendah. Interpretasi
perilaku konsumen ini membentuk dasar dari hipotesis daur hidup (life-cycle hypothestis).
Berikut adalah fungsi konsumsi daur hidup, yaitu:
Dimana a = MPC untuk kekayaan, b =
MPC untuk pendapatan.
5. Milton Friedman dan Hipotesis Pendapatan Permanen
Milton Friedman menyatakan hipotesis pendapatan permanen untuk
menjelaskan perilaku konsumen pada tahun 1957. Esensinya adalah konsumsi saat
ini proporsional terhadap pendapatan permanen. Hipotesis pendapatan permaen
Friedman melengkapi hipotesis daur hidup Modigliani. Keduanya menggunakan teori
konsumen Fisher untuk menyatakan bahwa konsumsi sebaiknya tidak bergantung pada
pendapatan saat ini saja. Hipotesis pendapatan permanen menekankan bahwa orang
mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke
tahun. Friedman menyarankan kita memandang pendapatan saat ini Y sebagai jumlah
dari dua komponen. Pendapatan permanen dan pendapatan transitoris.
6. Robert Hall dan Hipotesis Random Walk
Pertama kali menderivasi implikasi ekspektasi rasional pada
konsumsi. Ia menunjukkan bahwa jika hipotesis pendapatan permanen benar, dan
jika konsumen punya ekspektasi rasional, maka perubahan konsumsi sepanjang
waktu menjadi tak dapat diprediksi. Ketika perubahan variabel tak dapat
diprediksi variabel dikatakan mengikuti jalan acak.
7. David Laibson dan Dorongan Gratifikasi Instan
Ekonom telah beralih ke psikologi untuk menjelaskan lebih lanjut
dari perilaku konsumen. Mereka menyatakan bahwa keputusan konsumsi tak
sepenuhnya rasional. Bagian baru yang
memasukkan psikologi ke dalam ekonomi disebut ekonomi perilaku. Profesor
Harvard, David Laibson mencatat banyak konsumen menganggap diri mereka pembuat
keputusan tak sempurna. Profesi konsumen tak konsisten dengan waktu, mereka
mengubah keputusan mereka hanya karena waktu berlalu.
B. TEORI INVESTASI
Pengeluaran investasi untuk menyediakan standar pendapatan lebih
tinggi di masa depan. Tiga jenis pengeluaran investasi:
1. Investasi tetap bisnis (business
fixed investment)
Meliputi perlengkapan dan struktur yang bisnis beli untuk digunakan
dalam produksi. Model standar investasi tetap bisnis disebut model investasi
neoklasik (neoclassical model of
investment). Ini memeriksa manfaat dan biaya memiliki barang-barang modal.
Berikut adalah tiga variabel yang menggeser investasi:
a.
Produk modal marjianal
b. Tingkat bunga
c.
Aturan pajak
Untuk mengembangkan model, bayangkan ada dua jenis perusahaan:
perusahaan produksi yang memproduksi barang dan jasa menggunakan modal yang
mereka sewa dan perusahaan penyewa yang membuat seluruh investasi dalam
perekonomian.
Harga sewa dari modal. Untuk melihat variabel apa yang mempengaruhi harga sewa
ekuilibrium, lihat fungsi Cobb-Douglas sebagai pendekatan baik dari bagaimana
perekonomian aktual mengubah modal dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa.
Fungsi tersebut Y = AKœ L1-a,
dimana Y output, K output, L tenaga kerja, dan a parameter mengukur
tingkat teknologi, dan A parameter
antara 0 dan 1 yang mengukur bagian modal dan output. Harga sewa riil modal
menyesuaikan untuk menyeimbangkan permintaan akan modal dan penawaran tetap.
Produk modal marjinal untuk fungsi produksi Cobb-Douglas adalah MPK = Aa(L/K)1-a. Karena harga sewa riil sama dengan produk
modal marjinal ekuilibrium, maka R/P
= Aa (L/K)1-a. Ini
mengidentifikasi variabel yang menentukan harga sewa riil dan menunjukkan
hal-hal berikut:
a.
Semakin rendah persediaan
modal, semakin tinggi harga sewa riil dari modal.
b. Semakin besar jumlah tenaga kerja yang digunakan, semakin tinggi
harga sewa riil dari modal.
c.
Semakin baik teknologi,
semakin tinggi harga sewa riil dari modal.
Peristiwa yang mengurangi persediaan modal, atau meningkatkan
kesempatan kerja, atau memperbaiki teknologi, menaikkan harga sewa riil
ekulibrium modal.
Biaya Modal. Untuk tiap periode waktu di mana perusahaan menyewakan satu
unit modal, perusahaan sewa menanggung tiap biaya:
a.
Bunga pinjaman mereka,
yang sama dengan harga pembelian satu unit modak PK dikali tingkat bunga i sehingga iPK.
b. Biaya kerugian atau keuntungan harga modal, dinotasikan .
c.
Penyusutan (depresiasi) didefinisikan sebagai pecahan nilai yang
hilang per periode karena dipakai dan rusak, jadi K. Jadi jumlah biaya modal
adalah:
- + K = PK / +
Biaya modal relatif
terhadap barang lain dalam perekonomian. Biaya riil dari modal (real cost of capital), biaya membeli dan
menyewakan unit modal yang diukur dalam output perekonomian = (PK /
P)(r + ), dimana
r adalah tingkat bunga riil dan PK / P sama dengan harga modal relatif. Untuk menderivasi persamaan ini,
kita asumsikan tingkat kenaikkan harga barang secara umum sama dengan tingkat
inflasi.
Determinan Investasi. Untuk
tiap unit modal, perusahaan mendapat penerimaan rill R/P dan menanggung biaya riil (PK
/ P)(r + ) ).
Tingkat laba = penerimaan –
biaya
= R/P
– (PK / P)(r + )
Karena harga sewa riil ama
dengan produk modal marjinal, kita dapat menulis tingkat laba sebagai: Tingkat
Laba = MPK – (PK / P)(r + )
Perubahan persediaan modal,
disebut investasi neto (netto investment)
bergantung pada perbedaan antara MPK dan
biaya modal. Jika MPK melebihi biaya
modal, perusahaan akan menambah persediaan modal. Jika MPK kurang dari biaya modal, maka persediaan mengecil. = Ia
[MPK – (PK / P)(r + )]
Fungsi investasi. Jumlah
pengeluaran pada investasi tetap bisnis adalah jumlah investasi neto dan
pergantian modal yang menyusut. Fungsi investasi adalah:
[MPK –
(PK /P)(r + )] + K
Model ini menunjukkan mengapa
investasi bergantung pada tingkat bunga riil. Penurunan tingka bunga riil
menurunkan biaya modal. Invetasi tetap bisnis meningkat ketika tingkat bunga
menurun sehingga kemiringan ke bawah dari fungsi investasi. Juga pergeseran ke
luar pada fungsi investasi mungkin akibat dari kenaikan produk modal marjinal.
Jika produk marjinal mulai
di atas biaya modal, persediaan modal akan naik dan produk marjinal akan turun.
Jika produk marjinal mulai di bawah biaya modal, persediaan modal akan turun
dan produk marjinal akan naik. Ketika persediaan modal menyesuaikan, MPK mendekati biaya modal. Ketika
persediaan modal mencapai tingkat kondisi mapan, maka: (PK
/ P)(r + ).
Dalam jangka panjang MPK = biaya modal riil. Kecepatan
penyesuaian menuju kondisi mapan bergantung berapa cepat perusahaan
menyesuaikan persediaan modal mereka, yang lalu bergantung pada seberapa besar
biaya untuk membangun, mengirimkan dan memasang modal baru.
Kredit pajak investasi. Adalah
provisi pajak yang mengurangi pajak perusahaan sebesar jumlah tertentu untuk
tiap dolar yng dibelanjakan untuk barang modal. Pembuatan kebijakan sering
mengubah aturan tentang pajak pendapatan perusahaan untuk mendorong investasi,
atau paling tidak memitigasi (mengurangi) disinsentif yang ditimbulkan pajak.
Perusahaan menutupi sebagian investasi barang modalnya dalam bentuk pajak lebih
rendah, kredit ini mengurangi harga pembelian efektif dari unit modal P.
Pasar saham dan q Tobin. James
Tobin menyatakan perusahaan mendasarkan keputusan investasi mereka pada rasio
berikut, yang disebut q Tobin:
q =
Pembilang q Tobin adalah
nilai modal perekonomian yang ditentukan oleh pasar saham. Penyebutnya adalah
harga modal jika dibeli hari ini. Investasi neto sebaiknya bergantung pada
apakah q > / < 1. Jika q > 1 maka meningkatkan nilai persediaan dan
meningkat modal. Jika q < 1, pasar saham menghargai modal kurang dari biaya
penggantiannya dan lalu, perusahaan tak akan mengganti persediaan modalnya bila
telah dipakai q. Mengukut profibilitas masa depan yang diharapkan sebagaimana
profibilitas masa ini.
Hipotesis Pasar-Efisien : harga
pasar saham perusahaan adalah penilaian yang sepenuhnya rasional akan nilai
perusahaan, berdasarkan informasi saat ini tentang prospek bisnis perusahaan.
Beauty Contest Keynes adalah metafora untuk spekulasi saham. Pasar saham berfluktuasi
tanpa alasan jelas. Pasar saham mempengaruhi permintaan agregat sehingga sumber
dari fluktuasi perekonomian jangka pendek.
2. Investasi residensial (residensial
investment)
Meliputi rumah baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang
tuan tanah beli untuk disewakan. Ada dua bagian dari model:
a.
Pasar untuk persediaan
rumah yang ada menentukan harga rumah ekuilibrium.
b. Harga rumah menentukan aliran investasi residensial.
Ekuilibrium saham dan
Penawaran Aliran Investasi. Harga
relatif rumah disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan atas
stok rumah yang ada. Harga relatif lalu menentukan investasi residensial,
aliran perumahan baru yang perusahaan kontruksi bangun.
Perubahan Permintaan
Rumah. Ketika permintaan rumah bergeser,
harga ekuilibrium berubah, dan perubahan ini mempengaruhi investasi
residensial. Kenaikan permintaan rumah karena turunnya tingkat bunga,
meningkatnya harga rumah, dan investasi residensial.
3. Investasi persediaan (iventory
investment)
Meliputi
barang-barang yang disimpan di gudang, termasuk bahan baku, barang setengah
jadi, dan barang jadi. Salah satu komponen terkecil dari pengeluaran tapi volatilitasnya
membuat penting dalam studi fluktuasi ekonomi. Alasan menyimpan persediaan:
a.
Ketika sales tinggi,
perusahaan memproduki kurang sehingga ia menjual dan mengambil barang dari
perediaan, (pemerataan produksi).
b. Menyimpan persediaan memungkinkan perusahaan beroperasi lebih
efisien (persediaan sebagai faktor produksi).
c.
Perusahaan tak ingin
kekurangan barang ketika penjualan tiba-tiba melonjak (pencegahan kehabisan
barang).
d. Jika barang baru selesai sebagian, komponen masih dihitung dalam
persediaan (barang dalam proses).
Model
percepatan berasumsi perusahaan menyimpan persediaan yang proporsional dengan
tingkat output perusahaan. Maka, N = .
Dimana N
= persediaan, Y = output, dan = parameter yang menunjukkan ingin simpan
sebagai proporsi dan output. Model percepat memprediksi bahwa investasi persediaan
adalah proporsional terhadap perubahan output. Ketika output naik, perusahaan
menyimpan lebih banyak persediaan sehingga investasi persediaan tinggi.
Investasi
persediaan bergantung pada bunga riil. Ketika menyimpan barang dalam persediaan
dan menjualnya besok, perusahaan kehilangan bunga yang dapat diperoleh antara
hari ini dan besok. Jadi tingkat bunga riil mengukur biaya oportunitas
menyimpan persediaan. Ketika tingkat bunga naik menyimpan persediaan menjadi
lebih mahal. Sehingga perusahaan yang rasional mencoba mengurangi persediaan
mereka. Oleh karena itu, kenaikan tingkat bunga riil menekan investasi
persediaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar