Hari telah berganti hari. Mereka bertiga
jarang bertemu Sisil. Mereka tidak lagi main ke kontrakan Sisil atau ke gedung
Sisil berkuliah. Juga untuk Bayu yang sudah tidak lagi mengechatt Sisil. Selalu
ada saja alasan untuk menolak ajakan Sisil pergi bersama. Bahkan saat Sisil
pergi ke kontrakan mereka, ada saja alasan untuk mengusirnya pelan. Sempat
kasian juga dengan Sisil namun semua itu mereka lakukan demi kelangsungan
persahabatan mereka agar tetap survive.
Ketika dalam perjalanan Ardi, Feri, dan
Bayu sedang mengendarai kaki mereka menuju kampus. Tiba-tiba terdengar suara
memanggil nama mereka bertiga. Mereka pun mengabaikan saja suara panggilan itu
dan terus berjalan. Mereka tahu bahwa pemilik suara itu adalah Sisil.
“Bayu, Ardi, Feri! Hoe tungguin dong!
Teriak Sisil memanggil nama mereka.
“Mas-Mas, abaikan! Pura-pura nggak
denger aja! Inget demi keutuhan persahabatan dalam rumah kontrakan kita. Jangan
ada hello kity di antara kita.” Bujuk Ardi sambil bisik-bisik.
“Eh nggak lebay gitu juga kales. Kaya
anak kecil aja. Entar kita dikira budek lagi. Lagian dia nyapa kita ‘kan bukan
karena dia php ma kita tapi pengin nyapa aja.” Bayu mencoba menerangkan.
Mereka bertiga secara bersama menoleh ke
belakang ke arah suara memanggil. Oh ternyata Sisil dengan penampilan barunya.
Rambutnya yang kali ini lebih halus seperti dia baru saja pulang dari salon.
Mereka melongo seperti baru saja ketemu Sisil. Apalagi kali ini Sisil tak lagi
memakai behel di giginya jadi saat dia tersenyum nggak ada penghalang lagi di
giginya dan terlihat alami.
“Gila Sisil cantik banget. Lebih cantik
dari biasanya. Nggak ada pola batik lagi di giginya.” Seru Ardi, Feri, dan Bayu
dari hati mereka.
Muncul penyakit mereka yang lama dan
mereka lupa janji mereka masing-masing untuk tidak mendekati Sisil. Mereka
justru semakin suka sama Sisil, gadis yang memang sangat peduli akan
kecantikannya. Berhari-hari mereka menyusun siasat untuk menembak Sisil.
Seperti ada sandiwara dalam kontrakan ini. Wujud luarnya mereka tertawa,
bercanda, dan terlihat sangat akrab namun dalam hati mereka hanya ada bagaimana
acara ungkapkan cinta ke Sisil namun tak membuat hati sahabat terpecah belah
menjadi berkeping-keping.
Acara pengungkapan cinta kepada Sisil
akan segera tiba. Mereka tidak tahu kalau sebenarnya mereka punya rencana yang
sama untuk menembak Sisil. Mereka juga berencana untuk membujuk Sisil agar jika
nantinya mereka jadian tidak memberitahukan status mereka ke yang lainnya agar
tidak ada yang sakit hati di sini. Sisil yang bingung karena harus diajak
bertemu tiga cowok sekaligus di waktu yang sama akhirnya memutuskan untuk
bertemu di suatu tempat, di taman dekat sungai sebelah kampus mereka. Mereka
tidak tahu kalau ternyata Sisil mengajak ketiganya secara bersama. Ardi dengan
persiapan yang sangat matang dan sudah melakukan latihan berhari-hari, baik itu
latihan membaca pusi tentang cinta dan latihan freestyle bersama teman futslalnya. Dia akan
membawa rombongan futsalnya untuk menjadi saksi jadian mereka. Begitu pula
dengan Feri yang sudah jauh-jauh hari membuatkan lagu untuk Sisil dan akan
dinyanyikan di depan Sisil saat acara pengungkapan perasaannya ke Sisil. Begitu
pula Bayu yang konyol. Dia akan memakani baju badut untuk menggambarkan pribadinya
yang konyol dan ini sebagai perlambang bahwa dirinya akan membuat Sisil selalu
tersenyum saat melihat dirinya.
Tapi begitu sampai di taman, muncul
ekpresi kaget di raut wajah mereka begitu melihat sahabatnya ada di situ juga.
Ardi dengan teman-teman rombongan futsalnya, Feri dengan gitar barunya, dan
Bayu dengan kostum badutnya. Di taman itu justru tak terlihat Sisil yang akan
menjadi target mereka.
“Eh Lho Feri ngapain Lho di sini? Rapi
banget lagi. Lho juga Bay ngapain di sini? Kostum Lho parah banget lagi?
Ancur!” Tanya Ardi heran melihat sahabatnya ada di sini pula.
“Lho yang ngapain di sini? Di sini taman
pas buat gue nyanyi, lha Lho mau futsal di taman.” Jawab Feri dengan muka agak
bersalah.
“Kalau gue emang lagi nyari kerja
tambahan. Jadi badut. Kebetulan emang ada acara di taman ini.” Jawab Bayu
dengan muka nipu.
“Oh kalau gue lagi nunggu sih Candra aja
yang mau main futsal bareng tapi dia belum nongol. Ya nggak temen-temen.” Jawab
Ardi sambil bertanya ke rekan-rekan futsalnya Rio, Elo, Sandi, Dani, dan Faris.
Mereka justru duduk bersama menunggu
orang yang sama. Sisil sengaja datang terlambat untuk memberi kesempatan kepada
Ardi, Feri, dan Bayu bicara bersama agar saling menjelaskan dan bermaanfaat
satu sama lain. Namun semua itu justru salah, mereka malah berdiam diri hingga
waktu selama tiga puluh menit. Dalam hati mereka berkata, “ Ah nanti kalau
Sisil dateng langsung aja gue tembak. Baru gue jelasin ke mereka kalau suka gue
ma Sisil nggak bisa gue hapus. Baru deh gue minta maaf ke mereka.”
Teman futsal Ardi yang sudah menunggu
lama akhirnya bersuara, “Hoe Di mana Sisil, kita nggak betah kalau cuman
diphp-in nih. Mending latihan futsal aja.” Marah rombongan futsal Ardi yang tak
betah menunggu.
“Teman-teman nanti dulu ya. Orangnya
bentar lagi juga dateng kok. Kalian tenang aja.” Jelas Ardi menenangakan
warganya.
“Sisil?” Tanya Feri dan Bayu.
“Bukan. Kalian salah denger kali. Candra
maksudnya.” Jelas Ardi dengan muka menipu.
Begitu rombongan futsal Ardi menyebut
nama Sisil akhirnya Ardi ketahuan kalau mau ungkapkan perasaannya ke Sisil.
Begitu juga dengan rencana Feri dan Bayu. Mereka sempat adu cekcok. Ardi yang
memang merasa paling berhak untuk mendapatkan Sisil terlihat paling emosi.
Sedangkan Feri yang menganggap dua sahabatnya ini penipu akan memukul Ardi yang
memang sebelumnya Ardi yang pertama kali mengajak untuk menjauhi Sisil. Hingga
dilerai oleh Bayu dan teman-teman futsal Ardi.
Sampai di situ orang yang dinantikan
datang. Sisil dengan wajah tak berdosa tersenyum melihat tingkah aneh tiga
cowok ini di sini.
“Eh kalian itu nggak malu ya. Persis
anak kecil rebutan mainan aja.” Seru Sisil secara tiba-tiba.
“Sisil!” Teriak mereka secara serentak.
“Kalian itu jangan Geer dong kalau gue
suka sama kalian. Juga buat Lho Ardi yang selama ini udah kenal gue lama. Jujur
dan maaf ya kalau gue harus bilang ini. Gue malu mau ngomong ini. Malu banget
sumpah. Em nggak jadi deh.” Seru Sisil nggak jelas.
“Kenapa Sil? Lho mau bilang apa?’ Tanya
Ardi penasaran.
“Ok gue harus jujur dan seperti rencana
semula aja. Gue suke sama Lho. Iya gue suka sama Lho. Tapi itu dulu sebulan
yang lalu saat gue ketemu Lho, Feri, dan Bayu saat gue khilaf. Sekarang jelas
udah nggak lah. Gue hanya terpengaruh sama artikel di majalah yang mengatakan
bahwa jodoh bisa di samping kita, apalagi mereka yang perhatian. Tapi kalau
liat-liat muka Lho nggak imut. Apalagi saat gue edit foto Lho pakai photoscap sama foto Lee Min Ho. Lho keliatan jelek
banget sumpah dan gue jadi ilfil seketika. Maaf ya Lho tuh nggak imut, nggak
peka, dan sok asyik. Tapi Lho perhatian dan care banget ma gue. Coba aja kalau Lho
nembak gue sebulan yang lalu ya, pasti gue terima aja Lho. Dan buat Lho Feri
makasih ya Lho juga udah perhatian ke gue tapi Lho juga sok asyik dan sok tahu
bikin ilfil tahu nggak. Juga buat Lho Bay, maaf ya bukannya gue php-in Lho. Lho
orangnya baik tapi sayangnya Lho bukan pelindung gue yang baik. Jadi intinya
jangan terlalu berharap ke gue.” Jelas Sisil mencengangkan.
“Lho jahat banget si Sil? Kita belum
sempat nembak ke Lho udah Lho bom hati kita pake bom nuklir. Sakit tahu.”Jelas
Feri ekspresi kecewa.
“Oh ya kalian tu sehaurusnya bersyukur
karena kalian punya sahabat yang peduli ke kalian. Jangan malah saling khianat
gini. Maaf juga kalau gue selama ini udah buat persahabtaan kalian hancur
berkeping-keping. Oh ya Di, Candra temen futsal Lho mana?” tanya Sisil heran.
“Lho kok kenal dia? Emm ya nggak tahu
tuh dia kemaren gue undang di ke sini orangnya nggak nongol.” Jawab Bayu
menjelaskan.
“Ya jelas nggak ada orang dia lagi jalan
ama gue. Nih orangnya.” Jelas Sisil yang sangat mencengangkan Ardi, Feri, dan
Bayu dan tiba-tiba Candra datang dari arah belakang Sisil.
“Maaf bro. Terutama Lho Di. Soalnya Lho
nggak pernah crita ke gue tentang Sisil jadi gue ngga tahu kalau Lho juga suka
sama Sisil.” Jelas Candra minta maaf.
“Iya ini Candra yang perhatian ama gue.
Dia satu SMA ama gue dulu. Kita jadian baru tadi malem. Dia itu lebih pehatian,
peka juga, imut, tahu yang gue butuhin, dan tentunya ngerti banget juga tentang
Korea. Ya udah ya kita duluan.” Jelas Sisil sambil pergi bersama Candra.
Hati mereka pecah oleh Sisilia. Sejak
kejadian itu Ardi, Feri, dan Bayu tidak lagi bersengketa dengan sahabatnya. Mereka
sadar kalau ternyata selama ini mereka suka dengan gadis yang sama yang labil
juga kalau dipikir. Mereka menjadi seperti dulu menjalin persahabatan yang tak
terlekang oleh waktu. Mereka berpikir kalau ternyata persahabatan lebih penting
untuk saat ini dibanding seorang jodoh yang dibutuhkannya masih masa depan
nanti. Juga untuk Feri yang diputus oleh lima teman perempuannya sekaligus, dia
bersikukuh untuk tidak lagi mencari pacar selama belum lulus kuliah karena
masih panjang masa depannya. Ia berpikir semakin banyak pacar yang ia miliki
sedangkan masih lama juga ia akan menikah hanya kan menambah dosanya seperti
yang dikata Pak Ustadnya dulu. Akhirnya mereka menamakan persahabatan mereka
dengan nama Single Elite, yaitu sebuah kelompok persahabatan
di mana isinya hanyalah para kaum jomblo namun berkelas dan jarang galau.
TAMAT
Tag : #contoh_cerbung
#contoh_cerpen #Sisilia #Cerbung #Cerpen #Cerita_Bersambung #Cerita_pendek
#Cerbung_Bahasa_Indoenesia #Cerpen_Bahasa_Indonesia