BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Perkembangan pemikiran
Marx memang tidak lepas dari pengaruh filsuf-filsuf hebat seperti Hegel,
Feuerbach, Smith, juga Engels. von Magnis membagi lima tahap perkembangan
pemikiran marx yang dibedakan ke dalam pemikiran ‘Marx muda’ (young Marx) dan
‘Marx tua’ (mature Marx). Gagasan dan pemikirannya terutama diawali dengan
kajiannya terhadap kritik Feuerbach atas konsep agamanya Hegel yang berkaitan
dengan eksistensi atau keberadaan Tuhan. Marx yang materialistik benar-benar
menolak konsep Hegel yang dianggapnya terlalu idealistik dan tidak menyentuh
kehidupan keseharian.
Pemikiran-pemikirannya
sosiologisnya antara lain dialektika, teori kelas
sosial, determinisme ekonomi dan kritik masyarakat. Mark sangat terkenal dengan
dialektika materialis dan dialektika historisnya karena bagi dia kekuatan yang
mendorong manusia dalam sejarah adalah cara manusia berhubungan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya, yang abadi untuk merenggut kehidupan dari alam.
Munculnya kelas-kelas
sosial dan hak milik atas alat-alat produksi disebabkan karena usaha manusia
untuk mengamankan dan memperbaiki keadaan hidup. Usaha ini dilakukan dengan
pembagian kerja yang semakin spesialis. Masyarakat terbagi menjadi dua, yakni
kelas penguasa dan kelas pekerja. Pembagian yang semakin spesialis inilah yang
akhirnya membuat perbedaan tajam antara hidup seseorang yang berada di kelas
penguasa dan kelas bawah. Oleh karena itu Mark di dalam bukunya “the Communist
Manifesto” berusaha mengubah faham kapitalus menjadi komunis menurut Karl Marx.
Namun hal itu tidak semudah untuk merubah keadaan yang pada awalnya menganut
paham kapitalis menjadi sebuah keadaan tanpa hak atas milik pribadi.
Oleh karena itu sangat
menarik sekali untuk mengkaji tentang pemikiran Karl Marx, kami penulis akan
mencoba mengulas mengenai bagaimana latar belakang timbulnya pemikiran Karl
Marx, Biografi Karl Marx, serta pemikiran Karl Marx itu sendiri sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pemikiran salah satu ahli
filsafat terbesar sepanjang zaman.
- Rumusan
Masalah
Rumusal masalah makalah ini antara lain adalah :
1.
Bagaimanakah
Biografi Karl Marx?
2.
Bagaimana
Teori-teori pemikiran historis Karl Marx?
3.
Bagaimana
pertumbuhan ekonmi menurut Karl Marx?
4.
Bagaimana
Kritik terhadap Karl Marx?
- Tujuan
Tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain adalah :
1.
Mengetahui
bagaimana biografi Karl Marx.
2.
Mengetahui
Teori-teori pemikiran Karl Marx.
3.
Mengetahui
Pertumbuhan Ekonomi menurut Karl Marx.
4.
Mengetahui
kritik terhadap Karl Marx.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Karl Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ayahnya seorang pengacara, menafkahi keluarganya dengan relatif baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya adalah dari pendeta yahudi (rabbi).
Tetapi, karena alasan bisnis ayahnya menjadi penganut ajaran Luther ketika
Karl Marx masih sangat muda. Tahun 1841 Marx
menerima gelar doktor filsafat dari Universitas Berlin, universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan guru -
guru muda penganut filsafat Hegel, tetapi berpikir
kritis. Gelar doktor Marx didapat dari kajian filsafat yang
membosankan, tetapi kajian itu mendahului berbagai gagasannya yang muncul kemudian.
Setelah tamat ia menjadi penulis untuk sebuah koran liberal radikal dan dalam tempo 10 bulan ia menjadi editor kepala koran itu. Tetapi karena pendirian politiknya, Koran itu kemudian ditutup pemerintah. Esai–esai awal yang diterbitkan dalam periode mulai mencerminkan sebuah pendirian yang
membiumbing Marx sepanjang hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas di taburi prinsip-prinsip demokrasi , ia menolak keabstrakan
filsafat hegelian, mimpi naïf komunis utopia dan gagasan aktivis yang mendesak apa yang ia anggap sebagai tindakan politik prematur. Dalam menolak gagasan aktivis ini Marx meletakkan landasan bagi gagasan hidup sendiri.
Upaya praktis, bahkan dalam mengarahkan massa sekalipun, akan dijawab dengan meriam saat upaya itu dianggap berbahaya. Tetapi, gagasan yang
dapat mengarahkan intelektual kita dan yang menaklukkan keyakinan kita, gagasan yang
dapat membekukan kita, merupakan belenggu – belenggu di
mana seorang hanya bisa lepas darinya dengan mengorbankan nyawanya,
gagasan-gagasan itu seperti setan sehingga orang hanya dapat mengatasinya dengan
menyerah kepada Marx (Marx,
1842/1977;20)
Marx menikah pada
tahun 1843 dan tak lama kemudian ia terpaksa meninggalkan
Jerman untuk dapat suasana yang lebih liberal di Paris. Di Paris
ia bergulat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan baru – sosialisme Prancis dan politik Ekonomi Inggris. Dengan cara yang unik dia menggabungkan hegelian, sosialisme dan ekonomi politik yang kemudian menentukan
orientasi intelektualnya. Hal
yang sangat penting pula adalah pertemuannya dengan orang yang
kemudian menjadi teman seumur hidupnya, donator dan kolabolatornya yakni Fredrich Engels (Carver, 1983) Engels anak penguasa pabrik tekstil menjadi seorang sosialis yang mengkritik kondisi kehidupan yang di
hadapi kelas buruh. Banyak diantara rasa kasihan
Marx kesengsaraan kelas buruh berasal dari paparannya kepada Engels dan gagasannya sendiri. Tahun 1844
Marx dan Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah Café terkenal
di Paris dan meletakkan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup. Mengenai diskusi itu Engels berkata ”kesepakatan lengkap kami dalam semua bidang teori menjadi nyata…. dan perjanjian kerjasama kami mulai sejak itu” (McLellan, 1993:131)
di tahun berikutnya Engels menerbitkan karya the condition Of The Working Class in
England.
Selama periode itu Marx menerbitkan sejumlah karya yang sangat sukar dipahami (kebanyakan belum diterbitkan semasa hidupnya) termasuk the
Holy Family dan The German ideology (ditulis bersama Engels) dan ia pun menulis the economic and
philosophic manuscripts 1844 yang menandakan perhatiannya terhadap bidang ekonomi main
meningkat.
Meski Marx dan Engels mempunyai
orientasi teoritis yang sama,
namun ada juga beberapa perbedaan di antara mereka. Marx cenderung menjadi seorang intelektual teoritis yang kurang teratur dan sangat berorientasi kepada keluarga. Engels
adalah pemikir praktis, rapi dan pengusaha teratur dan orang yang tak percaya pada lembaga keluarga. Meski mereka berbeda, Marx dan
Engels menempa kerjasama yang akrab sehingga mereka berkolaborasi menulis buku dan artikel dan bekerjasama dalam organisasi radikal, dan bahkan Engels membantu membiayai Marx selama sisa hidupnya sehingga memungkinkan
Marx mencurahkan perhatiannya pada kegiatan intelekual dan politiknya.
Meski ada asosiasi era tantara nama Marx dan Engels,
namun Engels menjelaskan bahwa ia teman junior ; Marx mampu berkarya sangat baik tanpa aku. Aku tidak pernah mencapai prestasi seperti yang dicapai
Marx. Pemahaman Marx lebih tinggi, pengalamannya lebih jauh dan pandangannya lebih luas serta cepat ketimbangaku. Marx adalah jenius (Engels, dikutip dalam Mc Lellan,1973;131-132).
Banyak yang percaya bahwa Engels gagal memahami berbagai seluk beluk Marx.
Setelah Marx meninggal, Engels menjadi juru bicara utama bagi teori marxian dan
dalam berbagai cara menyimpangkan dan terlalu menyerderhanakannya, meski ia
tetap setia terhadap perspektif politik yang ia tempa bersama Marx. Karena beberapa tulisannya telah mengganggu pemerintahan prusia, pemerintah perancis ( atas permohonan prusia) mengusir Marx tahun
1845 dan karenanya Marx pindah ke Brussel.
Radikelismenya meningkat dan ia menjadi anggota aktif di bidang gerakan revolusioner internasional. Ia pun
bergabung dengan liga komunis dan bersama Engels diminta menulis anggaran dasar liga itu, hasilnya adalah manifestor komunis 1848, sebuah karya besar yang ditandai oleh slogan-slogan
politik yang termasyur (misalnya ‘kaum buruh seluruh dunia bersatulah’’).
Tahun 1849 ia pindah ke
London dan mengingat kegagalan revolusi politik tahun 1848, ia menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralih
ke kegiatan riset yang lebih rinci tentang peran sistem kapitalis. Study ini akhirnya menghasilkan tiga jilid buku dan
kapital. jilid pertama diterbitkan tahun 1867; kedua jilid yang lainnya diterbitkan sesudah ia meninggal. Selama riset dan menulis itu ia hidup dalam kemiskinan , membiayai hidupnya secara sederhana dari honorarium
tulisannya dan bantuan dana dari Engels.
Tahun 1864 Marx terlibat kembali dalam kegiatan politik, bergabung dengan ‘The
Internasional’, sebuah gerakan buruh internasional. Ia segera menonjol dalam gerakan itu dan mencurahkan perhatian selama beberapa tahun untuk gerakan itu. Ia mulai mendapat popularitas, baik sebagai pimpinan internasional maupun sebagai penulis deskapital. Perpecahan gerakan internasional tahun 1876, kegagalan dari berbagai gerakan revolusioner dan penyakit – penyakit,
akhirnya membuat Marx ambruk. Istrinya wafat tahun 1881 dan anak perempuannya tahun 1882 dan Marx
sendiri wafat di tahun 1883.
- Teori Pemikiran Karl Marx
1. Dialektika
Gagasan tentang
filsafat dialektis telah ada selama berabad-abad(Gadamer,1989). Gagasan
dasarnya adalah arti penting kontradiksi. Sementara kebanyakan filsuf, dan
bahkan orang awam memperlakukan kontradiksi-kontradiksi sebagai
kesalahan-kesalahan, filsafat dialektis percaya bahwa kontradiksi-kontradiksi
eksis di dalam realitas dan cara yang
paling tepat untuk memahami realitas adalah dengan mempelajari perkembangan
kontradiksi-kontradiksi tersebut.
Marx juga menerima
arti penting kontradiksi-kontradiksi untuk perubahan historis. Kita dapat
melihat hal ini di dalam rumusannya yang terkenal seperti “Kontradiksi
Kapitalisme” dan “Kontradiksi Kelas”. Namun berbeda dengan Hegel, Marx tidak
percaya bahwa kontradiksi-kontradiksi ini bisa dipecahkan di dalam pemahaman
kita, yakni di dalam pikiran-pikiran kita. Bagi Marx kontradiksi-kontradiksi
ini benar-benar ada dan tidak dapat di pecahkan ooleh filsuf yang hanya duduk
di belakang meja tulisnya, melainkan oleh perjuangan hidup dan mati demi mengubah dunia sosial. Dialektika lebih membawa kita kepada minat
untuk mengkaji konflik dan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi di antara
berbagaii level realitas sosial, ketimbang minat sosiologi tradisional terhadap
level-level yang saling berhubungan secara teratur dengan suatu keseluruhan
yang kohesif.
·
Metode Dialektis
Fokus Marx pada
kontradiksi-kontradiksi yang benar-benar ada, membawa dia kepada suatu metode
khusus untuk mempelajari fenomena sosial yang disebut
dialektika(Ball,1991;Friedrichs, 1972; Ollman, 1976; Schneider, 1971)
a.
Fakta dan
Nilai
Dalam analisis dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat
dipisahkan dari fakta-fakta sosial. Kebanyakan sosiolog menganggap nilai-nilai
mereka bisa dan bahkan harus dipisahkan dari studi mereka terhadap fakta-fakta
dunia sosial, tetapi juga tidak diinginkan, karena hal itu akan menghasilkan
suatu sikap ketidakberpihakan.
b.
Hubungan
Timbal Balik
Metode analisis dialektis bukanlah hubungan sebab akibat
sederhana dan satu arah antar bagian-bagian dunia sosial. Bagi pemikir
dialektis, pengaruh-pengaruh sosial tidak pernah secara sederhana mengalir di
satu arah sebagaimana yang diandaikan para pemikir-pemikir sebab akibat. Bagi
dialektikawan, satu faktor dapat berpengaruh pada faktor lain, namun juga
faktor lain ini juga akan berpengaruh pada faktor pertama. Jenis pemikiran ini
bukan berarti bahwa dialektikawan tidak pernah mengakui adanya hubungan sebab
akibat dalam dunia sosial. Ketika para pemikir dialektis berbicara tentang kausalitas, bukan berarti mereka selalu melihat faktor-faktor sosial berdasarkan hubungan
timbal balik seperti yang mereka lakukan pada kehidupan sosial.
c.
Masa
lalu,masa Sekarang, dan Masa Depan
Hubungan realitas kontemporer dengan fenomena-fenomena sosial
masa lalu dan masa yang akan datang memiliki dua implikasi yang teroisah
terhadap sosiologi dialektis. Pertama, bahwa sosiolog dialektis bergelut
mempelajari akar-akar historis dunia kontemporer sebagaimana yang dilakukan
oleh Marx (1857-58/1964) dalam studinya terhadap sumber-sumber kapitalis modern. Kedua, banyak pemikir dialektis menyesuaiikan
diri dengan tren sosial masa sekarang untuk memahami arah yang mungkin bagi masyarakat di masa depan.
d.
Tidak Ada
yang Tidak Dapat Dielakkan
Pandangan dialektis yang melihat adanya hubungan antara masa sekarang
dengan masa yang akan datang bukan berarti masa datang ditentukan oleh masa
sekarang. Terence Ball (1991) menggambarkan Marx sebagai seorang “yang meyakini
kesempatan politis” ketimbang “kepastian sejarah”. Karena fenomena sosial
selalu melahirkan aksi dan reaksi, maka dunia sosial tidak dapat dilukiskan
lewat model yang sederhana dan deterministik. Masa yang akan datang mungkin
didasarkan pada beberapa model yang ada saat ini, tetapi itu bukan berarti dia
sudah pasti seperti yang digambarkan model itu.
e.
Aktor dan
struktur
Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor dan struktur sosial, termasuk Marx yang
juga sudah mengetahui saling pengaruh yang terus terjadi antara level-level
utama analisis sosial.Inti pemikiran Marx
berada pada hubungan antara manusia dan struktur-struktur skala luas yang mereka ciptakan(Lefebvre,
1968:8). Metode dialektis mengakui keadaaan masa lalu, masa sekarang, dan masa
yang akan datang, dan hal ini juga berlaku untuk aktor-aktor dan
struktur-struktur.
2.
Sifat Dasar manusia
Marx
membangun ana1isis kritisnya terhadap
kontradiksi-kontradiksi masyarakat kapitais berdasarkan premis premisnya
tentang sifat dasar manusia, hubungannya dengan pekerja, dan potensinya bagi
alienasi dibawah kapitalisme. Marx percaya bagwa ada kontra diksi nyata antara
sifat dasar kita dan cara kita bekerja dalam masyarakat kapitalis.
Marx
(1964:64) menulis di dalam karyanya awalnya bahwa manusia merupakan suatu
“ansambel relasi relasi social”. Dengan ini dia ingin mengatakan bahwa sifat
dasar kita jalin menjalin dengan relasi relasi social kita yang khusus dan
konteks institusional kita. Oleh karena itu, sifat dasae manusia bukan
merupakan suatu yang statis, akan tetapi berbeda beda sesuai latar historis dan
social. Untuk memahami sifat dasar manusia kita harus memahami sejarah social
karena dia dibentuk oleh kontradiksi kontradiksi dialektis yang sama yang
diyakini marx sebagai pembentuk sejarah masyarakat.
Bagi marx, konsepsi tentang sifat
dasar manusia yang tidak memperhitungkan factor factor social dan sejarah
adalah salah, akan tetapi melibatkan factor factor itu juga tidak sama dengan
tindak menggunakan konsepsi tentang sifat dasar manusia sama sekali. Malahan
factor factor itu hanya memperumit dan memperdalam konsepsi tersebut. Bagi
marx, adasuatu sifat dasar manusia pada
umumnya, akan tetapi yang tidak penting adalah sifat dasar tersebut
dimodifikasi pada masing masingtahapsejarah” (marx, 1842/ 1977: 609). Ketika
bicara tentang dasar umum kita, marx sering menggunakan istilah species being.
Yang dia maksud adalah potensi-potensi dan kekuatan kekuatan yang unik yang
membedakan kita dari spesies yang lain.
Louis althusser (1969: 229),
berpendapat bahwa marx dewasa tidak meyakini adanya sifat dasar manusia apa pun. Tentu saja
ada alasan untuk menganggap sifat dasar manusia tidak penting bagi seseorang
yang tertarik mengubah masyarakat. Ide-ide tentang sifat dasar manusia- seperti
ketamakan, kecenderungan pada kekerasan, perbedaan gender “alamiah” kita -
sering digunakan untuk menentang
perubahan social apapun. Konsepsi konsepsi sifat dasar manusia itu konservatif.
Jika probem-problem kita disebabkan oleh sifat dasar kita, maka kita lebih baik
belajar untuk membiasakan diri mencoba mengubah segala sesuatu.
Meskipun demikian, jelas sekali bahwa
marx memiliki konsep sifat dasar manusia (geras, 1983). Bahkan, kurang masuk akal untuk
mengatakan bahwa sifat dasar manusia tidak ada. Sekalipun kita seperti kotak
kapur kososng, kotaak kapur tersebut mesti terbuat dari sesuatu, dan mesti memiliki
sifat, seperti bahwa tanda tanda kapur bisa tampak pada kotak kapur tersebut.
Pernyataan yang sebenarnya bukanlah apakah kita memiliki sifat dasar, melainkan
sifat semacam apa yang kita miliki tak berubah atau terbuka terhadap
proses-proses historis.
·
Kerja
Kerja adalah, pertama dan
utama sekali, suatu proses dimana manusia dan alam sama sama terlibat, dan
dimana manusia dengan persetujuan dirinya sendiri sama sama terlibat, dan
dimana manusia dengan persetujuan dirinya sendiri memulai, mengatur, dan
mengontrol aksi reaksi material antara dirinya dan alam… dengan bertindak
terhadap dunia eksternal dan mengubahnya, manusia pada saat yang bersamaan
mengubah sifat dasar dirinya. Diaa mengembangkan kekuatan kekuatan yang tidak
aktif dan memaksanya untuk bertindak patuh terhadao kekuasaan.. kita
mengendalikan kerja dalam suatu bentuk yang hanya diperuntukan khusus buat
manusia. Seekor laba laba membuat sarang bagaikan seorang penenun dan bahkan
seekor tawon maupun membuat malu seorang arsitek karena sarang yang dibuatnyaa.
Namun, inilah yang membedakan arsitek terburuk dengan tawon terbaik, bahwa si
arsitek sudah membayangkan struktur bangunan yang akan dibuatnya di dalam
imajinasi sebelummembangunnya di dalam kenyataan. Di akhir setiap proses kerja,
kita memperoleh hasil yang sebelumnya sudah ada di dalam imajinasi para
pekerja. Dia tidak akan mengubah bentuk material bahan yang diolah, tetapi juga
berhasil sampai pada satu tujuan. (marx, 1867/1967: 177-17)
Dalam
kutipan diatas kita melihat bagian bagian penting pandangan marx tentanng
hubungan antara kerja dan sifat dasar manusia. pertama, yang membedakan kita
dengan binatanng yang lain spesies kita sebagai manusia adala bahwa kerja kita
mewujudkan suatu hal di dalam realitas yang sebelumnya hanya ada di
dalamimajinasi. Produksi kita merefleksikan tuujuan kita. Marx menyebutproses
dimana kita menciptakan obyek-obyek eksternal di luarpikiran internal kita
dengan obyktifitasi. Kedua, kerja ini bersifat material. Ia bekerja dengan alam
material untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan material kita. Ketiga, dan
terakhir, marx mempercayai bahwa kerja ini tidak hanya mengubah alam, tetapi
juga mengubah kita termasuk kebutuhan, kesadaran, dan sifat dasar kita. Kerja,
oleh karena itu, pada saat yang sama merupakan (1) obyektivikasi tujuan
kita,(2) pembentukan suatu relasi yang esensial antara kebutuhan manusia dengan
obyek obyek material kebutuhan kita, dan (3) transformasi sifat dasar kita.
Penggunaan istilah kerja oleh
marx tidak dibatasi untuk aktifitas ekonomi belaka, meainkan mencangkup seluruh
tindakan tindakan produktif dimana kita mengubah dan mengolah alam material
untuk tujuan kita. Apapun yang diciptakan melalui aktifitas bertujuan bebas ini
merupakan suatu eksprresi dan transformasi hakikat kemanusiaan kita . karya
seni merupakan obyektifitas seniman.namun, benar juga bahwa proses penciptaan
kkarya seni mengubah seniman. Melalui proses produksi seni ide ide seniman
tenntanng seni berubah atau seniman mungkin menjadi sadar akan sebuahvisi baru yang
membutuhkan obyektivitas selanjutnya.
Kerja
bahkan kerja artistic,merupakan respon terhadap kebutuhan, dan transformasi
yang di bawa kerja itu juga mentransformasikan kebutuhan kita. Pemenuhan
kebutuhan bisa membawa kita padapenciptaan kebutuhan baru (marx dan engels,
1845-46/1970:43). Misalnya sajamobil memenuhi kebutuhan transportasi, walaupun
pada awalnya sebagian orang menganggap
dahulu membutuhkan mobil, tapi sekarang kebanyakan orang membutuhkanya. Kita
bekerja sebagai respons terhadap kebutuhan kita, akan tetapi kerja itu sendiri
mentransformasikan kebutuhan kebutuhan kita, yang bisa membawa kita kepada
bentuk bentuk aktifitas produktif baru, menurut marx, transformasi kebutuhan
kebutuhan kita melalui kerja inilah yang menjadi mesin sejarah manusia.
tidak hanya syarat syarat
obyektif yang berubah di dalam tindakan produksi…tetapi para produserpun
berubah, mereka menghasilkan kualitas kualitas baru di dalam diri mereka
sendiri, mengembangkan diri mereka di dalam produksi,mentransformasikan,mengembangkan kekuatan, kekuatan, ide-ide, berbagai bentuk hubungan
kebutuhan-kebutuhan dan bahasa baru. Marx,
1857-58/1974:494)
3.
Pandangan Materialisme
Historis Karl Marx
Pandangan
materialisme historis adalah pandangan tentang faktor-faktor yang menentukan
perkembangan sejarah. Pandangan materialisme historis menurut Marx,
“Materialisme” dalam Marx berarti bahwa kegiatan dasar manusia adalah kerja
sosial. Di sini dia menerima pengandaian Feurbach bahwa kenyataan akhir adalah
obyek indrawi, dan dalam Marx objek indrawi itu harus dipahami sebagai kerja
atau produksi. Istilah “Sejarah” mengacu pada Hegel yang
pengandaian-pengandaiannya tentang sejarah diterima oleh Marx. Tetapi, sejarah
di sini bukan menyangkut perwujudan dari Roh, melainkan perjuangan kelas-kelas
untuk mewujudkan dirinya mencapai kebebasan/emansipasi.
Hukum
dasar perkembangan masyarakat ialah bahwa produksi kebutuhan-kebutuhan material
manusia menentukan bentuk masyarakat dan pengembangannya. Fakta sederhana itu
ialah bahwa manusia pertama-tama harus makan, minum, bertempat tinggal, dan
berpakaian. Setelah itu baru mereka melakukan kegiatan politik, ilmu
pengetahuan, seni, agama, dan seterusnya. Jadi, produksi nafkah hidup material
bersifat langsung. Dengan demikian tingkat perkembangan ekonomis sebuah
masyarakat atau jaman menjadi dasar dari bentuk-bentuk kenegaraan,
pandangan-pandangan hukum, seni, dan bahkan perkembangan pandangan-pandangan
religius orang-orang yang bersangkutan.
Keadaan
sosial menyangkut produksi masyarakat, pekerjaan masyarakat. Manusia ditentukan
oleh produksi mereka: apa yang mereka produksi dan cara mereka berproduksi.
Pandangan ini disebut materialis. Disebut materialis karena sejarah manusia
dianggap ditentukan oleh syarat-syarat produksi material. Jadi Marx memakai kata
materialisme bukan dalam arti filosofis, yakni sebagai pandangan/kepercayaan
bahwa seluruh realitas adalah materi, melainkan ia ingin menunjuk pada
faktor-faktor yang menentukan sejarah. Faktor-faktor tersebut bukanlah pikiran
melainkan keadaan material manusia dan keadaan material adalah produksi
kebutuhan material manusia. Cara manusia menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk
hidup itulah yang disebut keadaan manusia dan cara ia bekerja. Jadi, untuk
memahami sejarah dan arah perubahannya, manusia tidak perlu memperhatikan apa
yang dipikirkan oleh manusia, melainkan bagaimana ia bekerja dan bagaimana ia
berproduksi. Sejarah tidak ditentukan oleh pikiran manusia, melainkan oleh cara
ia menjalankan produksinya. Maka, perubahan masyarakat tidak dapat dihasilkan
oleh perubahan pikiran, melainkan oleh perubahan dalam cara produksi.
Menurut
Doyle Pual Johnson dalam bukunya Teori Sosiologi Klasik dan Modern konsep
materialis Marx yang diterapkan pada perubahan sejarah untuk pertama kalinya
dijelaskannya dalam The German Ideology,
disusun bersama Engels. Tema pokok dalam karya ini adalah bahwa
perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran, ideologi-ideologi, atau
asumsi-asumsi filosofis mencerminkan,
bukan menyebabkan perubahan-perubahan
dalam kehidupan sosial dan materil manusia.
Manusia
masuk dalam hubungan-hubungan sosial dengan orang lain dalam usaha mencoba
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
dan seterusnya). Hubungan-hubungan produksi yang pokok ini menimbulkan pembagian
kerja. Sangat erat hubungannya dengan pembagian kerja itu adalah munculnya
hubungan-hubungan pemilikan yang mencakup pemilikan dan penguasaan yang
berbeda-beda atas sumber-sumber pokok dan berbagai alat produksi. Pemilikan dan
penguasaan yang berbeda-beda atas barang milik ini merupakan dasar yang asasi
untuk munculnya kelas-kelas sosial.
4.
Struktur – Struktur Masyarakat Kapitalis
Di Eropa pada zaman
Marx, industrialisasi sedang meningkat. Orang dipaksa meninggalkan pertanian
dan ketrampilan tangan dan bekerja di pabrik – pabrik dengan kondisi –
kondisinya yang seringkali sangat keras. Pada 1840-an, ketika Mark sedang
memasuki periode yang paling produktifnya, Eropa sedang mengalami krisis sosial
yang tersebar luas (Seigel, 1978 : 106).
Kapitalisme adalah
suatu sistem ekonomi dengan sejumlah besar pekerja yang menghasilkan sedikit
komoditi demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki segala hal
berikut ini : komoditi, alat-alat produksi komoditi, dan waktu kerja kaum
pekerja, yang dibeli melalui upah (H.Wolf,005b). Salah satu dari wawasan
sentral Marx ialah bahwa kapitalisme jauh lebih dari sekedar sistem ekonomi.
a.
Komoditas
Dasar dari semua
karya Marx mengenai struktur sosial, dan letak keterikatannya yang paling jelas
dengan panangan-pandangannya mengnai potensi manusia, adalah di dalam
analisisnya mengenai komoditas atau produk-produk pekerjaan yang terutama
dimaksudkan untuk pertukaran. Seperti dinyatakan Georg Lukacs (1922/1968 : 83).
“Masalah komoditas adalah masalah struktural yang sentral bagi masyarakat
kapitalis.”
b.
Pemberhalaan
Komoditas
Komoditas adalah
produk-produk pekerjaan manusia, tetapi komoditas bisa jadi terpisah dari
kebutuhan-kebutuhan dan maksud-maksud para penciptanya. Didalam kapitalisme
yang berkemang sepenuhnya, kepercayaan seperti itu menjadi realitas ketika
objek-objek dan pasar-pasarnya bener-bener menjadi fenomena nyata yang
independen. Komoditas menerima realitas eksternal indepenen yang nyaris mistis
(Mark,1867/1967 : 35). Marx menyebutkan proses itu sebagai pemberhalaan
komoditas (fitishism of comodity) (Dant, 1996; Sherlok, 1997).
c.
Modal,
Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
Marx menemukan inti
masyarakat di dalam komoditas. Masyarakat yang didominasi oleh benda-benda
dengan nilai utamanya adalah pertukaran mnghasilkan kategori-kategori manusia
terentu. Dua tipe utama yang di perhatikan Marx adalah kaum proletariat dan
kapitalis. Mari kita mulai dengan kaum proletariat.
Para pekerja yang
menjual tnaga krja mereka dan tidak memiliki alat-alat produksi sendiri adalah
anggota kaum poletariat. Mereka tidak memiliki pralatan sendiri atau
pabrik-pabrik. Marx (1867/1967: 714-715). Peraya bahwa kaum poletariat pada
akhirnya kehilangan kahliannya sendiri ketika mereka semakin melayani
mesin-mesin yang sudah menggantikan keahlian mereka. Kaum poletariat bergantung
sepenuhnya pada upahnya. Hal itu membuat kaum poltariat tergantung kepada
orang-orang yang membayar upah. Orang-orang yang membayar upah adalah kaum
kapitalis. Kaum kapitalis adalah orang-orang yang memiliki alat-alat produksi.
Di dalam suatu sirkulasi kapitalis komoditas (M,-C-M) tujuan utama ialah
menghasilkan uang yang lebih banyak. Komoditas-komoditas di beli untuk
menghasilkan keuntungan, tidak harus untuk penggunaan.
d.
Konflik
Kelas
Kelas, bagi Marx,
selalu ddidefinisikan dari segi potensinya untuk konflik. Para individu
membentuk kelas sejauh mereka berada dalam konflik bersama dengan orang-orang
lain mengenai nilai surplus. Di dalam kapitalisme ada konflik kepentingan yang
mendasar di antara orang-orang yang membayar buruh upahan dan orang-orang yang
bekerja diubah menjadi nilai surplus. Konflik alami itulah yang menghasilkan
kelas-kelas (Ollmann,1976).
Bagi Marx, suatu baru
ada bila orang-orang menjadi sadar atas hubungan mereka yang berkonflik dengan
kelas-kelas lainnya. Tanpa kesadaran itu mereka hanya membentuk apa yang oleh
Marx disebut suatu kelas dalam dirinya sendiri.
Didalam kapitalise,
analisis Mark menemukan dua kelas utama: borjuis dan proletariat. Borjuis
adalah nama yang di berikan Mark untuk kaum kapitalis di dalam ekonomi modern.
Kaum borjuis memiliki alat-alat produksi dan kaum poletariat adalah contoh lain
kontradiksi material yang nyata.
e.
Kapitalisme
Sebagai Hal Yang Baik
Mark, melihat
kapitalism terutama sebagai hal yang baik. Marx tiak ingin kembali
kenilai-nilai tradisional prakapitalisme. Generasi-generasi masalampau
benar-benar dieksploitasi; perbedaannya hanyalah eksploitasi lama tidak
terselubung di balik uatu sistem ekonomi. Kelahiran kapitalisme membuka
kemungkinan-kemungkinan baru untuk kebebasan para pekerja. Meskipun ada
eksploitasi, sistem kapitalis memberikan kemungkinan untuk kebebasan dari
tradisi-tradisi yang mengikat masyarakat sebelumnya. Meskipun para pekerja
belum benar-benar bebas sepenuhnya. Marx percaya bahwa kapitalisme adalah akar
yang menyebabkan ciri-ciri penentuan zaman modern. Perubahan terus menerus
modernitas dan kecondongannya untuk menentang segala tradisi yang di terima di
dorong oleh kompetisi yang tidak dapat dipisahkan dalam kapitalisme.
5. Ciri-ciri
Ekonomi Kapitalis
Ekonomi kapitalis
berjalan menurut serangkaian karakteristik yang khas. Di antaranya akan kita
sebutkan di bawah ini:
1.
Pada
dasarnya, produksi terdiri dariproduksi kooditi yaitu, produksi yang bertujuan
untuk di jual di pasar. Jika komoditi yang di produksi tidak terjual di atas
harga yang ada, perusahaan kapitalis dan borjuis secara keseluruhan tidak akan
mendapat keuntungan atau nilai lebih dari
pekerja.
2.
Produksi
di jalankandalam kondisi di mana alat produksi dimiliki secara pribadi.
Kepemilikan pribadi ini bukanlah kategori legal, tetapi pada intinya adalah
kategori ekonomi. Hal tersebut berarti bahwa kekuasaan untuk mengatur tenaga
produktif (alat produksi dan alat kerja) bukan milik kolektif, melainkan
terbagi-bagi antara perusahaan-perusahaan yang di kontrol oleh
kelompok-kelompok dan kelompok-kelompok finansial).
3.
Produksi
di jalankan untuk sebuah pasar yang tidak terbatas. Produksi di atur oleh printah kompetisi. Semenjak produksi
tidak di batasi oleh kebiasaan (seperti dalam komunitas priitif), atau oleh
hukum dan peraturan (seperti dalam perusahaan Abad Pertengahan), setiap
individu kapitalis (setiap pemilik pribadi, tiap perusahaan atau kelompok
kapitalis) berusaha untuk mendapatkan keuntungan terbesar, untuk mendapat bagian
terbesar dari pasar.
4.
Tujuan
prodksi kapitalis adalah memaksimalkan keuntungan. Kelas pemilik para kapitalis
hidup dari produk surplus sosial,uumnya mengkonsumsi dalam cara yang tidak
produktif. Kelas kapitalis juga mengkonsumsi secara tidak produktif sebagian
dari surplus sosial, sebagian dari keuntungan yang di dapatkanya. Jalan yang
paling efisien menurunkan biaya produksi
(harga biaya) adalah, untuk meperbesar basis produksi dengan kata lain, untuk
memproduksi lebih, dengan bantuan mesin-mesin yang makin cangih. Tetapi hal
tersebut membutuhkan jumlah kapitalis yang besar. Karenanya, di bawah cambukan kompetisi, kapitalisme di wajibkan untuk
mencari maksimalisasi keuntungan, agar mengembangkan investasi produktif
hinggga maksimal.
5.
Karena
itu, produksi kapitalis muncul menjadi produk yang tidak hanya untuk memperoleh
keuntungan tetepi juga untuk akumulasi
kapital. Sesungguhnya logika
kapitalisme membutuhkan sebagian besar nilai lebih yang di akumulasikan secara
produktif (di rubah menjadi kapital tambahan, dalam bentuk mesin-mesin dan
bahan-bahan baku tambahan, dan pekerja tambahan) dan di konsumsi secara tidak
produktif.
Produksi yang
bertujuan untuk akumulasi kapital ternyata menuju pada hasil yang kontradiktif.
Di satu sisi, meningkatnya perkembangan mekanisasi mengakibatkan perluasan tenaga produktif dan kenaikan
dalam produktivitas kerja, menciptakan dasar material bagi pembebasan umat
manusia dari kebutuhan “bekerja banting tulang”. Itulah fungsi sejarah
progresif dari kapitalisme.
·
Berjalannya Ekonomi Kapitalis
Dalam rangka
mendapatkankeuntungan maksimum dan mengembangkan akumulasi kapital sebesar
mungkin, kapitalis di paksa mengurangi hingga minimum bagian nilai baru yang di
hasilkan oleh tenaga kerja yang di kembalikan kepadanya dalam bentuk upah. Nilai
baru ini, “nilai yang di tambahkan” atau
”pendapatan nasional”, pada dasarnya di tentukan dariproses produktif itu
sendiri,terlepas dari faktor apapun dalam sisi distribusi.
Dua cara esensial
dimana kapitalis mencoba untuk meningkatkan bagian mereka yaitu, nilai lebih
adalah:
1.
Menambah
jam kerja tanpa meningkatkan upah harian (yang terjadi sejak Abad Keenambelas
sampai Abad Kesembilanbelas di Barat, dan masih berlangsung hingga hari ini di
berbagai negeri-negeri kolonial dan semi-kolonial), pengurangan upah riil,
penurunan “kebutuhan hidup minimum”. Ini yang di sebut oleh marx dengan
pertumbuhan dalam nilai lebih absolut.
2.
Peningkatan
produktifitas kerja dalam bidang barang-barang konsumen (ini mendominasi di
barat dari paruh dua abad Kesembilan belas hingga sekarang). Setelah kenaikan
produktivitas kerja dalam industri barang-barang konsumen dan pertanian,
rata-rata pekerja industri menghasilkan nilai barang yang sudah di tentukan
jumlahnya selama katakan saja tiga jam kerja yang sebelumnya lima jam.
Setiap kapitalis
mencoba mendapatkan keuntungan maksimum. Tapi untuk mendapatkanya, mereka harus
berusaha untuk meningkatkan produksi secara maksimum, dan tanpa henti
menurunkan harga biaya dan eceran (diekspresikan dalam unit moneter stabil).
Karena hal itu, kompetisi beroprasi sebagai proses selektif di antara
perusahaan kapitalis dengan syarat-syarat yang sedang. Hanya yang paling
produktif dan paling aktif bertahan hidup. Mereka yang menjual terlalu mahal
tidak akan mendapat keuntungan sama sekali.
·
Kapital, Kapitalis dan Ploretariat
Marx menemukan inti
masyarakat kapitalis didalam komoditas.
Suatu masyarakat didominasi oleh objek-objek yang nilai utamanya adalah
pertukaran yang memproduksi kategori-kategori masyarakat tertentu. Dua tipe utama yang menjadi perhatian Marx
adalah proleariat dan kapitalis.
Proletariat adalah
para pekerja yang menjual kerja mereka dan tidak memiliki alat-aat produksi
sendiri. Mereka tidak memilik
sarana-sarana sendiri dan pabrik-pabrik sendiri, tetapi marx percaya bahwa ploretariat bahkan
akan kehilangan keterampilan mereka seiring dengan meningkatnya mesin-mesin
yang mengantikan mereka. Karena
proletariat hanya memproduksi demi pertukaran, maka mereka juga
konsumen. Karena mereka tidak memiliki
sarana-sarana untuk memproduksi sarana-sarana untuk memproduksi
kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, maka mereka harus menggunakan upah yang
mereka peroleh untuk membeli apa yang mereka butuhkan. Maka dari itu proletariat tergantung
sepenuhnya pada upahnya untuk bertahan hidup.
Hal inilah yang membuat proletariat tergantung pada orang yang memberi
upah.
Orang yang memberi
upah adalah kapitalis, jelas adalah kapialis adalah orang-orang yang memiliki
alat produksi. Kapital adalah uang yang
menghasilkan lebih banyak uang. Dengan kata
lain, kapital lebih merupakan uang yang di investasikan ketimbang uang yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keingginan manusia.
Jadi kapitalisme
adalah uang yang menghasilkan lebih banyak uang, namun Marx mengungkapkan kepada kita bahwa
kapital bukan hanya itu : kapital juga merupakan sebuah resolusi sosial
tertentu. dengan kata lain uang hanya
akan menjadi kapital, karena adanya relasi sosial antara proletariat yang
bekerja dan harus membeli produk dengan orang yang menginvestasikan upahnya.
Kapitalis kapital untuk memperoleh keuntunagan terlihat sebagai kekuatan yang
di bantu oleh alam- suatu kekuatan produktif imanen didalam kapital.
·
Akhir dari Kapitalisme
Marx sering dijuluki
sebagai bapak dari komunisme yang berasal dari kaum terpelajar dan politikus.
Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa
kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk
komunisme.
Di lain tangan, Marx
menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari
kelas kerja internasional.“Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang
diciptakan oleh negara, tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada
saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita yang akan mengatur dirinya sendiri
secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan menghilangkan keadaan
yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil dari
yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman-
Hubungan antara Marx
dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap berpengaruh dan
kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam bukunya
Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian
David McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat,
hal tersebut tidak menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal
tersebut tidak dihalangi oleh kontrol pemerintah untuk dipelajari.
·
Eksploitasi
Bagi Marx, ekploitasi
dan dominasi lebih dari sekedar distribusi kesejahteraan dan kekuasaan yang
tidak seimbang. Ekspliotasi merupakan
suatu bagianpenting dari ekonomi kapitalis.
Tentu saja masyarakat memiliki sejarah eksploitasi, tetapi yang unik
dalam kapitalisme adalah bahwa eksploitasi dilakukan oleh sistem ekonomi yang
impersonal dan “objekti”. Kemudian
paksaan jarang dianggap sebagai kekerasan, malah menjadi kebutuhan pekerja itu
sendiri, yang biasaterpenuhi hanya
melaui upah, secara ironis Marx menggabarkan kebebasan upah kerja ini.
Untuk menggubah
uangnya menjadi kapital ....pemilik uang harus bertemu di dalam pasar dengan
buru-buruh bebas, bebas dalam dua pengrtian, dari satu sisi sebagai seseorang
yang bebas dia bisa mengatur tenaganya sebagai komoditasnya sendiri, dan disisi lain sebagai seseorang yang tidak
memiliki komoditas lain untuk dijual,
dia kekurangan segala sesuatu yang penting untuk merealisasikan
tenaganya.
Para pekerja
menjadi”buruh- buruh yang bebas”, membuat kontrak-kontrak bebas dengan para
kapitalis. Namun , Marx percaya bahwa
para pekerja tidak lagi mampu memproduksi demi kebutuhan mereka sendiri. Hal ini benar khususnyakarena biasanya
kapitalisme menciptakan apa yang disebut Marx sebagai”tentara cadangan” dari
pengagguran yang mau melakukanya. Inilah
misalnya yang ditemukan Barbara Ehrenreich sebagai tujuan iklan lowongan kerja
berupah yang rendah.
Kapitalisme membayar
para pekerja kurang dari nilai yang mereka hasilkan dan meraup keuntungan untuk
diri mereka sendiri. Hal ini membawa kita pada konsep sentral tentang
nilai-nilai suplus. Nilai surplus di
didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai produksi ketika dijual dan nilai
elemen-elemen yang digunakan untuk membuat poduk tersebut (termasuk kerja para
pekerja). Kaptalisme biasanya
menggunakan keuntungan ini untuk konsumsi pribadi, akan tetapi hal tersebut
belum mengakibatkan ekspansi kapitalisme.
Kapitalis melebarkan perusahaa mereka dengan menggubah nilai-surplus itu
menjadi modal yang akan menghasilkan nilai-nilai surplus yang lebih banyak.
Marx memberiakan sebuah ibarat, tentang hal ini” kapitalisme merupakan kerja
mati, seperi vampir, yang hiup dengan menhisap kehidupan kerja, dan makan dia
hidup, makin banyak kerja yang dihisapnya”
Marx menggemukakan
poin penting lainya tentang kapital” kapital eksis dan hanya bisa eksis sebagai
kapital-kapital. Maksudnya disini adalah
bahwa kapitalisme selalu di dorong oleh kompetisi yang tiada henti. Kapitalisme
mungkin terlihat terkontrol, meskipun mereka didorong oleh kompetisi yang
konstan antara kapital-kapial. Kapital dipaksa untuk memperoleh lebih banyak keuntungan demi mengakumulasikan
dan menginvestasikan lebih banyak kapital. “ begitulah, kapitalis sama dengan
si kikir dalam sebuah hal yang absolut, yakni memperkaya diri sendiri. Namun
yang terlihat pada si kikir sebagai kegilaan individu, maka dalam kapitlis terlihat
terliha sebagai efek dari mekanisme sosial yan roda penggeraknya adalah dirinya
sendiri.
Keinginan untuk
memperoleh lebih banyak keuntungan dan lebih banyak nilai surplus untuk
ekspansi, mendorong kapitalisme pada apa yang disebut Marx denagan hukum-hukum
akumulasi kapital. Kapitalis berusaha mengesploitasi pekerja semaksimal
mungkin: tertendensi konstan kapitalis
adalah untuk memaksaonkos kerja kembali..ke angka Nol”. Marx berpendapat bahwa struktur dan etos
kapitalisme mendorong kapitalis dalam mengarahkan akumulasi pada penumpukan
kapital yang lebih banyak lagi. Unutk
melakukan hal ini, berdasarkan pandangan Marx bahwa kerja merupakan sumber
nilai, kapitalis digiring untuk meningkatkan eksploitasi terhadap proletariat.
Inilah yang mendorong terjadinya konflik kelas.
·
Agama
Marx juga melihat
agama sebagai sebuah ideologi. Dia
merujuk pada agama sebagai candu masyarakat.
Marx percaya bahwa agama, seperti halnya ideologi, merefleksikan suatu
kebenaran, namun terbalik. Karena
orang-orang tidak bisa melihat bahwa kesukaran dan ketertindasan mereka
diciptakan oleh sistem kapitalis, maka mereka diberikan suatu bentuk
agama. Marx dengan jelas menyatakan
bahwa dia tidak menolak agama, pada hakikatnya, melainkan menolak suatu sistem
yang mengandung ilusi-ilusi agama. Bentuk keagamaan ini mudah di kacaukan dan
oleh karena itu selalu berkemungkinan untuk menjadi dasar suatu gerakan
revolusioner. Kita juga melihat bahwa
gerakan-gerakan keagamaan sering berada garda depan dalam melawan
kapitalisme(lihat,misalnya, teologis pembebasan)
·
Komunisme dan Sosialisme
Istilah sosialisme
selalu identik dengan sosok Karl Marx. Padahal pemikiran tentang sosialisme
terlampau jauh berkembang sejak abad ke V – sebelum Marx mulai memikirkan
recolusi proletariat. Pemikiran Marx sendiri tentang sosialisme sebenarnya
sudah termaktub dalam beberapa karya dan budaya Yunani kuno – meskipun terbatas
pada objek dari sosialisme itu sendiri. sosialisme untuk semua digagas oleh
Jambulos dan Euhemeros. Jambulos mendeskripsikan sebuah ‘negara matahari’
dimana segala-galanya – termasuk para isteri – dimiliki bersama.
Kata ‘sosialisme’
sendiri mucul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu juga ‘komunisme’. Kedua
kata ini pada awalnya memiliki makna yang selaras, namun ‘komunisme’ segera
dipakai oleh golongan sosialis radikal, yang menuntut penghapusan total hak
milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu dari
kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap
sendiri (Frans. 2003:14). Sosialisme pada abad pertengahan memiliki motif-motif
yang erat dengan nilai-nilai religius tertentu, yaitu Kristen. Terutama dalam
pertimbanhan tentang penyambutan Kerajaan Allah, Orang harus bebas dari
keterikatan.
Sedangkan memasuki
zaman pencerahan, perkembangan paham sosialisme tidak mampu berkembang pesat.
Hal ini disebabkan dominasi golongan borjuasi yang menuntut kebebasan politik
supaya dapat bebas berusaha dan berdagang untuk kepentingan milik pribadi –
sebesar dan sebebas mungkin. Sejak bergulirnya Revolusi Prancis (1789-1795),
sosialisme memasuki era modern dalam perkembangannya. Keyakinan dasar para
pemimpin sosialis modern adalah, secara prinsipil produk pekerjaan merupakan
milik si pekerja. Milik bersama dianggap tuntutan akal budi. Mereka meyakini bahwa
masyarakat akan berjalan jauh lebih baik kalau tidak berdasarkan milik pribadi.
Sejalan dengan
perkembangan sosialisme, paham komunisme sebagai ‘sosialisme radikal’ pun
berkembang mengiringi perkembangan induknya. Sejarah perkembangan kedua
pemikiran ini – sampai saat ini – seolah mengerucut pada pergolakan yang
terjadi di belahan Eropa, khusunya Uni Soviet – sekarang Rusia. Diantara
tokoh-tokoh yang memiliki dominasi penuh atas kedua pemikiran ini adalah Karl
Marx, Engels, Stalin, dan George Lukaes. Oleh karena itu, untuk memahami
perkembangan pemikiran sosialis dan komunis, penulis menitik beratkan kajian
pada perkembangan pemikiran Marx, Engels, dan Stalin. Sedangkan untuk
memperkuat pengaruh pemikiran sosialisme dan komunisme modern, tulisan George Lukaes
yang berjudul History and Class Conciousness (1923) tentunya tidak dapat
ditinggalkan.
·
Sosialisme-nya Marx
Pandangan Marx
tentang sosialisme bertentanngan dengan konsepsi-konsepsi sosialisme yang
diciptakan Fourier dan Owen – yang menciptakan ‘dunia baru’ dimana setiap orang
hidup bahagia. Marx berasumsi bahwa konsepsi tersebuat hanya angan-angan
belaka, karena tidak menunjukkan jalan bagaimana mencapainya. Semua itu utopia,
kata Marx, hanya impian belaka. Disisi lain, Marx sendiri selalu menolak member
gambaran sosialisme. Menurutnya, sosialisme – ilmiah – tidak dapat “membuat
resep bagi dapur umum dimasa datang”.
Sementara itu, untuk
membedakan ajaran dari gagasan sosialisme utopis, Marx menyusun suatu teori
sosial yang menurutnya didasari hokum-hukum ilmiah dan karena itu pasti
terlaksana. Marx meyakini adanya ‘hukum-hukum gerak’ dalam masyarakat yang
dijalankan dengan prinsip ‘kebutuhan yang mutlak’ didasarkan pada penjelasan
naïf dari kemajuan ilmu pengetahuan alam (Elster. 2000:31). Pertimbangan moral,
menurut Marx, bukanlah dasar bagi sosialisme. Penilaian bahwa kapitalisme itu
jahat dan sosialisme itu baik tidak berlaku mutlak, melainkan jika
syarat-syarat objektif pengahpusan hak milik pribadi atas sesuatu itu
terpenuhi. Hal ini berarti klaim Marx terhadap sosialisme-nya yang bersifat
ilmiah bisa diterima, karena berdasarkan pengetahuan hukum-hukum objektif
perkembangan masyarakat – yang kemudian tersohor dengan istilah ‘Pandangan
Materialis Sejarah’ (Frans. 2003:137).
Sosialisme yang akan
datang menggantikan kapitalisme adalah buah dari pada perkembangan masyarakat
dalam sejarah dibawah pengaruh hokum dialektik. Menurut Marx, menggunakan jalan
ilmiah, sosialisme tidak dapat ditentukan sekarang bentuk dan rupa masa yang
akan datang – artinya susunan baru pada masyarakat tidak dibuat, melainkan
dilahirkan. Melihat realita sejarah, menurut penulis, sosialisme yang
berorientasi pada terbentuknya ‘masyarakat tidak berkelas’ adalah bagian dari
hegemoni dan upayah manusia mencapai sebuah kesetaraan. Meskipun realita yang
berkembang kini tidak berjalan horizontal, melainkan vertikal.
Konsep sosialisme
Marx memang lebih kompleks daripada filsuf lainnya. Tujuan sosialisme dalam
pandangn Marx bukanlah membuat suatu konstruksi masyarakat dalam suatu sistem
yang selesai bentuknya, melainkan menyelidiki suatu perkembangan sejarah yang
melahirkan dua kelas yang bertentangan, dan kemudian mempelajari betapa
berpengaruhnya faktor-faktor kelas tersebut terhadap kondisi ekonomi masyarakat
yang akan melenyapkan pertentangan tersebut.
Pendapat Marx diatas
dikuatkan oleh Engels dalam bukunya “Perkembangan Sosialisme dari Utopia sampai
ke Ilmu.”Ajarannya adalah bahwa komunisme merupakan ajaran tentang
syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk mencapai kemerdekaan kaum buruh. Dalam
menyusun teori mengenai perkembangan masyarakat, Marx sangat tertarik oleh
gagasan filsuf Jerman George Hegel mengenai dialektika karena di dalamnya
terdapat unsur kemajuan melalui konflik dan pertentangan. Dan unsur inillah
yang dia perlukan menyusun teorinya mengenai perkembangan masyarakat melalui
revolusi. Untuk melandasi teori sosial, maka dia merumuskan terlebih dahulu
teori mengenai materialisme dialektik (dialectical materialism). Kemudian
konsep-konsep itu dipakainya untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat
yang dinamakannya materialisme historis (historical materialism). Dan karena
materi oleh Marx diartikan sebagai keadaan ekonomi, maka teori marx juga sering
disebut ’analisa ekonomis terhadap sejarah’. Dalam menjelaskan teorinya Marx
menekankan bahwa sejarah (yang dimaksud hanyalah sejarah Barat) menunjukkan
bahwa masyarakat zaman lampau telah berkembang menurut hukum-hukum dialektis
yaitu maju melalui pergolakan yang disebabkan oleh kontradiksi-kontradiksi
intern melalui suatu gerak spiral ke atas sampai menjadi masyarakat dimana Marx
berada. Atas dasar analisa terakhir ia sampai pada kesimpulan bahwa menurut
hukum ilmiah dunia kapitalis akan mengalami revolusi -yang disebutnya revolusi
proletariat- yang akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat kapitalis tersebut,
dan akan meratakan jalan untuk timbulnya masyarakat komunis.
6. Alienasi
Marx menggunakan
konsep alienasi untuk menyingkapkan efek produksi kapitalis yang bersifat
menghancurkan terhadap manusia dan terhadap masyarakt. Yang sangat signifikan
di sini adalah sistem dua kelas yaitu kaum kapitalis mempekerjakan karyawan
(dengan demikian mereka memiliki waktu para pekerja) dan para kapitalis
memiliki alat-alat produksi (alat-alat dan bahan-bahan mentah) dan juga
memiliki produk-produk hasil akhirnya. Agar dapat bertahan hidup, para pekerja
dipaksa menjual waktu kerja mereka kepada kaum kapitalis.
Alienasi dapat
dilihat mempunyai empat komponen mendasar.
1.
Para
pekerja di dalam masyarakat kapitalis dialienasi dari kegiatan produktifnya. Mereka tidak menghasilkan objek-objek
menurut ide-ide mereka sendiri atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri
secara langsung. Malah, para pekerja bekerja bagi kaum kapitalis, yang memberi
upah sekadar untuk mnyambung hidup sebagai balasan untuk pemakaian mereka dalam
cara yang dianggap cocok oleh sang kapitalis. Karena kegiatan produktif adalah
milik kaum kapitalis, dan karena mereka yang memutuskan apa yang harus
dilakukan, dapat dikatakan bahwa para pekerja teralienasi dari
kegiatan-kegiatan itu.
2.
Para
pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi bukan hanya melalui
kegiatan-kegiatan itu-produk. Produk
pekerjaan mereka bukan milik para pekerja, tetapi milik para kapitalis, yang
mungkin memakainya dengan cara apa pun yang mereka inginkan karena merupakan
hak milik pribadi para kapitalis. Kaum kapitalis akan menggunakan
kepemilikannya agar dapat menjual produk demi mendapatkan keuntungan.
3.
Para
pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari para rekan kerjanya. Asumsi Marx ialah bahwa pada dasarnya orang
butuh dan ingin bekerja sama agar dapat
mengambil dari alam apa yang mereka perlukan untuk dapat bertahan hidup. Akan
tetapi, di dalam kapitalisme kerja sama itu diganggu, dan orang, kerap orang-orang
asing, dipaksa bekerja berdampingan untuk sang kapitalis. Bahkan, para pekerja
di lini perakitan yang terdiri dari teman-teman dekat pun, sangat banyak yang
terisolasi karena sifat dasar teknologinya.
4.
Para
pekerja di dalam masyarakat kapitalis teralienasi dari potensi manusianya sendiri. Para individu semakin sedikit bekerja
sebagai manusia karena mereka semakin tersusutkan di dalam pekerjaan mereka menjadi
berfungsi sebagai mesin.
C.
Pertumbuhan Ekonomi menurut Karl Marx
Sebelum mengetahui bagaimana pertumbuhan
ekonomi menurut Karl Marx kita harus mengetahui apa itu pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto
riil atau atau pendapatan nasional rill. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh
atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil.definisi pertumbuhan
ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan
output perkapita . pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup
diukur dengan output riil per orang.
Menurut
Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima tahapan yaitu sebagai berikut:
1.
Sosialis (komunal primitif)
2.
Perbudakan
3.
Feodal
4.
Kapitalis
5.
Sosialis (komunal modern)
Dari
kelima tahapan tersebut Marx melihat adanya siklus dalam perkembangan
masyarakat yaitu mulai dari masyarakat komunal (primitif) pada tahap pertama
dan berakhir kembali pada masyarakat komunal (modern) pada tahap kelima. Dalam pada itu pada
tahap kedua, ketiga dan keempat ditandai oleh adanya konflik dan perjuangan
kelas diantara kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang bertentangan
dalam masyarakat yang bersangkutan.
1. Sosialis (komunal primitive)
Sebagai suatu tatanan masyarakat yang menekankan kepada
pentingnya kebersamaan. Jadi berbeda dengan tatanan masyarakat kapitalis primitif
yang lebih menonjolkan kepentingan individu. Perekonomian primitif
ditandai oleh teknologi atau peralatan kerja yang sifatnya masih sangat
sederhana seperti alat-alat yang berasal dari batu dan sebagainya.
2. Perbudakan
Terbelahnya produsen ke dalam dua kelompok yang satu sama lain
disamping saling membutuhkan, tetapi dalam prakteknya juga sering mempunyai
kepentingan yang saling bertentangan.
3. Masyarakat Feodal ( Tuan Tanah )
Kaum
bangsawan menguasai alat – alat produksi utama pada waktu itu yaitu tanah, sehingga sebagian besar
petani tidak memilki tanah, atau hanya memilki tanah yang luasnya terbatas
sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhannya para petani bekerja di tanah yang di miliki oleh tuan
tanah, baik itu bekerja sebagai buruh tani atau pun penyewa.
4. Masyarakat Kapitalis
Masyarakat kapitalis diilhami oleh gagasan Adam Smith yang
menggarisbawahi pentingnya peranan kapital dan akumulasi kapital dalam
pertumbuhan ekonomi lewat peningkatan produktivitas per pekerja. Peningkatan
produktivitas per pekerja terjadi karena tambahan kapital membuka peluang untuk
mempertajam tingkat spesialisasi dan pembagian kerja (specialization division
of labor). Disamping itu faktor lain yang ikut menunjang proses pertumbuhan
ekonomi menurut Adam Smith adalah: (a) Pasar yang semakin luas, dan (b)
Laba usaha. Syarat utama yang harus dipenuhi untuk memaksimumkan luas pasar
menurut Adam Smith adalah memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada anggota
masyarakat dalam mengelola kegiatan ekonominya. Dampak dari perkembangan yang
semacam itu adalah bahwa masyarakat kembali terbagi dua tetapi dengan corak
yang berbeda dari periode sebelumnya. Kedua kelompok itu adalah: a) kelas
kapitalis, dan b) kelas buruh.
Dalam
hubungan ini para kapitalis mempekerjakan kaum buruh, yang dalam hal ini
mempunyai posisi yang relatif lemah terutama karena tidak memiliki alat
produksi. Pertentangan kepentingan ini makin lama makin besar dan akhirnya
timbul pertarungan diantara keduanya yang oleh Marx disebut perjuangan kelas.
5.
Masyarakat Komunal Modern
Dalam masyarakat komunal modern faktor-faktor produksi adalah milik
bersama (social ownership). Namun
berbeda dengan masyarakat komunal primitif, dalam masyarakat komunal modern
alat-alat produksi atau teknologi sudah jauh lebih maju. Dalam sistem ini semua manusia
mempunyai peluang yang sama untuk maju pada semua bidang kehidupan dan terutama
dalam bidang ekonomi.
- Kritik
Terhadap Karl Marx
Ada beberapa problem
dari dalam teori Marx yang harus didiskusikan, pertama problem yang secara
aktual terdapat dalam komunisme.
Kegagalan masyarakat-masyarakat
komunis dan perubahanya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi
kapitalistis memaksa kita mempersoalkan apakah makna semua ini bagi peran teori
Marxian. Ide-ide Marx kelihatanya telah
diuji dan ternyata gagal
Problem kedua yang
sering dikemukakan adalah tidak adanya subjek emansipatoris. Inilah ide baru teori Marx menempatkan
proletariat di jantung perubahan sosial yang akan menggiring kepada
komunisme, namun pada kenyataanya,
proletariat jarang memperoleh posisi ini dan sering termasuk ke dalam
kelompok-kelompok yang menentang komunisme.
Problem ketiga adalah
hilangnya dimensi gender. Salah satu
poin utama teori Marx adalah bahwa kerja menjadi sebuah komodias di bawah
kapitalisme, sementara pada fakta historisnya ini lebih sedikit terjadi pada
wanita ketimbang laki-laki. Untuk
tingkat yang lebih luas, kerja laki-laki yang di upah tergantung pada kerja
wanita yang tidak di upah, sebab pertumbuhan tenaga kerja tergantung kerja
wanita yang tidak di upah.
Problem ke empat
adalah bahwa Marx melihat ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh produksi
dan mengabaikan aturankonsumsi. Fokusnya
pada produksi menggiringinya untuk mempredisikan bahwa masalah-masalah
efisiensi dan pemotongan upah akan menggiring pada ploterarianisasi,
peningkatan alienisasi dan semakin meruncingya konflik kelas.
Terakhir, sebagian
mengaggap Marx tidak kritis dalam menerima konsepsi kemajuan barat sebagai
sebuah problem, Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang selau
menigkatkan eksploitasi terhadap alam demi kebutuhan-kebutuhan
materialnya. Di samping itu Marx yakin
bahwa hakikat manusia adalah kemampuannya untuk mengelola alam demi mencapai
tujuan-tujuanya. Asumsi inilah yang
barangkali jadi penyebab banyaknya krisis lingkungan saat ini dan dimasa
datang.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Suatu
diskusi mengenai pendekatan dialektis yang diperoleh Marx dari Hegel bahwa
masyarakat disusun sekitar kontradiksi-kontradiksi yang dapat dipecahkan hanya
melalui perubahan sosial yang nyata. Salah satu dari kontradiksi-kontradiksi
utama yang dilihat Marx ialah diantara Potensi Manusia dan kondisi Kapitalisme.
Dalam
masyarakat kapitalis terdapat konsep komoditas dan kontradiksi nilai guna dan
niilai tukarnya. Dalam hal ini kemampuan modal untuk menghasilkan keuntungan
terletak pada eksploitasi kaum ploletariat. Kontradiksi tersebut menyebabkan
konflik kelas diantara kaum proletariat dan borjuis, yang pada akhirnya akan
menghasilkan revolusi karena proletarianisasi akan memperbanyak barisan kaum
ploretariat.
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau
atau pendapatan nasional rill. Menurut Marx pertumbuhan ekonomi melalui lima tahapan diantaranya
yaitu: sosialis
(komunal primitif), perbudakan, feudal, kapitalis, dan sosialis (komunal modern).
Meskipun dia mengkritik kapitalisme, Marx percaya
bahwa kapitalisme baik. Marx merasa bahwa dia mampu memandang dari masa depan
potensial kapitalisme karena konsepsi materialisnya atas sejarah. Dengan
memfokuskan pada kekuatan-kekuatan produksi, Marx mampu memprediksi kecenderungan
historis yang memungkinkannya mengidentifikasi di mana tidakan politis dapat
menjadi efektif. Tindakan politis da bahkan revolusi dibutuhkan karena
hubungan-hubungan produksi dan ideologi dapat menahan perkembangan
kekuatan-kekuatan produksi yang diperlukan. Menurut pandangan Marx,
perubahan-perubahan tersebut pada akhirnya akan mendatangkan masyarakat
komunis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010. Teori-Teori Pembangunan. https://resum.wordpress.com/ diakses pada tanggal 18 Januari 2015.
Anonim.
2009. Biografi Karl Marx. http://kolom-biografi.blogspot.com diakses pada tanggal 18 April 2015.
Edi, Nata. 2007. Karl Marx. http://nataebiografiteacher.blogspot.com
diakses pada tanggal 18 April 2015.
Soleh,
Hobir. 2009. Pemikiran Karl Marx dan
Teorinya. https://hobirsoleh.wordpress.com diakses pada tanggal 18 April 2015.
Sukirno,
Sadono. 1994. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Rajawali..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar