SEKTOR MONETER PENJAGA STABILITAS
Stabilitas ekonomi
makro dilihat dari keseimbangan antara permintaan (yang ditunjukkan oleh
total pengeluaran) dan penawaran (yang ditunjukkan dengan oleh kemampuan
perekonomian tersebut menghasilkan barang dan jasa) yang terjadi di pasar
tersebut. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang
dapat diukur dengan:
1.
Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk
berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi
ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya
peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.
2.
Kestabilan harga
Apabila kestablian harga
tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat percaya
bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa
depan.
3.
Neraca Pembayaran
Internasional
Neraca pembayaran
internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara.
Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan
kebijakan-kebijakan moneter.
Ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi agar kebijakan moneter dapat mencapai keberhasilan dalam
pelaksanaannya. Prasyarat tersebut meliputi: Indepensi Bank Sentral., fokus
terhadap sasaran, Capacity to forecast inflation, dan Pengawasan instrumen,
Pelaksanaan secara konsisten dan transparan.
Fluktuasi suku bunga yang
sukar diramalkan menciptakan pergese ran berputar dalam sumber-sumber daya
antara para pengguna, sector-sektor ekonomi, dan Negara, menimbulkan gerakan
yang sukar diramalkan dalam investasi berbasis pinjaman, harta-harta komoditas
saham, serta nilai tukar.
Indonesia memiliki hutang
yang besar akibat krisis moneter pada tahun 1997. Dan sampai sekarang
hutang-hutang Indonesia kepada luar negri belum terlunasi, karna Internasional
menggunakan system Bunga.
Kebijakan Moneter
(Monetary Policy) adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro
agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah
uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi
kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Prioritas utama stabilitas ekonomi menjaga kestabilan harga kebutuhan dasar
rakyat, dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya
tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Gejolak moneter pada tahun
1997 mengakibatkan banyak dampak yang membahayakan perekonomian nasional. Salah
satunya adalah ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri yang berhubungan
dengan perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam
bentuk mata uang asing. Selain itu Stok utang luar negeri swasta yang
sangat besar dan umumnya berjangka pendek serta system perbankan di Indonesia
yang lemah pada saat itu. Hal- hal tersebutlah suku bunga yang ternilai tinggi
yang membuat hutang di Indonesia sampai sekarang belum terlunasi. Indonesia
harus mampu menuntaskan hutang-hutangnya ke luar negri agar pertumbuhan ekonomi
stabil.
Salah satunya cara untuk
menstabilkan perekonomian Indonesia adalah yaitu koperasi. Koperasi adalah
organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang demi
kepentingan bersama.
Dangkalnya sektor keuangan menyebabkan sektor keuangan dan perekonomian
rentan mengalami gejolak manakala ada perubahan sentimen pasar atau persepsi
global, kendati fundamental makro dan sektor riil dalam negeri sebenarnya tidak
bermasalah.
Pada 2014, dipicu spekulasi bahwa AS akan segera menaikkan suku bunga
dalam negerinya, maka di AS akan terjadi arus modal masuk (inflow) sejalan
dengan gejala pemulihan ekonomi negara itu sehingga terjadi arus modal keluar
(outflow) dari Indonesia dalam skala cukup besar pada triwulan IV, khususnya di
obligasi/surat utang. Hal ini menyebabkan permintaan akan rupiah menurun.
Kenaikan suku bunga AS tampaknya ditunda, arus modal global kembali
masuk menyerbu Indonesia. Masuknya arus modal global mestinya bisa membantu
mendongkrak rupiah. Namun, yang terjadi rupiah justru terpuruk, untuk pertama
kali sejak 1998 menembus level Rp 13.000 per dollar AS.
Tipisnya pasar valas dituding sebagai salah satu penyebab tertekannya
nilai tukar ini. Volume transaksi valas harian di Indonesia tercatat hanya 5
miliar dollar AS, jauh di bawah Thailand (12,7 miliar dollar AS) dan Malaysia
(11 miliar dollar AS). Belakangan, volatilitas sangat tinggi bahkan tidak hanya
terjadi di nilai tukar dan pasar modal, tetapi juga pada obligasi atau surat
uang negara. Hal ini akibat kian meningkatnya kepemilikan asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar