SEKTOR MONETER MENOPANG PERTUMBUHAN EKONOMI
BERKELANJUTAN
Dengan adanya keseimbangan
dan pertumbuhan yang sama baik antara sektor riil dan sektor moneter, maka akan
berdampak dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergerak secara positif.
Dengan menurunkan tingkat suku bunga pada kebijakan moneter akan menyebabkan
permintaan akan uang serta investasi sehingga pendapatan nasional meningkat.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional.
Tujuan utama pembangunan
nasional Indonesia adalah untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan inklusif, yaitu pertumbuhan yang memiliki basis luas,
terdapat di berbagai propinsi dan dapat mengurangi ketidaksetaraan pendapatan.
Untuk mengembangkan pertumbuhan yang begitu luas, tentunya ada beberapa hal
penting yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia.
Pengembangan aspek
infrastruktur, yang menjamin konektifitas nasional dan membantu wilayah yang
kurang berkembang untuk dapat menyusul wilayah yang sudah lebih maju, seperti
di pulau Jawa.
Pendidikan universal dan
akses terhadap kesehatan. Ini merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat.
Program penangulangan
kemiskinan. Program ini terdiri dari subsidi beras, pemberian dana tunai dan
pembangunan lingkungan.
Skema keuangan mikro.
Skema ini membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mendapatkan dana
bantuan.
Kunci kesuksesan sektor
riil diantaranya adalah sektor pertanian, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM), perjanjian perdagangan internasional (ACFTA), dan juga peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan, bimbingan keterampilan,
serta pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan. Aspek lainnya yang cukup
penting terkait dengan pertumbuhan yang berkelanjutan ini adalah unsur
lingkungan.
Contoh kegagalan sektor
moneter dan sektor riil yaitu pada krisis finansial Asia pada 1997-1998.Akibat
dampak dari krisis finansial Asia pada 1997-1998, pembangunan infrastruktur di
Indonesia tidak mengalami begitu banyak perubahan, bahkan pemeliharaan
infrastruktur juga kurang begitu baik.
Dangkalnya sektor finansial yang
Indonesia alami membuat kita menghadapi hambatan dalam mobilisasi dana
pembiayaan kegiatan ekonomi produktif dan pembangunan. Padahal, sebenarnya
potensi pendanaan dalam negeri sangar besar, termasuk yang bersumber dari dana
pensiun, asuransi, reksa dana, dan lain-lain. Belum tersedianya instrumen
investasi yang kompetitif dan mekanisme perlindungan investor yang memadai juga
menyebabkan banyak warga Indonesia memilih memarkir atau menanamkan dananya di
luar negeri.
Semua dana ini, jika bisa
dimobilisasi di dalam negeri, seharusnya bisa sangat membantu dalam pembiayaan
program seperti pembangunan infrastruktur. Akibat terkendalanya mobilitas
pendanaan pembangunan di dalam negeri, perekonomian mengalami underinvestment
sehingga realisasi pertumbuhan ekonomi selalu di bawah tingkat potensialnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar