Istilah alay, pasti Anda sudah tidak
asing lagi dengan kata-kata ini. Bahkan sempat ada lagunya, yaitu lagu dangdut
yang berbunyi “alay, anak layangan. Norak-norak abis. Sok selebritis” dan
seterusnya. Alay adalah sifat pada manusia yang senang bersikap dan bertingkah
laku menggunakan caranya sendiri namun masih dalam taraf tidak melanggar.
Sedang alayer adalah mereka yang mempunyai sifat alay ini. Istilah alay mulai
menyebar di Indonesia sejak banyaknya acara musik di stasiun televisi di
Indonesia bermunculan seperti Dahsyat, Inbox, Happy Song, dan lain-lain.
Kemudian juga acara-acara saur dan berbuka puasa di saat bulan Ramadan. Istilah
ini sebenarnya ditunjukkan bagi mereka yang secara sengaja menonton live
acara-acara yang disebutkan di atas dan kemudian mereka mendapatkan bayaran
dari stasiun Televisi tersebut.
Ditambah lagi media
sosmed yang tengah gencar di Indonesia membuat istilah alay semakin popular .
Namun yang dimaksud orang alay di sini bukan lagi mereka penonton bayaran tapi
mereka yang senang melakukan komunikasi di sosmed dengan bahasa dan gaya
penulisan mereka sendiri yang terkadang tidak mudah dipahami.
Seiring dengan perkembangan alay dari alayer yang dimaksud penonton bayaran
hingga alayer yang berbahasa dengan gaya mereka sendiri, sebutan alayer pun
semakin meluas. Karakter orang alay semakin banyak dan mudah diidentifikasi.
Lalu apa saja karakter orang alay? Pertama adalah mereka yang berpakaian tidak
nyambung warna dan penggunaan accecories yang berlebihan. Misalnya saja pada
alayer cowok yang kemejanya berwarna ungu bunga-bunga kemudian di kancingkan
hingga sampai leher namun celanya hijau dan sepatunya merah. Kemudian mereka
juga menggunakan kaca mata hitam besar dan behel gigi warna pink. Memang
terkesan lucu namun hal ini adalah cara dan gaya mereka dalam berbusana dengan
tujuan mencontoh artis. Kedua mereka yang senang menggunakan bahasa mereka sendiri
dan sering disebut bahasa alay yang terkadang tidak mudah dipahami, seperti
kamseupay yang artinya kampungan sekali udik payah, kemudian kales yang artinya
barang kali, kepo yang artinya penasaran, dan masih banyak lagi. Hal ini juga
mereka terapkan saat mereka menulis, seperti mengetik SMS dan media sosmed lain
yang disingkat-singkat tak beraturan, huruf besar-kecil, dan penggunaan angka
mengganti huruf seperti “y4 k4L3zSt” yang artinya “ya kales”. Ciri ketiga
adalah mereka yang senang berlebihan dalam menanggapi sesuatu dan mengganggu
orang lain dengan tujuan mencari perhatian seperti berteriak-teriak tak wajar
saat mereka melihat sesuatu yang menurut mereka mengagumkan. Bahkan ciri orang
alay juga dapat diidentifikasi melalui pose mereka berfoto.
Ada beberapa yang menganggap orang alay ini menyebalkan karena mereka
berbicara menggunakan bahasanya sendiri dan tidak mudah kita pahami. Selagi
tidak mengganggu seharusnya kita dilarang membenci atau tidak menyenangi alayer
yang dimaksud. Kita harus menghargai hak mereka yang sebenarnya menjadi orang
alay atau tidak adalah hak asasi masing-masing. Alay bagaikan seni yang
seharusnya juga sama seperti seni yaitu bisa dihargai dan diapresasi selagi
tidak menyalahi aturan yang terlalu atau mengganggu.
Perlu diketahui bahwa orang alay sebenarnya adalah mereka yang kreatif.
Mengapa? Mereka hanya mengekspresikan apa yang menurut mereka lebih mudah dan
menyenangkan bagi mereka. Mereka tidak ingin terlalu menerapkan
peraturan-peraturan yang terlalu mengekang hidup mereka seperti peraturan
penggunanaan bahasa baku dan sesuai EYD saat mereka berkomunikasi sehingga
mereka harus menciptakan istilah-istilah baru yang membutuhkan
kreativitas tinggi. Mereka justru memanfaatkan kemampuan otaknya untuk
berkreativitas yang mampu membantu hidupnya. Kemudian berbusana dengan gaya
mereka sendiri sebenarnya juga membutuhkan kreativitas tinggi. Mereka hanya
ingin terlihat beda dari orang lain dan sifat semacam inilah yang merupakan
salah satu ciri dari orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi. Mereka hanya
ingin menjadikan mereka seperti artis bagi hidupnya sendiri dan sebenarnya
masih sah-sah saja. Untuk itu hargai manusia alay.
Namun ada pula yang perlu dikhawatirkan. Bahasa alay yang cepat berkembang
pesat dan lebih pendek serta mudah dipahami ini ditakutkan lebih banyak para
penggunanya dibanding Bahasa Indonesia, Bahasa Nasional Indonesia. Sehingga
dapat menggeser Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional. Untuk itu tetap
gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di acara formal namun juga tidak
dilarang berkomunikasi dengan bahasa alay saat berkomunikasi tidak formal
seperti dengan teman untuk menambah daya kreativitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar