Rabu, 03 Juni 2015

Sisi Positif Alay

                Istilah alay, pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan kata-kata ini. Bahkan sempat ada lagunya, yaitu lagu dangdut yang berbunyi “alay, anak layangan. Norak-norak abis. Sok selebritis” dan seterusnya. Alay adalah sifat pada manusia yang senang bersikap dan bertingkah laku menggunakan caranya sendiri namun masih dalam taraf tidak melanggar. Sedang alayer adalah mereka yang mempunyai sifat alay ini. Istilah alay mulai menyebar di Indonesia sejak banyaknya acara musik di stasiun televisi di Indonesia bermunculan seperti Dahsyat, Inbox, Happy Song, dan lain-lain. Kemudian juga acara-acara saur dan berbuka puasa di saat bulan Ramadan. Istilah ini sebenarnya ditunjukkan bagi mereka yang secara sengaja menonton live acara-acara yang disebutkan di atas dan kemudian mereka mendapatkan bayaran dari stasiun Televisi tersebut.

Ditambah lagi media sosmed yang tengah gencar di Indonesia membuat istilah alay semakin popular . Namun yang dimaksud orang alay di sini bukan lagi mereka penonton bayaran tapi mereka yang  senang melakukan komunikasi di sosmed dengan bahasa dan gaya penulisan mereka sendiri yang terkadang tidak mudah dipahami.
Seiring dengan perkembangan alay dari alayer yang dimaksud penonton bayaran hingga alayer yang berbahasa dengan gaya mereka sendiri, sebutan alayer pun semakin meluas. Karakter orang alay semakin banyak dan mudah diidentifikasi. Lalu apa saja karakter orang alay? Pertama adalah mereka yang berpakaian tidak nyambung warna dan penggunaan accecories yang berlebihan. Misalnya saja pada alayer cowok yang kemejanya berwarna ungu bunga-bunga kemudian di kancingkan hingga sampai leher namun celanya hijau dan sepatunya merah. Kemudian mereka juga menggunakan kaca mata hitam besar dan behel gigi warna pink. Memang terkesan lucu namun hal ini adalah cara dan gaya mereka dalam berbusana dengan tujuan mencontoh artis. Kedua mereka yang senang menggunakan bahasa mereka sendiri dan sering disebut bahasa alay yang terkadang tidak mudah dipahami, seperti kamseupay yang artinya kampungan sekali udik payah, kemudian kales yang artinya barang kali, kepo yang artinya penasaran, dan masih banyak lagi. Hal ini juga mereka terapkan saat mereka menulis, seperti mengetik SMS dan media sosmed lain yang disingkat-singkat tak beraturan, huruf besar-kecil, dan penggunaan angka mengganti huruf seperti “y4 k4L3zSt” yang artinya “ya kales”. Ciri ketiga adalah mereka yang senang berlebihan dalam menanggapi sesuatu dan mengganggu orang lain dengan tujuan mencari perhatian seperti berteriak-teriak tak wajar saat mereka melihat sesuatu yang menurut mereka mengagumkan. Bahkan ciri orang alay juga dapat diidentifikasi melalui pose mereka berfoto.
Ada beberapa yang menganggap orang alay ini menyebalkan karena mereka berbicara menggunakan bahasanya sendiri dan tidak mudah kita pahami. Selagi tidak mengganggu seharusnya kita dilarang membenci atau tidak menyenangi alayer yang dimaksud. Kita harus menghargai hak mereka yang sebenarnya menjadi orang alay atau tidak adalah hak asasi masing-masing. Alay bagaikan seni yang seharusnya juga sama seperti seni yaitu bisa dihargai dan diapresasi selagi tidak menyalahi aturan yang terlalu atau mengganggu.
Perlu diketahui bahwa orang alay sebenarnya adalah mereka yang kreatif. Mengapa? Mereka hanya mengekspresikan apa yang menurut mereka lebih mudah dan menyenangkan bagi mereka. Mereka tidak ingin terlalu menerapkan peraturan-peraturan yang terlalu mengekang hidup mereka seperti peraturan penggunanaan bahasa baku dan sesuai EYD saat mereka berkomunikasi sehingga mereka harus menciptakan istilah-istilah baru yang  membutuhkan kreativitas tinggi. Mereka justru memanfaatkan kemampuan otaknya untuk berkreativitas yang mampu membantu hidupnya. Kemudian berbusana dengan gaya mereka sendiri sebenarnya juga membutuhkan kreativitas tinggi. Mereka hanya ingin terlihat beda dari orang lain dan sifat semacam inilah yang merupakan salah satu ciri dari orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi. Mereka hanya ingin menjadikan mereka seperti artis bagi hidupnya sendiri dan sebenarnya masih sah-sah saja. Untuk itu hargai manusia alay.

                Namun ada pula yang perlu dikhawatirkan. Bahasa alay yang cepat berkembang pesat dan lebih pendek serta mudah dipahami ini ditakutkan lebih banyak para penggunanya dibanding Bahasa Indonesia, Bahasa Nasional Indonesia. Sehingga dapat menggeser Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Nasional. Untuk itu tetap gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di acara formal namun juga tidak dilarang berkomunikasi dengan bahasa alay saat berkomunikasi tidak formal seperti dengan teman untuk menambah daya kreativitas.


Tidak ada komentar:

Arsip Blog