Sabtu, 18 April 2015

Cerpen Penyesalan : Yang Terlupakan

YANG TERLUPAKAN
            Bapak-bapak itu masih saja melanjutkan ceritanya terhadapku. Kasian beliau dan tak tega aku mendengar ceritanya yang harus terperangkap dalam penyesalan yang mendalam. Kecil dan terkadang terabaikan manusia namun itulah mereka yang lalai betapa pentingnya hal yang kecil itu. Dan itulah pelajaran yang bisa kupetik dari cerita bapak-bapak itu.

Cerpen Remaja Pesahabatan : Usia Muda Kami

USIA MUDA KAMI
            Aku baru saja pulang menyusuri udara malam bersama my best friends, Alex dan Adit. Trio A yang hidup selalu bahagia selama ini. Kami lewati bahagianya dunia ini secara bebarengan. Seperti prinsip hidup kami “Forever Young”. Bagi kami untuk mendapat barang mewah itu sangat mudah. Hanya tinggal sebutkan nama barang itu ke orang tua, tak akan lama barang itu sudah menjadi milik kami. Apa lagi bagi Alex dan Adit yang bapaknya saja sudah konglomerat. Buat ayahku saja yang hanya karyawan bawahan, akan sangat mudah untuk turuti kemauanku. Aku tinggal sebut “minta ini” ayahku sudah bergegas membelikanku. Maklum beginilah asyiknya anak tunggal seperti juga Alex dan Adit.

Cerpen tentang Pengkhianatan : Tipuan Sempurna

TIPUAN SEMPURNA
            Aku tak tega memandang wanita tua itu. Jika usia tuaku akan seperti itu pasti itu sangat sulit. Dia terus mencari dan bertanya-tanya siapa dirinya. Siapa jati dirinya? Dan dimana keluarga dia sebenarnya. Dia harus hidup sendiri dengan ketidaktahuan akan kebenaran jati dirinya. Bahkan dia baru kemaren tahu bahwa ada peristiwa yang sangat suram sebenarnya yang menimpanya. Ketika suaminya akan segera menghembuskan nafas terakhirnya dia ceritakan bagaimana peristiwa yang menimpa istrinya. Namun ceritanya tak lengkap karena sudah keduluan malaikat penyabut nyawa.

Cerpententang Lingkungan : Surga Terbengkalai

SURGA TERBENGKALAI
            Masih saja kupandangi indahnya alam yang menyapa. Tak ingin aku segera beranjak dari sini. Biru di atas sana tanpa ada asap kelabu yang merisau. Burung-burung berterbangan dengan gembiranya bersiul menyapaku yang tengah berdiri dengan santainya. Hidungku semakin dimanja menghirup sejuknya udara pagi. Bibir tersenyum berbahagia dan penuh bangga memandang alam di desaku. Hijau desaku yang subur, indah, dan permai. Para petani tengah sibuk dengan sawahnya yang penuh padi yang begitu hijaunya tanaman ini. Tegur sapa muncul di raut mereka terhadapku. Kubalas mereka dengan lambaian tangan penuh anggunnya.

Cerpen Remaja : Rumitnya Sebuah Rahasia

Rumitnya Sebuah Rahasia
Dunia yang semakin sesak dengan berjuta manusia dan benda-benda. Mereka yang penuh dengan sejuta misteri dan aku tak boleh mengetahuinya. Dunia memanggilku Rian, anak kelas XII di sebuah SMA di Jakarta tahun 2014. Alasan ibuku memberikan nama kepadaku dengan istilah Rian, aku pun tak mengetahuinya dan aku pun tak berusaha mengetahuinya. Orang bilang aku cuek, tak ingin mencampuri urusan orang lain, dan aku misterius. Sikap cuek terhadap masalah orang lain terkadang dinilai cool sehingga banyak gadis-gadis di sekolah termasuk para primadona sekolah menyukaiku. Namun meskipun cuek, aku orangnya sealu ingin membantu kepada mereka yang memang butuh aku dan mau bercerita secara terbuka apa masalah mereka. Tetaplah, aku tetap tak ingin mencari tahu masalah mereka secara detail kecuali jika mereka memberi tahuku secara jelas. Namun jangan salah, sikap cuek yang bersemayam dalam karakterku tidak membuatku seperti orang sombong. Seperti misalnya, saat di jalan kujumpai nenek tua yang membawa belanja berat langsung kubawakan tanpa dimintanya meskipun aku hanya diam sambil membawa barang belanjaan mereka tanpa berusaha tahu nenek itu belanaja apa dan dimana. Aku juga selalu menyapa kepada setiap orang yang pernah aku temui bahkan hanya sekali ketemu makanya tidak jarang saat kusapa mereka ada beberapa yang justru bertanya dan merasa asing kepadaku. Mereka sama sekali tak mengenaliku. Bisa disebut sok kenal dan alhasil hampir satu sekolah mengenaliku. Ya sampai bisa dibilang aku orangnya peka tapi tidak peka. Aku hanya tak berusaha kepo terhadap setiap urusan manusia namun aku tetap berusaha menjadi orang yang selalu ada terhadap mereka yang butuh keberadaanku dan pertolonganku.

Cerpen Percintaan : Pengikut Hidupnya

Pengikut Hidupnya
Sudah geram aku sebenarnya memandang wanita tua itu dengan gerak-geriknya yang cenderung sama kesehariannya. Tangannya ada bekas luka karena menghapus tato bertuliskan nama seseorang. Terus saja ia tersenyum dengan sorotan mata menuju sebuah foto seorang wanita dengan raut muka masih muda. Sudah kusam potret wanita itu namun tak jemu-jemu baginya memujanya. Kasihan aku menatapnya. Jika saja dulu ia menunggu sabar wanita itu mungkin tak jadi begini seharusnya. Ia mungkin tak jadi pergi ke luar negeri. Ia akan menjadi guru dan tak menjadi orang jalanan di negeri Paman Sam sana. Ia tak harus gila dan suka tersenyum atau menangis tanpa ada yang membuat salah. Dia sudah tua namun masih saja dibuat cemoohan anak-anak kecil. Tetap kuingatkan dia untuk memakan obatnya yang sudah menjadi kebiasaan. Aku tahu itu tak enak namun itu lebih baik dibanding ia harus masuk rumah sakit kejiwaan lagi.

Cerpen Remaja Percintaan : Oh Sisilia Part 2


Hari telah berganti hari. Mereka bertiga jarang bertemu Sisil. Mereka tidak lagi main ke kontrakan Sisil atau ke gedung Sisil berkuliah. Juga untuk Bayu yang sudah tidak lagi mengechatt Sisil. Selalu ada saja alasan untuk menolak ajakan Sisil pergi bersama. Bahkan saat Sisil pergi ke kontrakan mereka, ada saja alasan untuk mengusirnya pelan. Sempat kasian juga dengan Sisil namun semua itu mereka lakukan demi kelangsungan persahabatan mereka agar tetap survive.
Ketika dalam perjalanan Ardi, Feri, dan Bayu sedang mengendarai kaki mereka menuju kampus. Tiba-tiba terdengar suara memanggil nama mereka bertiga. Mereka pun mengabaikan saja suara panggilan itu dan terus berjalan. Mereka tahu bahwa pemilik suara itu adalah Sisil.
“Bayu, Ardi, Feri! Hoe tungguin dong! Teriak Sisil memanggil nama mereka.
“Mas-Mas, abaikan! Pura-pura nggak denger aja! Inget demi keutuhan persahabatan dalam rumah kontrakan kita. Jangan ada hello kity di antara kita.” Bujuk Ardi sambil bisik-bisik.
“Eh nggak lebay gitu juga kales. Kaya anak kecil aja. Entar kita dikira budek lagi. Lagian dia nyapa kita ‘kan bukan karena dia php ma kita tapi pengin nyapa aja.” Bayu mencoba menerangkan.
Mereka bertiga secara bersama menoleh ke belakang ke arah suara memanggil. Oh ternyata Sisil dengan penampilan barunya. Rambutnya yang kali ini lebih halus seperti dia baru saja pulang dari salon. Mereka melongo seperti baru saja ketemu Sisil. Apalagi kali ini Sisil tak lagi memakai behel di giginya jadi saat dia tersenyum nggak ada penghalang lagi di giginya dan terlihat alami.
“Gila Sisil cantik banget. Lebih cantik dari biasanya. Nggak ada pola batik lagi di giginya.” Seru Ardi, Feri, dan Bayu dari hati mereka.
Muncul penyakit mereka yang lama dan mereka lupa janji mereka masing-masing untuk tidak mendekati Sisil. Mereka justru semakin suka sama Sisil, gadis yang memang sangat peduli akan kecantikannya. Berhari-hari mereka menyusun siasat untuk menembak Sisil. Seperti ada sandiwara dalam kontrakan ini. Wujud luarnya mereka tertawa, bercanda, dan terlihat sangat akrab namun dalam hati mereka hanya ada bagaimana acara ungkapkan cinta ke Sisil namun tak membuat hati sahabat terpecah belah menjadi berkeping-keping.
Acara pengungkapan cinta kepada Sisil akan segera tiba. Mereka tidak tahu kalau sebenarnya mereka punya rencana yang sama untuk menembak Sisil. Mereka juga berencana untuk membujuk Sisil agar jika nantinya mereka jadian tidak memberitahukan status mereka ke yang lainnya agar tidak ada yang sakit hati di sini. Sisil yang bingung karena harus diajak bertemu tiga cowok sekaligus di waktu yang sama akhirnya memutuskan untuk bertemu di suatu tempat, di taman dekat sungai sebelah kampus mereka. Mereka tidak tahu kalau ternyata Sisil mengajak ketiganya secara bersama. Ardi dengan persiapan yang sangat matang dan sudah melakukan latihan berhari-hari, baik itu latihan membaca pusi tentang cinta dan latihan freestyle bersama teman futslalnya. Dia akan membawa rombongan futsalnya untuk menjadi saksi jadian mereka. Begitu pula dengan Feri yang sudah jauh-jauh hari membuatkan lagu untuk Sisil dan akan dinyanyikan di depan Sisil saat acara pengungkapan perasaannya ke Sisil. Begitu pula Bayu yang konyol. Dia akan memakani baju badut untuk menggambarkan pribadinya yang konyol dan ini sebagai perlambang bahwa dirinya akan membuat Sisil selalu tersenyum saat melihat dirinya.
Tapi begitu sampai di taman, muncul ekpresi kaget di raut wajah mereka begitu melihat sahabatnya ada di situ juga. Ardi dengan teman-teman rombongan futsalnya, Feri dengan gitar barunya, dan Bayu dengan kostum badutnya. Di taman itu justru tak terlihat Sisil yang akan menjadi target mereka.
“Eh Lho Feri ngapain Lho di sini? Rapi banget lagi. Lho juga Bay ngapain di sini? Kostum Lho parah banget lagi? Ancur!” Tanya Ardi heran melihat sahabatnya ada di sini pula.
“Lho yang ngapain di sini? Di sini taman pas buat gue nyanyi, lha Lho mau futsal di taman.” Jawab Feri dengan muka agak bersalah.
“Kalau gue emang lagi nyari kerja tambahan. Jadi badut. Kebetulan emang ada acara di taman ini.” Jawab Bayu dengan muka nipu.
“Oh kalau gue lagi nunggu sih Candra aja yang mau main futsal bareng tapi dia belum nongol. Ya nggak temen-temen.” Jawab Ardi sambil bertanya ke rekan-rekan futsalnya Rio, Elo, Sandi, Dani, dan Faris.
Mereka justru duduk bersama menunggu orang yang sama. Sisil sengaja datang terlambat untuk memberi kesempatan kepada Ardi, Feri, dan Bayu bicara bersama agar saling menjelaskan dan bermaanfaat satu sama lain. Namun semua itu justru salah, mereka malah berdiam diri hingga waktu selama tiga puluh menit. Dalam hati mereka berkata, “ Ah nanti kalau Sisil dateng langsung aja gue tembak. Baru gue jelasin ke mereka kalau suka gue ma Sisil nggak bisa gue hapus. Baru deh gue minta maaf ke mereka.”
Teman futsal Ardi yang sudah menunggu lama akhirnya bersuara, “Hoe Di mana Sisil, kita nggak betah kalau cuman diphp-in nih. Mending latihan futsal aja.” Marah rombongan futsal Ardi yang tak betah menunggu.
“Teman-teman nanti dulu ya. Orangnya bentar lagi juga dateng kok. Kalian tenang aja.” Jelas Ardi menenangakan warganya.
“Sisil?” Tanya Feri dan Bayu.
“Bukan. Kalian salah denger kali. Candra maksudnya.” Jelas Ardi dengan muka menipu.
Begitu rombongan futsal Ardi menyebut nama Sisil akhirnya Ardi ketahuan kalau mau ungkapkan perasaannya ke Sisil. Begitu juga dengan rencana Feri dan Bayu. Mereka sempat adu cekcok. Ardi yang memang merasa paling berhak untuk mendapatkan Sisil terlihat paling emosi. Sedangkan Feri yang menganggap dua sahabatnya ini penipu akan memukul Ardi yang memang sebelumnya Ardi yang pertama kali mengajak untuk menjauhi Sisil. Hingga dilerai oleh Bayu dan teman-teman futsal Ardi.
Sampai di situ orang yang dinantikan datang. Sisil dengan wajah tak berdosa tersenyum melihat tingkah aneh tiga cowok ini di sini.
“Eh kalian itu nggak malu ya. Persis anak kecil rebutan mainan aja.” Seru Sisil secara tiba-tiba.
“Sisil!” Teriak mereka secara serentak.
“Kalian itu jangan Geer dong kalau gue suka sama kalian. Juga buat Lho Ardi yang selama ini udah kenal gue lama. Jujur dan maaf ya kalau gue harus bilang ini. Gue malu mau ngomong ini. Malu banget sumpah. Em nggak jadi deh.” Seru Sisil nggak jelas.
“Kenapa Sil? Lho mau bilang apa?’ Tanya Ardi penasaran.
“Ok gue harus jujur dan seperti rencana semula aja. Gue suke sama Lho. Iya gue suka sama Lho. Tapi itu dulu sebulan yang lalu saat gue ketemu Lho, Feri, dan Bayu saat gue khilaf. Sekarang jelas udah nggak lah. Gue hanya terpengaruh sama artikel di majalah yang mengatakan bahwa jodoh bisa di samping kita, apalagi mereka yang perhatian. Tapi kalau liat-liat muka Lho nggak imut. Apalagi saat gue edit foto Lho pakai photoscap sama foto Lee Min Ho. Lho keliatan jelek banget sumpah dan gue jadi ilfil seketika. Maaf ya Lho tuh nggak imut, nggak peka, dan sok asyik. Tapi Lho perhatian dan care banget ma gue. Coba aja kalau Lho nembak gue sebulan yang lalu ya, pasti gue terima aja Lho. Dan buat Lho Feri makasih ya Lho juga udah perhatian ke gue tapi Lho juga sok asyik dan sok tahu bikin ilfil tahu nggak. Juga buat Lho Bay, maaf ya bukannya gue php-in Lho. Lho orangnya baik tapi sayangnya Lho bukan pelindung gue yang baik. Jadi intinya jangan terlalu berharap ke gue.” Jelas Sisil mencengangkan.
“Lho jahat banget si Sil? Kita belum sempat nembak ke Lho udah Lho bom hati kita pake bom nuklir. Sakit tahu.”Jelas Feri ekspresi kecewa.
“Oh ya kalian tu sehaurusnya bersyukur karena kalian punya sahabat yang peduli ke kalian. Jangan malah saling khianat gini. Maaf juga kalau gue selama ini udah buat persahabtaan kalian hancur berkeping-keping. Oh ya Di, Candra temen futsal Lho mana?” tanya Sisil heran.
“Lho kok kenal dia? Emm ya nggak tahu tuh dia kemaren gue undang di ke sini orangnya nggak nongol.” Jawab Bayu menjelaskan.
“Ya jelas nggak ada orang dia lagi jalan ama gue. Nih orangnya.” Jelas Sisil yang sangat mencengangkan Ardi, Feri, dan Bayu dan tiba-tiba Candra datang dari arah belakang Sisil.
“Maaf bro. Terutama Lho Di. Soalnya Lho nggak pernah crita ke gue tentang Sisil jadi gue ngga tahu kalau Lho juga suka sama Sisil.” Jelas Candra minta maaf.
“Iya ini Candra yang perhatian ama gue. Dia satu SMA ama gue dulu. Kita jadian baru tadi malem. Dia itu lebih pehatian, peka juga, imut, tahu yang gue butuhin, dan tentunya ngerti banget juga tentang Korea. Ya udah ya kita duluan.”  Jelas Sisil sambil pergi bersama Candra.
Hati mereka pecah oleh Sisilia. Sejak kejadian itu Ardi, Feri, dan Bayu tidak lagi bersengketa dengan sahabatnya. Mereka sadar kalau ternyata selama ini mereka suka dengan gadis yang sama yang labil juga kalau dipikir. Mereka menjadi seperti dulu menjalin persahabatan yang tak terlekang oleh waktu. Mereka berpikir kalau ternyata persahabatan lebih penting untuk saat ini dibanding seorang jodoh yang dibutuhkannya masih masa depan nanti. Juga untuk Feri yang diputus oleh lima teman perempuannya sekaligus, dia bersikukuh untuk tidak lagi mencari pacar selama belum lulus kuliah karena masih panjang masa depannya. Ia berpikir semakin banyak pacar yang ia miliki sedangkan masih lama juga ia akan menikah hanya kan menambah dosanya seperti yang dikata Pak Ustadnya dulu. Akhirnya mereka menamakan persahabatan mereka dengan nama Single Elite, yaitu sebuah kelompok persahabatan di mana isinya hanyalah para kaum jomblo namun berkelas dan jarang galau.
TAMAT

Tag : #contoh_cerbung #contoh_cerpen #Sisilia #Cerbung #Cerpen #Cerita_Bersambung #Cerita_pendek #Cerbung_Bahasa_Indoenesia #Cerpen_Bahasa_Indonesia


Cerpen Remaja Percintaan : Oh Sisilia Part 1

Oh Sisilia Part 1
Berawal dari tiga sahabat yang tak lekang oleh waktu. Iya Ardi, Feri, dan Bayu. Cowok unyu-unyu yang sedang duduk di bangku kuliahan semester tiga. Kisah persahabatan mereka bagaikan bensin dan sepeda motor karena dimana ada Ardi, di situ ada Feri dan Bayu. Bahkan dunia akan berubah gelap gulita atau hitam dan pekat saat mereka tak terlihat bertiga. Ardi, cowok futsal dengan sifatnya yang jujur dan sportif meskipun terkadang labil dan agak sensi. Feri dengan sifat oportunisnya mudah sekali srobot sana-sini. Terlebih sifatnya yang gretonger dan sering berhutang ke Ardi dan Bayu. Sedangkan Bayu, cowok polos yang masih ori dan penyuka drama Korea namun selalu tampil apa adanya, mudah sekali dibodohi. Bayu orang yang suka kedamaian dan sering menjadi korban bully Ardi dan Bayu. Persahabatan yang dimulai di bangku SMA dan berlanjut di bangku kuliahan ditambah kebersamaan di satu atap, rumah kontrakan.

Jumat, 17 April 2015

Cerpen Romantis : Musim Panas Benua Biru

MUSIM PANAS BENUA BIRU
            Kulanjutkan saja menikmati manisnya teh hangat ini. Udara pagi yang begitu dinginnya dengan kabut Kota Bandung seakan mudah saja terluluhkan oleh minuman ini. Lalu kuingat saja peristiwa kemaren ketika aku masih di Eropa sana yaitu tepatnya berlatar di Kota London. Peristiwa yang indah dan begitu manisnya meskipun masih ada rasa penasaran sampai sejauh ini. Mengapa laki-laki berkebangsaan Inggris itu sangat mudah datang dan pergi. Apakah dia siluman? Namun tak mungkin karena masih bisa aku lihat dan masih bisa kuajak berbincang lama.

Cerpen Remaja Percitaan Monsternya bebebku Part 2

Monsternya Bebebku Part 2
Hari itu Eki dan Yusuf sengaja makan bersama di sebuah restoran yang memang agak menguras kantong mereka. Maklum hari ini Yusuf sedang melunasi nazarnya untuk ngajak Eki makan di tempat yang mahal jika ia menang kuis bola di Indosiar. Namun acara makan berdua saja tinggal rencana, Yusuf yang cerewetnya bukan main tentunya punya teman yang lebih cerewet juga. Dia bernama Radit dan ada orangnya di restoran tempat mereka bertemu. Bagaikan tamu yang tak diundang namun ada saja bahan obrolan untuknya dengan Yusuf. Eki yang sama sekali tak mengenal siapa manusia doyan cuap-cuap ini bahkan tak sekali pun ia ditegur sapa. Radit tak sama sekali mengajaknya bicara bahkan tanya namanya. Ia hanya pesan makanan dan langsung bicara dengan Yusuf tentang bola, otomotif, jaman mereka SD sampai SMA, sampai gosip selebriti cantik terupdate idola mereka. Eki pun jadi BT sendiri. Ingin baginya membungkam mulut satu pria ini dan menyuruhnya untuk tidak minta bayaran makanan ke pacarnya lalu pergi. Yusuf pun yang memang sangat akrab dengan Radit begitu saja menjadikan Eki seperti kambing congek.

Cerpen Remaja Percintaan Monsternya Bebebku Part 1

Monsternya Bebebku Part 1
Kisah ini berawal dari seorang cewek yang bermuka standar, cantik banget juga tidak, jelek banget juga tidak, tapi cukup jelek aja wajahnya. Ia bernama Eki, iya Eki Saraswati, cewek dengan kemampuan otak yang biasa aja namun keberuntungan selalu berpihak kepadanya. Makanya di waktu zaman SMAnya sering ia dapatkan peringkat di kelas. Ya meskipun peringkat-peringkatan aja. Masalah kaya juga enggak dan bakat juga tak punya. Sangat biasa dan tak ada hal istemewa ada pada dirinya.

Cerpen Remaja : Masa Depanku

MASA DEPANKU
            Sudah sering kukatakan sedari dulu terhadapnya. Bukan dia pria yang tepat untuknya. Namun biarlah, nasi sudah menjadi bubur. Tak pernah baginya menuruti nasihatku dan kini hubungannya telah berlanjut hingga ikatan pernikahan. Semua keluarga berat melepasnya namun ini sudah menjadi keputusannya sedari dulu dan tak ada yang bisa kami perbuat kecuali merelakannya pergi. Lagi pula dia sudah dewasa dan begitu mencintainya. Dia juga bukan Siti Nurbaya yang mencari pasangan saja harus mengikuti perjodohan.