Senin, 01 Juni 2015

Sektor Moneter Menopang Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

SEKTOR MONETER MENOPANG PERTUMBUHAN EKONOMI BERKELANJUTAN

Dengan adanya keseimbangan dan pertumbuhan yang sama baik antara sektor riil dan sektor moneter, maka akan berdampak dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bergerak secara positif. Dengan menurunkan tingkat suku bunga pada kebijakan moneter akan menyebabkan permintaan akan uang serta investasi sehingga pendapatan nasional meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Tujuan utama pembangunan nasional Indonesia adalah untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, yaitu pertumbuhan yang memiliki basis luas, terdapat di berbagai propinsi dan dapat mengurangi ketidaksetaraan pendapatan. Untuk mengembangkan pertumbuhan yang begitu luas, tentunya ada beberapa hal penting yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia.
Pengembangan aspek infrastruktur, yang menjamin konektifitas nasional dan membantu wilayah yang kurang berkembang untuk dapat menyusul wilayah yang sudah lebih maju, seperti di pulau Jawa.
Pendidikan universal dan akses terhadap kesehatan. Ini merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat.
Program penangulangan kemiskinan. Program ini terdiri dari subsidi beras, pemberian dana tunai dan pembangunan lingkungan.
Skema keuangan mikro. Skema ini membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk mendapatkan dana bantuan.
Kunci kesuksesan sektor riil diantaranya adalah sektor pertanian, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), perjanjian perdagangan internasional (ACFTA), dan juga peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan, bimbingan keterampilan, serta pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan. Aspek lainnya yang cukup penting terkait dengan pertumbuhan yang berkelanjutan ini adalah unsur lingkungan.
Contoh kegagalan sektor moneter dan sektor riil yaitu pada krisis finansial Asia pada 1997-1998.Akibat dampak dari krisis finansial Asia pada 1997-1998, pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak mengalami begitu banyak perubahan, bahkan pemeliharaan infrastruktur juga kurang begitu baik.
Dangkalnya sektor finansial yang Indonesia alami membuat kita menghadapi hambatan dalam mobilisasi dana pembiayaan kegiatan ekonomi produktif dan pembangunan. Padahal, sebenarnya potensi pendanaan dalam negeri sangar besar, termasuk yang bersumber dari dana pensiun, asuransi, reksa dana, dan lain-lain. Belum tersedianya instrumen investasi yang kompetitif dan mekanisme perlindungan investor yang memadai juga menyebabkan banyak warga Indonesia memilih memarkir atau menanamkan dananya di luar negeri.
Semua dana ini, jika bisa dimobilisasi di dalam negeri, seharusnya bisa sangat membantu dalam pembiayaan program seperti pembangunan infrastruktur. Akibat terkendalanya mobilitas pendanaan pembangunan di dalam negeri, perekonomian mengalami underinvestment sehingga realisasi pertumbuhan ekonomi selalu di bawah tingkat potensialnya.


Tidak ada komentar:

Arsip Blog