Senin, 01 Juni 2015

Contoh Identifikasi Kebutuhan Dan Masalah Mahasiswa

A. IDENTITAS MAHASISWA
Berikut adalah identitas satu mahasiswa yang behasil saya identikasi kebutuhan dan masalahnya:
Nama (Inisial)    : S
NIM                   : 7_014132-5
Fakultas             : Ekonomi
B. PROSES MENEMUKAN KEBUTUHAN DAN MASALAH
Dalam mengidentifikasikan kebutuhan dan masalah dari mahasiswa, kita mengambil beberapa langkah yang semua itu dilakukan dengan hati-hati agar tak ada yang merasa tersakiti atau tersinggung oleh satu sama lain. Berikut adalah langkah-langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dari mahasiswa secara rinci:

1.        Tahap Pendekatan
Dalam proses pendekatan kepada mahasiswa yang bermasalah tidak dibutuhkan langkah yang serius mengingat hubungan saya dengan mahasiswa yang bermasalah sudah dekat. Mahasiswa tersebut sering bercerita tentang problema yang ia hadapi dan menganggu kehidupannya. Saya berusaha untuk tidak agresif agar ia tidak terusik karena merasa ada orang lain yang ingin mencampuri urusannya. Agar tidak ada pihak yang tersakiti, saya tidak langsung bertanya apa-adanya tentang masalah yang ia hadapi. Saya hanya memancing dia agar mau berbicara tentang masalah terbesar yang saat ini tengah mengganggu kehidupannya. Dalam proses ini saya menyeting suasana agar seolah-olah bukanlah saya yang menjadi fokus utama melainkan mahasiswa ini yang menjadi fokus utama, maksudnya saya sadarkan dia bahwa dengan dia menceritakan masalahnya bukan agar saya tahu masalahnya melainkan memberitahu dia bahwa masalahnya akan sedit teratasi jika ia berbagi dengan orang lain. Saya berusaha mendekati dia secara bertahap agar identifikasi masalah yang saya lakukan dapat berjalan secara obyektif dan apa adanya. Secara detail, tahap pendekatan ini memuat langkah-langkah sebagai berikut:
a.         Pertemuan 1
Sebelum mangalami masalah ini, mahasiswa ini termasuk tipikal seseorang sering curhat dan terbuka. Pertama mahasiswa ini bertemu denga saya seperti tak terjadi apa-apa dan bersikap seolah tak ada masalah yang mengganggu hidupnya.
b.         Pertemuan 2
Tahap ini masih seperti pada tahap pertama. Namun ada satu yang janggal pada dirinya saat saya dapati matanya seperti bengkak bekas menangis dalam waktu yang lama.
c.         Pertemuan 3
Saya berusaha mendekati mahasiswa ini dengan berusaha menebak-nebak apa yang sedang menganggu hidupnya. Saya tidak memaksa hanya menyadarkan dia agar mau bercerita tentang masalah yang sebenarnya ia hadapi.
d.        Pertemuan 4 dan seterusnya
Mahasiswa ini secara terus terang mau menceritakan masalah yang tengah ia hadapi. Saya biarkan ia menangis dan menceritakan semua unek-unek yang ada pada dirinya.
2.        Tahap Pemahaman dan Identifikasi Kebutuhan atau Masalah Mahasiswa
Saya berusaha memahami masalah yang tengah ia hadapi dengan metode andai-andai. Maksudnya yaitu andaikan saya yang berada di posisinya saat ini. Dengan begitu saya dapat tahu dan paham apa yang mahasiswa ini butuhkan dalam menjalani kehidupan berikutnya.
3.        Tahap Respon
Pada tahap ini saya berusaha merangkul dengan menerapkan metode evaluasi humanis, yaitu dengan memberikan suatu saran perbaikan bukan menyalahkan serta menyadarkan dia bahwa tak ada yang harus disesali kecuali perbaikan menuju masa depan.
Dalam rangka perbaikan menuju masa depan, saya harus tahu berbagai kebutuhan yang diinginkan mahasiswa ini. Untuk itu secara detail, berikut adalah langkah-langkah dalam tahap respon ini:
a.         Saya harus membuat daftar poin-poin masalah yang tengah ia hadapi.
b.         Kemudian saya mengklasifikasikan mana saja poin-poin masalah yang secara langsung berhubungan dengan masalah lain. tahap ini penting agar apabila ada beberapa masalah yang memang perlu penanganan secara kerjasama dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
c.         Membuat skala kebutuhan. Maksudnya adalah mengurutkan mana saja masalah yang paling mendesak dan mana yang tidak sehingga akan tahu mana masalah yang memang membutuhkan penanganan serius dan mana yang tidak.

C.           DISKRIPSI KEBUTUHAN MAHASISWA BERMASALAH
Sebelum mendiskripsikan kebutuhan mahasiswa bermasalah ini, alangkah baiknya jika saya memaparkan masalah yang tengah ia hadapi. Tak enak jika saya harus menceritakan ini, tapi berhubung masalah yang ia hadapi saat ini sudah reda jadi tak ada masalah jika saya menceritakan detail permasalahannya.
Awalnya mahasiswa ini adalah tipe mahasiswa yang terbuka dan terus saja bercerita tentang masalah yang ia hadapi. Sering ia ceritakan masalahnya terhadap saya mengenai hubungaannya dengan seorang mahasiswa laki-laki, sebut saja X. Hubungannya dengan si X ini sudah berjalan sejak tahun pertama kuliah di Unnes.
Awalnya hubungannya dengan si X ini baik-baik saja. Namun saat malam Minggu datang, ia menangis dengan sedihnya setelah pulang sehabis keluar dengan X ini. Tak ada yang ia ceritakan secara detail. Namun setelah itu sering ia pergi ke dekanat kampus sendiri atau bersama si X ini. Tak jarang pula ia menangis ketika pulang dari dekanat kampus.
Akhirnya secara terbuka ia becerita tentang permsalahannya tepat ketika ia mengakhiri hubungannya dengan si X ini. Jadi di saat malam Minggu ketika itu adalah awal dari masalahnya. Ketika dia dan X ini sedang berada di kampus, mereka tertangkap oleh satpam malam dan terkena hukuman atas aturan larangan pacaran di kampus. Si X ini justru pergi meninggalkan dia dan membiarkan dia ditangkap satpam sendirian. Menurutnya tak ada perbuatan yang tak sopan yang mereka lakukan dan saya pun percaya karena saya sudah tahu betul bagaimana karakter mahasiswa ini meskipun ketika itu tak ada bukti fisik seperti kamera atau yang lainnya.
Akhirnya ia mendapat masalah besar yang harus ia hadapi. Namanya harus dikenang oleh beberapa dosen di Fakultas Ekonomi sebagai mahasiswa yang tak tahu aturan dan melanggar norma. Saya tahu bagaimana perasaan mahasiswa ini, mengingat karakter mahasiswa ini yang selalu patuh aturan dan selama ini ia juga sudah terlanjur dikenal oleh dosen sebagai mahasiswa pintar. Sejak saat itu ia dikenal sebagai mahasiswa pintar namun tak beretika.
Rupanya ia sudah terlanjur terjerat akan cinta buta. Perlakuan X yang seperti tak bertanggung jawab karena harus meninggalkan ia sendiri ketika itu tidak membuatnya marah terhadapnya meskipun namanya telah menjadi buruk di muka dosen-dosen Fakultas Ekonomi bahkan ia terancam di drop out dari Unnes. Orangtuanya yang murka pun masih membuatnya tak sadar. Kabar burung tentang masalahnya yang menyebar di jurusan pun membuatnya semakin malu. Bahkan sering ia mendapat sindiran dari dosen yang mengajarnya di kuliah.
Hingga puncak dari masalahnya yang terbesar. Orang tuanya memang tak senang akan X sudah sejak lama sebelum permasalahan ini terjadi. Orang tuanya harus kecewa karena mendengar anaknya terancam di drop out ditambah kasus penipuan online yang saat itu juga dihadapinya. Meskipun si X akhirnya bertanggung jawab dan mau menyerahkan diri ke dekanat kampus FE dan fakultas di mana dia berasal, dia justru mendapat hukuman skorsing terlebih dahulu. Si X tidak terima akan perlakuan yang dialaminya dan akhirnya secara terbuka dengan penuh emosi ia bercerita tentang keadaan sebenarnya kepada si S ini. Dia jujur bahwa selama satu tahun berpacaran dengan si S ini, dia hanya menjadikannya sebagai orang ketiga dari hubungannya dengan pacar aslinya. Ia mau saja menjalani hubungannya dengan si S ini karena si S ini yang memang berasal dari keluarga kaya.
Si S semakin tak tahu arah. Ia bingung bagaimana meredakan kekecewaan dari orang tuanya dan memperbaiki namanya di depan para dosen. Selain itu ia juga sibuk bagaimana membuat si X ini kembali terhadapnya. Jangankan prestasi akademis yang ia pikirkan, bahkan saat bertemu dengan dosen saja ia memilih bersembunyi karena malu.
Jadi masalah yang ia hadapi saat itu adalah masalah keluarga, hubungan dengan teman, cinta, dan prestasi akademis. Kebutuhan yang ia butuhkan yaitu berupa kasih sayang dari keluarga, mengembalikan nama baiknya di depan orang tua, teman-teman, dan para dosen, kebutuhan akan kepedulian dari teman dan cinta dari pasangan, dan kembalinya rasa percaya diri di bidang akademis.

D.           UPAYA BANTUAN
Saya berperan sebagai orang yang menyadarkan dan membantu dirinya mengarahkan jalan pikirnya bukan orang yang menyuruh. Menurut saya dengan saya menyuruh, itu justru tak membuat masalahnya reda karena bagaimana pun hanya diri seseorang yang tahu siapa dirinya sendiri dan merasakan bagaimana masalah yang memang tengah ia hadapi secara obyektif. Ada kalanya saya menyarankan saat ia bertanya bagaimana alternatif terbijak atau jika memang perlu informasi karena keterbatasan informasi seseorang. Upaya bantuan saya klasifikasikan tergantung dari poin-pon kebutuhan yang mahasiswa ini butuhkan.
a.    Orang Tua
Dia justru terkesan lebih mementingkan perasaannya dengan si X dibanding dengan orang tuanya. Saya berusaha memberitahu dia bahwa ia bisa menjadi sebesar ini berkat orang tuanya. Saya juga membuatnya bersemangat agar mau mengingat-ingat kebaikan dari orang tuanya. Dia saya ajak mengingat-ingat moment-moment ketika orang tuanya berusaha memberikan permintaannya. Kemudian untuk masalah menghapus kekecewaan orang tuanya, saya ingatkan dia bahwa menjadi seorang anak yang lebih baik dibanding kemarin sudah cukup membuat orang tuanya memaafkannya karena bagaimana pun kondisi anaknya, orang tua pasti peduli dengan anaknya dan mau memaafkan kesalahan anaknya.
b.    Teman-Teman
Meskipun tidak semua mahasiswa lain di jurusan yang tahu akan masalahnya, ini sudah cukup menganggu aktivitasnya di kampus. Kembali saya mengingatkan dia bahwa yang namanya perilaku orang-orang di dunia ini pasti berbeda-beda. Ada yang pro, ada yang kontra. Yang perlu diingat adalah bahwa yang tahu siapa dirinya adalah diri sendiri jadi terserah perilaku orang lain yang sesungguhnya mereka tak tahu bagaimana rumitnya kehidupan diri seseorang. Yang perlu diingat adalah tetap berperilaku baik kepada semua orang.  Dalam hal ini, saya hanya menunjukkan sikap yang baik terhadapnya, sehingga membuatnya sadar bahwa ia tak hidup sendiri di dunia ini.
c.    Pacar
Kembali saya ingatkan dia bahwa masih begitu dini jika ia harus berpikir tentang pasangan mengingat umurnya masih muda dan masih banyak cita-cita yang harus ia raih. Ketika itu saja juga ajak dia berpikir tentang ingin jadi tipe wanita seperti apa dirinya nantinya. Saya ingatkan dia bahwa Tuhan akan menjodohkan umatnya seperti cerminan pada dirinya. Saja ajak berpikir dia, dia ingin mendapatkan laki-laki yang seperti apa? Peselingkuh atau tanggung jawab? Lalu saya ajak berpikir dia harus menjadi seseorang yang bagaimana agar mendapat jodoh dari Tuhan yang seperti dia inginkan. Saya mencoba menguak agar ia tak begitu memperbesar masalah ini dengan menyadarkan dia bahwa begitu besar kasih sayang Tuhan terhadapnya. Dia sadar bahwa cobaan dari Tuhan ini mungkin sebagai media agar dia tahu bagaimana karakter seorang laki-laki yang selama ini begitu ia sayangi. Masalah kasih sayang, tidak semata-mata berasal dari pasangan. Kasih sayang bisa berasal dari keluarga, teman, Tuhan, bahkan dirinya sendiri.
d.   Prestasi Akademis

Yang perlu diatasi adalah bagaimana caranya agar dia tidak jadi di drop out dari Unnes. Saya tanyakan ke dia, apakah dia mau jika saya carikan seseorang yang berhasil keluar dari masalah ini agar dia mau meminta saran terhadapnya. Akhirnya dia mau dan di situ saya mencari seseorang yang juga mendapat masalah yang sama namun tidak dikeluarkan dari Unnes. Meskipun saya dapatkan dari fakultas lain, ia berhasil mendapatkan tips dan akhirnya dia tidak jadi di drop out dari Unnes. Masalah berikutnya adalah membangkitkan kepercayaan diri di prestasi akademis. Sering dia berpikir bahwa tak pantas baginya berprestasi mengingat namanya yang sudah terlanjur buruk. Akhirnya saya sadarkan dia bahwa yang namanya masa lalu tak mungkin dihapuskan namun hanya tinggal bagaimana bangkit dari kepaitan masa lalu. Saya bertanya ke dia, apa yang sebenarnya bisa diperbaiki untuk mengembalikan nama baiknya di depan dosen? Etika? Prestasi akademis? Atau ada hal lainnya? Saya bertanya ke dia bagaimana penilaiannya terhadap mahasiswa yang berkeadaan etika tak punya bahkan prestasi akademis juga tak punya. Di situ dia sadar bahwa masih ada kesempatan baginya untuk tetap memperbaiki namanya di depan para dosen. Bahkan dia juga berpikir bahwa seorang dosen pasti akan paham dan memaklumi pertumbuhan pada seseorang yang menjelang dewasa.


Tidak ada komentar:

Arsip Blog