Senin, 01 Juni 2015

Sektor Moneter Penjaga Stabilitas

SEKTOR MONETER PENJAGA STABILITAS

Stabilitas ekonomi makro dilihat dari keseimbangan antara permintaan (yang ditunjukkan oleh total pengeluaran) dan penawaran (yang ditunjukkan dengan oleh kemampuan perekonomian tersebut menghasilkan barang dan jasa) yang terjadi di pasar tersebut. Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stablisasi ekonomi yang dapat diukur dengan:

1.      Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.
2.      Kestabilan harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga yang akan masa depan.
3.      Neraca Pembayaran Internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang, maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kebijakan moneter dapat mencapai keberhasilan dalam pelaksanaannya. Prasyarat tersebut meliputi: Indepensi Bank Sentral., fokus terhadap sasaran, Capacity to forecast inflation, dan Pengawasan instrumen, Pelaksanaan secara konsisten dan transparan.
Fluktuasi suku bunga yang sukar diramalkan menciptakan pergese ran berputar dalam sumber-sumber daya antara para pengguna, sector-sektor ekonomi, dan Negara, menimbulkan gerakan yang sukar diramalkan dalam investasi berbasis pinjaman, harta-harta komoditas saham, serta nilai tukar.
Indonesia memiliki hutang yang besar akibat krisis moneter pada tahun 1997. Dan sampai sekarang hutang-hutang Indonesia kepada luar negri belum terlunasi, karna Internasional menggunakan system Bunga.
Kebijakan Moneter (Monetary Policy) adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Prioritas utama stabilitas ekonomi menjaga kestabilan harga kebutuhan dasar rakyat,  dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.
Gejolak moneter pada tahun 1997 mengakibatkan banyak dampak yang membahayakan perekonomian nasional. Salah satunya adalah ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri yang berhubungan dengan perilaku para pelaku bisnis yang cenderung memobilisasi dana dalam bentuk mata uang asing. Selain itu Stok utang luar negeri swasta yang sangat besar dan umumnya berjangka pendek serta system perbankan di Indonesia yang lemah pada saat itu. Hal- hal tersebutlah suku bunga yang ternilai tinggi yang membuat hutang di Indonesia sampai sekarang belum terlunasi. Indonesia harus mampu menuntaskan hutang-hutangnya ke luar negri agar pertumbuhan ekonomi stabil.
Salah satunya cara untuk menstabilkan perekonomian Indonesia adalah yaitu koperasi. Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan bersama.
Dangkalnya sektor keuangan menyebabkan sektor keuangan dan perekonomian rentan mengalami gejolak manakala ada perubahan sentimen pasar atau persepsi global, kendati fundamental makro dan sektor riil dalam negeri sebenarnya tidak bermasalah.
Pada 2014, dipicu spekulasi bahwa AS akan segera menaikkan suku bunga dalam negerinya, maka di AS akan terjadi arus modal masuk (inflow) sejalan dengan gejala pemulihan ekonomi negara itu sehingga terjadi arus modal keluar (outflow) dari Indonesia dalam skala cukup besar pada triwulan IV, khususnya di obligasi/surat utang. Hal ini menyebabkan permintaan akan rupiah menurun.
Kenaikan suku bunga AS tampaknya ditunda, arus modal global kembali masuk menyerbu Indonesia. Masuknya arus modal global mestinya bisa membantu mendongkrak rupiah. Namun, yang terjadi rupiah justru terpuruk, untuk pertama kali sejak 1998 menembus level Rp 13.000 per dollar AS.
Tipisnya pasar valas dituding sebagai salah satu penyebab tertekannya nilai tukar ini. Volume transaksi valas harian di Indonesia tercatat hanya 5 miliar dollar AS, jauh di bawah Thailand (12,7 miliar dollar AS) dan Malaysia (11 miliar dollar AS). Belakangan, volatilitas sangat tinggi bahkan tidak hanya terjadi di nilai tukar dan pasar modal, tetapi juga pada obligasi atau surat uang negara. Hal ini akibat kian meningkatnya kepemilikan asing.




Tidak ada komentar:

Arsip Blog