Oh Sisilia Part 1
Berawal dari tiga sahabat yang tak
lekang oleh waktu. Iya Ardi, Feri, dan Bayu. Cowok unyu-unyu yang sedang duduk
di bangku kuliahan semester tiga. Kisah persahabatan mereka bagaikan bensin dan
sepeda motor karena dimana ada Ardi, di situ ada Feri dan Bayu. Bahkan dunia
akan berubah gelap gulita atau hitam dan pekat saat mereka tak terlihat
bertiga. Ardi, cowok futsal dengan sifatnya yang jujur dan sportif meskipun
terkadang labil dan agak sensi. Feri dengan sifat oportunisnya mudah sekali
srobot sana-sini. Terlebih sifatnya yang gretonger dan sering berhutang ke Ardi
dan Bayu. Sedangkan Bayu, cowok polos yang masih ori dan penyuka drama Korea
namun selalu tampil apa adanya, mudah sekali dibodohi. Bayu orang yang suka
kedamaian dan sering menjadi korban bully
Ardi dan Bayu. Persahabatan yang dimulai di bangku SMA dan berlanjut di
bangku kuliahan ditambah kebersamaan di satu atap, rumah kontrakan.
Bermula di hari pertama masuk semester
3. Kini Ardi dan Bayu yang sedang menyandang status jomblo mencoba mencapai
target di semester tiga yaitu menghapus predikat jomblo yang sudah lama mereka
rasakan. Begitu juga dengan Feri yang di otaknya sudah terpikir untuk nikah
muda juga akan menambah koleksi teman perempuannya. Iya teman perempuan, bukan
pacar. Feri tidak senang jika pacar-pacarnya dikatakan ceweknya karena tidak
ingin dianggap seorang playboy.
Baginya banyak mantan pacar bukanlah tak setia tetapi suatu kewajiban dalam
masa penjajakan untuk mendapatkan calon terbaik menjadi pasangan nikah mudanya
nanti.
”Eh Ardi, Bayu harap kalian bisa
mengerti apa itu istilah playboy. Playboy itu cowok yang ceweknya banyak
dan mereka sering menduakan, mentigakan, atau melipatgandakan mereka dan
akhirnya buat sakit hati. Itu bukan gue banget. Kalau gue itu pacar satu aja
cukup.” Jelas Feri ke Ardi dan Bayu.
“Iya pacar satu mantan lapisan. Lho
tega banget sih? Bosan buang. Mau berapa lagi koleksi lho? Kalo bagaikan baju
ye, mungkin lho udah punya distro kale. Gue ama Bayu yang kena imbasnya gegara
lho yang sering gonta-ganti pacar gue ma Bayu susah banget cari pacar. Dikira
karena sahabatnya punya banyak cewek, cewek-cewek ngira kalau penyakit lho udah
nular ke kita.” Trocos Ardi sambil mainan androidnya buat ngegame.
“Heh bedain ya? Selama ini gue nggak
punya pacar tapi teman perempuan. Ingat lhoh pacaran tuh nggak boleh ama guru
ngaji gue dulu, dosa!” Bantah Feri sambil menyrobot mie Bayu yang lagi asyik
nonton drama Korea.
“Eh mie gue jangan lho ambil dong.
Lagi asyik nih ganggu aja. Oh ya BTW
kalau itu teman perempuan lho berarti lho di friendzone dong?” Saut Bayu yang tak terima.
“Eh Bay ya jelas bukan friendzone dong. Orang si Feri ntu
nembak diterima-nembak diterima begitu seterusnya. Bukan teman perempuan, pacar
namanya. Nggak usah ngelak.” Ucap Ardi menjelaskan ke Bayu.
“Udah-udah. Kalau kalian mau kaya gue,
nembak lalu diterima serahin ke gue. Gue kasih ebook ori buatan gue. Cukup bayar aja ke gue tunai nggak boleh
ngutang bisa transfer atau kes, OK!” Rayu Feri mempromosikan produknya.
“Uh bisnis aja pikiran lho. Ama soib juga
tega banget. Tuh ‘kan lose gara-gara
lho.” Seru Ardi sambil megang kepalanya.
Kampus tempat mereka berkuliah
terlihat dari kontrakan mereka. Bermula seorang cewek dengan rambut panjangnya
yang terurai. Tinggi, langsing, dan semampai dengan sepatu hak tinggi ikut
jalan menyalip mereka. Mereka bertiga tercengang melihat elokya gadis itu
berjalan. Semua mulut terbuka membentuk huruf O sambil keluar kata “Oh awesome” yang secara serentak keluar
dari mulut mereka bertiga. Mata melotot penuh kagum.
“Hai Sisil! Apa kabar?” Teriak Ardi
yang ternyata tahu siapa gadis yang jalan menyelip mereka bertiga.
“Hai Ardi! Kita kuliah di sini kok
jarang banget ketemu ya? Eh udah dulu ya duluan. Udah mau masuk nih.” Jawab
Sisil sambi berteriak.
Ardi memang sudah mengenal gadis yang
berjalan menyelip mereka. Ardi dan Sisil adalah teman semasa kecil dikarenakan
rumah mereka yang berdekatan. Sisil adalah anak fakultas ekonomi, fakultas
tetangga dari mereka bertiga. Meskipun sebagai teman baik, Feri dan Bayu tidak
pernah tahu bahwa Ardi punya teman secantik ini karena Ardi sengaja
merahasiakan semua ini agar gebetan Ardi tidak direbut oleh sahabatnya sendiri.
Ardi sudah menyukai Sisil sedari kecil dan pernah Ardi mencoba mengungkapkan
perasaannya ke Sisil meskipun tertolak mutlak oleh Sisil. Kini Sisil akan
menjadi pemenuh target di semester tiga yaitu mengusir jauh-jauh status jomblo
yang sedang disandangnya. Ia akan kembali berjuang memperoleh cinta masa
lalunya dengan Sisil.
Ardi terus melamun di sebuah kusri
kontrakan ditemani dua sahabatnya Feri dan Bayu. Seperti biasa Bayu dengan
drama Koreanya yang disandingi mie instan rasa pecel dan Feri dengan gitarnya
menyanyikan lagu jatuh cinta membuat hati Ardi semakin tak karuan. Bayu memang
penguasa TV di kontrakan mereka sedangkan Feri adalah sang penyanyi kontrakan
tanpa bayaran tetapi doyan ngutang. Ardi diam saja melihat dua temannya yang
ternyata sedang aneh sepertinya. Bayu sedang menonton drama Korea sambil
melamunkan jika yang menjadi pemerannya adalah dirinya dan gadis yang ia temui
di kampus tadi. Sedangkan Feri menyanyikan lagu jatuh cinta dengan begitu
dalamnya karena memang begitu yang sedang ia rasakan. Juga dengan Ardi yang
menikmati nyanyian Feri karena dikiranya hanya dia yang sedang jatuh cinta.
Tak lama Feri merampungkan satu
tembang tentang jatuh cinta, ia mendorong tubuh Ardi sambil mencie-ciekan Ardi
dengan Sisil. Ia mencoba memutarkbalikkan fakta dengan seakan-akan Ardi lah
yang sedang jatuh cinta dengan Sisil. Meskipun itu benar namun Feri juga
mengalami itu. Suasana hati Bayu pun semakin tak karuan, ia cukup pasrah
menerima kenyataan bahwa ternyata satu sahabatnya menyukai gadis yang sama.
Untuk menutupi perasaannya, serontak ia ikut saja mencie-ciekan si Ardi. Ardi
tersipu malu. Agar kedua sahabatnya tidak lagi mengejeknya ia pun mengelak
sambil berteriak secara lantang. Sempat Feri dan Bayu tak percaya bahwa Ardi
tak menyukai Sisil namun begitu Ardi berteriak secara lantang perasaan keduanya
menjadi agak tenang karena tak ada halangan bagi mereka untuk menyukai Sisil.
Lambat laun perasaan suka mereka
bertiga terhadap Sisil semakin mencurigakan meskipun tidak ada terus terang dan
tidak ada keterbukaan. Satu per satu saling curiga dan mulai timbul lah
persaingan sengit merebutkan hati Sisil. Ardi yang sudah mengenal Sisil sedari
kecil sangat mengetahui bagaimana Sisil, apa yang disukai Sisil, dan apa yang
dibenci Sisil. Pernah suatu kejadian ketika malam Minggu Ardi, Feri, dan Bayu
akan apel di kontrakan Sisil. Tak mungkin mereka bertiga berangkat bersama dan
tak mungkin mereka bertiga bicara jujur kepada yang lain. Padahal biasanya yang
keluar di malam Minggu hanyalah Feri dan tak pernah buat Ardi dan Bayu dengan
status jomblonya. Sudah pernah, baik Feri maupun Bayu bertanya kepada Ardi
dimana kontrakan Sisil dengan modus lagi butuh kenalan dari fakultas ekonomi
untuk menyelesaikan suatu proyek. Tetapi tak mungkin pula Ardi memberitahukan
dimana kontrakan Sisil. Tak kehabisan akal, Bayu justru bertanya secara
langsung ke Sisil dengan sifat beraninya. Di situ dia justru mendapatkan pin bb
dari Sisil secara langsung. Feri dengan sifat lihainya justru mengikuti
diam-diam mau kemana Ardi hendak pergi. Bahkan dengan sifat oportunisnya, Feri
ikut-ikutan saja membeli apa yang dibeli Ardi. Ya sebuah CD drama Korea dan CD Suju,
artis kesukaan Sisil meskipun uangnya diutang dari Bayu. Tidak hanya itu Feri
juga ikut membeli sebuah kue brownis kesukaan Sisil. Sudah seperti plagiator
saja si Feri ini. Namun usaha dari Ardi dan Feri hanya berujung sia-sia. Ketika
mereka berdua sampai di kontrakan Sisil dengan bergantian hanya kekecewaan yang
mereka dapatkan. Sisil sudah tolak dari kontrakannya dan pergi dengan Bayu yang
sesama penyuka Korea. Kalah cepat mereka berdua. Kenyataannya Dewi Fortuna
lebih berpihak ke Bayu dengan wataknya yang polos dan apa adanya.
Persaingan semakin memanas. Ardi,
Feri, dan Bayu terus berkunjung ke kontrakan Sisil secara sembunyi. Dengan gaya
masing-masing mereka datang ke kontrakan Sisil meskipun sebenarnya akan
merepotkan Sisil. Ardi dengan jurus ampuh karena sudah tahu bagaimana Sisil
sejak kecil jadi dia tidak repot untuk bagaimana menarik hati Sisil. Sedangkan
Feri dengan gaya plagiasinya akan menirukan apa saja yang dibawa Ardi ditambah
kemampuannya menciptakan rayuan maut. Tidak hanya sampai di situ dengan sikap
pengalamannya, Feri justru mendadak suka Korea dengan meminta Bayu menjadi guru
kursus Kpopnya tanpa bayaran. Sedangkan Bayu dengan sikap apa adanya justru
sangat diterima Sisil meskipun hanya dianggap sahabat.
Ardi memang pecinta sepak bola
sehingga sedikit agak tidak nyambung jika ngobrol dengan Sisil yang sama sekali
tidak tahu-menahu tentang bola. Ditambah gaya Ardi yang tak fleksibel terhadap
situasi dan kondisi, dengan PD-nya dia terus bicara tentang bola meskipun hanya
jawaban iya atau oh yang diberi Sisil. Bahkan saat berkunjung ke kontrakan
Sisil diambil saja remote TV yang lagi menayangkan drama Korea diganti acara
tentang bola. Sampai-sampai Sisil menganggap Ardi sebagai pengganggu. Lain
halnya jika Feri berkunjung ke kontrakan Sisil. Apa saja yang dibawanya selalu
meniru yang dibawa Ardi. Mahasiswa ber-IP 3.5 lebih, namun sering mencontek
jawaban orang ini dengan seribu macam strategi perang selalu bercerita tentang
kebaikan dirinya terhadap Sisil. Dia juga sok memberikan tips kecantikan ala
Korea ke Sisil meskipun sebelumnya dia harus browing dulu di internet. Di
situ Sisil menilai Feri adalah tipikal cowok cerdas yang sebenarnya cukup
perhatian juga ke Sisil. Lain halnya dengan rumus jitu Bayu yang memang sehobi
dengan Sisil. Dia terus saja mendapat
keberuntungan dari Dewi Fortuna dan lebih berkesempatan bertemu dengan Sisil.
Bahkan tidak hanya itu Sisil sering meminta Bayu untuk menemaninya jalan-jalan
membeli perlengkapan apa pun tentang Korea. Baginya Bayu adalah sahabat yang konyol
meskipun terkadang dinilai seperti sahabat
perempuan Sisil.
Ketika mereka berempat bertemu di
kampus hendak pulang ke kontrakan, secara bersamaan mereka saling menawarkan
untuk mengantar Sisil pulang ke kontrakan. Mereka berebut dan siap menjadi tukang
ojek Sisil. Sok film Hollywood, Ardi, Feri, dan Bayu lupa jika biasanya Sisil
memang sudah berangkat kuliah sendiri. Padahal Sisil berangkat menggunakan
mobil sedangkan mereka bertiga kuliah hanya jalan kaki mengingat rumah mereka
sangat dekat dengan kampus. Dengan sikap bijaksananya ala ratu, Sisil
mengizinkan Ardi, Feri, dan Bayu mengantarkan dia pulang dengan mobilnya. Di
situ Sisil malah yang meyetir mobil sedangkan Ardi, Feri, dan Bayu duduk di
belakang Sisil. Jadi berhasillah Sisil menjelma menjadi supir taksi bagi
mereka. Di dalam mobil terdapat obrolan yang sengit antara Ardi, Feri, dan
Bayu. Mereka saling menguak keburukan yang lainnya di hadapan Sisil secara
langsung. Ardi yang merasa lebih mengenal Sisil sudah lama, sangat marah dan
muncullah emosi yang sangat memuncak. Dia tidak terima jika kedua sahabatnya
sangat bebas membongkar semua keburukannya di depan Sisil. Begitu juga dengan
Feri yang merasa tidak terima namanya menjadi buruk di depan Sisil setelah
aibnya dikuak oleh dua sahabatnya di depan Sisil. Bayu yang juga mati kutu
hanya diam karena dia menyadari bahwa apa yang dibicarakan Ardi dan Feri memang
ada dalam dirinya. Meski sempat ilfil, Sisil hanya tertawa lepas melihat
kekonyolan persahabatan semacam ini. Sampai di kontrakan Sisil, tiga sahabat
ini masih saja bersitegang saling menjelakkan satu sama lain dan sibuk mencari
pembelaan tentang namaya. Tidak berlangsung lama setelah Sisil meminta mereka
untuk pulang saja.
Usai kejadian itu, usaha mendapatkan
Sisil menjadi terang-terangan. Hubungan tiga sahabat ini menjadi lebih
renggang. Mereka sudah jarang kelihatan bersama baik di kampus. Mereka jarang
kelihatan hangout bareng lagi. Tidak hanya itu mereka juga
semakin menjadi menyebar keburukan yang lain di depan Sisil secara sendiri. Ulah
mereka malah terkesan jahat. Apalagi keusilan di dalam kontrakan yang
aneh-aneh. Seperti usaha meracuni Bayu dengan bubuk cabae yang ditaburkan di
mie instan Bayu secara berlebihan oleh Ardi dan Feri. Alhasil Bayu harus
mondar-mandir ke kamar mandi buat memberantas amukan jago merah dalam perutnya.
Bayu pun marah dan mogok belanja keperluan kontrakan sehari-hari. Dia juga
enggan meminjami uang ke Feri dan meminta semua uangnya kembali. Bayu tidak
ingin lagi membangunkan Ardi yang memang susah sekali untuk bangun tidur hingga
ia telat kuliah. Namun keusilan Ardi dan Feri berbuah manis untuk si Bayu, ia
ditengok Sisil. Keusilan mereka juga untuk si Ardi. Sepatu futsal Ardi dibakar
dengan alasan bau. Dia juga tidak dibangunkan dari tidur siangnya dan akhirnya
Ardi tidak bisa ikut pertandingan final
futsal antar kampus. Marah Ardi menjadi. Dia lebih memutuskan untuk kabur dari
kontrakan dan memilih tidur di kostan teman kuliahnya selama tiga hari. Ia
mencoba membalas ulah Feri dengan menjual gitar kesayangannya ke tukang rongsok
hingga membut Feri naik pitam. Keusilan satu sama lain semakin menjadi. Ardi
dan Feri yang biasanya lupa membawa tugas kuliahnya sengaja tidak diingatkan
Bayu sehingga mereka sering kena marah dosen. Begitu pula Bayu yang sering lupa
bawa nyali saat menghadapi pengamen wujud preman yang sering nongol di
kontrakan mereka, ia sama sekali tidak dibantu Ardi dan Feri hingga uangnya
untuk beli pulsa listrik habis dimintai tukang ngamen.
Sudah dua minggu hubungan tiga sahabat
kocak ini menjadi tak terurus. Yang biasanya mereka duduk bertiga kini mereka
duduk memencar. Kontrakan kelihatan sepi tak ada canda ketiganya. Tidak hanya
itu, bertatap muka saja mereka tidak saling menyapa atau memberi senyuman. Bayu
yang suka perdamain paling hanya memanggil nama mereka tanpa senyum dan seakan
tak ikhlas. Sedangkan Sisil cukup sedih melihat hubungan tiga sahabat yang
sudah lama ini merenggang.
Ardi yang jarang tidur di kontrakannya
dan Feri yang lebih sering keluar main di studio membuat Bayu lebih sering
sendiri di kontrakan. Kasihan dia padahal sakit pilek, batuk, sariawan, dan
panas dalam sedang melandanya. Seakan tidak ada yang peduli lagi dengan
sakitnya. Meskipun hanya ada Sisil yang terkadang datang ke kontrakan sambil
membawa obat pilek. Padahal ketika salah satunya ada yang sariawan saja yang
lain sudah khawatir. Akhirnya dengan berat hati Feri mengabari Ardi bahwa Bayu
sakit.
“Di, si Bay sakit. Dia sakit batuk,
pilek, sariawan, dan panas dalam. Lho bisa pulang nggak? Gue males banget harus
ngurusan sendiri sahabat yang kesetiannya nggak 100% kaya dia dan lho.” Jelas
Feri ke Ardi lewat telepon.
“Alah cuman sakit gitu dong juga.
Tinggal bawa dokter, suntik doang nggak pake infus ‘kan udah sembuh. Ngapain
gue mesti pulang? Atau jangan-jangan lho udah tertular virus Bayu terus lho
juga mau nularin virus lho ke gue ya?” Tuduh Ardi dengan emosinya.
“Alah basi lho Di, norak, nggak mutu
lho. Males juga gue nelpon lho kalau nggak si Bayu sakit. Gue juga marah ama si
Bayu tapi gue juga nggak tega kalau ngliat dia menderita gitu. Persis cacing
bengek kepanasan ngerti.” Marah Feri sambil memutus teleponnya.
Ardi hanya berdiam diri mendengar
kalau Bayu sakit. Muncul perasaan ibanya dengan sahabatnya yang lagi sakit di
kontrakan. Namun gejolak di hatinya juga berbenturan dengan perasaan marahnya
terhadap kawannya yang merebut kecengannya. Lama waktu Ardi termenung cus dia
sadar kalau tidak ada salahnya juga ia menjenguk soibnya yang lagi merengek
meratapi bibir yang pecah-pecah dengan kerepotan mengurusi ingusnya juga
tenggorokannya yang lagi usil. Pikirnya tidak ada salahnya juga jika ia harus
pulang menengok kontrakannya apa masih kokoh berdiri atau tidak.
Sambil berbaring di kursi taman, Ardi
sadar kalau selama ini persahabatan yang telah empat tahun mendadak hancur
berkeping-keping hanya karena satu gadis yang belum tentu juga mau jadi
pacarnya. Memang ia juga sudah kenal lama dengan Sisil dan ia juga sudah lama
menaksir Sisil bahkan sedari SD yang istilah pacaran saja masih awam. Meskpin
Sisil tidak perhatian dengannya bahkan menganggapnya hanya sebagai
tetangga biasa. Lain halnya dengan Feri
dan Bayu yang meskipun terkadang usil namun mereka sudah menganggapnya saudara.
Meskipun terkadang merepotkan namun mereka berdua selalu ada di saat Ardi lagi
butuh keberadaan mereka. Terdapat perang batin dalam lubuk hatinya. Ia merasa
kangen dengan kedua sahabatnya. Namun ia juga tidak begitu saja bertolak pulang
menuju pintu kontrakannya. Ia justru merancang perkataan apa yang akan ia
jelaskan untuk kedua sahabarnya agar mau secara bersama-sama meninggalkan Sisil
yang secara tak sadar telah merusak persahabaatan mereka.
Sesudah semua argumentasi untuk kedua
sahabatnya telah siap, ia segera berkemas menuju rumah kontrakannya. Namun
sebelumnya ia sudah membawa vitamin C, sambal pedas, obat batuk pilek, dan mie
instan kesukaannya Bayu.
“Bro ada yang mau gue jelasin ke
kalian.” Seru Ardi tiba-tiba masuk kamar Bayu tanpa ucapkan salam.
“Eh Lho Di, masih inget rumah Lho?”
Jawab Feri dengan kaget.
“Hai Mblo, gimana kabar Lho? Lama
nggak nongol Lho. Kangen ma gue ya? Bawa apaan tuh? Mie? Lho mau jelasin apa ke
gue?” Tanya Bayu nrocos dengan mulut tak berbentuk karena nyonyor kena
sariawan.
“Gue baik gue tahu Lho Bayu nggak baik
karena Lho lagi panas dalem akut jadi gue nggak akan nanyain kabar kalian. Gini
ya, kalian harus tinggalin Sisil juga buat gue. Kalian sadar nggak sih akad
sahabat yang pernah kita ikrarkan telah dirusak oleh seorang gadis yang belum
tentu dia suka ke salah satu dari kita. Rumah tangga kontrakan kita terancam
ngerti.” Jelas Ardi dengan ekpresi diplomatis.
“Lho apaan sih? Oh ya gue ngerti rumah
tangga kontrakan kita terancam termasuk Lho yang sebagai istri pergi
meninggalkan gue ma Feri suami Lho tanpa pamit iya ‘kan? Hahaha.” Ejek Bayu
dengan tertawa lepas diikuti batuk.
“Apaan sih Lho bercanda mulu
bawaannya. Gue serius kales. Lagian gue
sebagai istri di rumah ini? Lho kali. Lho ‘kan yang sebagai seksi rumah tangga?
Terus orang-orang yang sering bilang kalau Lho hanya peduliin penampilan Lho
yang agak metro persis ibuk-ibuk. Dasar ibu kos. Aduh gue jadi nggak serius. Guys, ayo tinggalin Sisil!” Debat Ardi
diikuti ajakannya yang persuasif.
“Bentar-bentar Lho nyuruh kita buat
ninggalin Sisil tidak untuk Lho semakin leluasa deketin Sisil ‘kan?” Seru Feri
penuh curiga.
“Bos, ya jelas nggak lah. Ok gue
berani nyuciin baju kalian sebulan beserta dalaman kalian kalau gue boong deh.
OK gue jelasin ya biar kalian tahu kalau gue itu sebenarnya sudah lama suka ama
Sisil bahkan sebelum kalian mengenalnya yaitu waktu gue masih SD. SMP kelas
satu gue aja pernah nembak ke dia. Bayangin bro masih bocah aja pikiran gue
udah nyampe ke situ. Tapi yang Lho tahu gue ditolak gara-gara kata dia muka gue
kurang babbyface. Padahal muka gue
udah imut ‘kan kaya masih SMA? Gue sengaja nggak pernah crita ke kalian biar
kalian nggak ngatain gue boong. Iya gue emang boong masalah gue belum pernah
ditolak baik sekolah maupun masalah cewek. Tapi di sini gue sadar kalau dia
udah ngrusak persahabatan kita dan gue yakin kalau dia emang nggak pantes buat
gue juga buat kalian.” Jelas Ardi panjang lebar.
“Iya gue juga udah tahu kalau Lho
pernah ditolak ama Sisil tapi bukan karena muka Lho yang nggak babbyface tapi gara-gara Lho tukang
pilek waktu Lho SD. Gue juga tahu kalau Lho pernah suka ama Sisil. Sisil ‘kan
sering curhat ke gue. Tapi sumpah bukan
maksud gue ngrebut kecengan Lho. Soalnya gue kira Lho udah nggak suka ama dia
saat Lho bilang nggak suka ke dia. Gue juga mau menjauh ke dia soalnya dia tuh
cuman nganggep temen curhatnya. Sebel juga tahu.” Bayu menjelaskan dengan
pandangan kosong.
“Ok
mas-mas ganteng. Kita udah lama maju mundur ganteng buat usaha ngrebutin Sisil
dan akhirnya persahabatan kita justru rusak. Si Sisil juga kayanya nggak punya
perasaan apa-apa ke gue. Ngobrol ke gue aja kaya orang baru kenal. Ya udah ya
kita tinggalin Sisil demi persahabatan kita. Ya udah yuk mari bersulang.” Seru
Feri sambil mengambil botol kotak susu yang ada di depannya.
Tag : #contoh cerbung #contoh cerpen
#Sisilia #Cerbung #Cerpen #Cerita Bersambung #Cerita pendek #Cerbung Bahasa
Indoenesia #Cerpen Bahasa Indonesia #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar