Sabtu, 18 April 2015

Cerpen Remaja Percintaan : Oh Sisilia Part 1

Oh Sisilia Part 1
Berawal dari tiga sahabat yang tak lekang oleh waktu. Iya Ardi, Feri, dan Bayu. Cowok unyu-unyu yang sedang duduk di bangku kuliahan semester tiga. Kisah persahabatan mereka bagaikan bensin dan sepeda motor karena dimana ada Ardi, di situ ada Feri dan Bayu. Bahkan dunia akan berubah gelap gulita atau hitam dan pekat saat mereka tak terlihat bertiga. Ardi, cowok futsal dengan sifatnya yang jujur dan sportif meskipun terkadang labil dan agak sensi. Feri dengan sifat oportunisnya mudah sekali srobot sana-sini. Terlebih sifatnya yang gretonger dan sering berhutang ke Ardi dan Bayu. Sedangkan Bayu, cowok polos yang masih ori dan penyuka drama Korea namun selalu tampil apa adanya, mudah sekali dibodohi. Bayu orang yang suka kedamaian dan sering menjadi korban bully Ardi dan Bayu. Persahabatan yang dimulai di bangku SMA dan berlanjut di bangku kuliahan ditambah kebersamaan di satu atap, rumah kontrakan.

Bermula di hari pertama masuk semester 3. Kini Ardi dan Bayu yang sedang menyandang status jomblo mencoba mencapai target di semester tiga yaitu menghapus predikat jomblo yang sudah lama mereka rasakan. Begitu juga dengan Feri yang di otaknya sudah terpikir untuk nikah muda juga akan menambah koleksi teman perempuannya. Iya teman perempuan, bukan pacar. Feri tidak senang jika pacar-pacarnya dikatakan ceweknya karena tidak ingin dianggap seorang playboy. Baginya banyak mantan pacar bukanlah tak setia tetapi suatu kewajiban dalam masa penjajakan untuk mendapatkan calon terbaik menjadi pasangan nikah mudanya nanti.
”Eh Ardi, Bayu harap kalian bisa mengerti apa itu istilah playboy. Playboy itu cowok yang ceweknya banyak dan mereka sering menduakan, mentigakan, atau melipatgandakan mereka dan akhirnya buat sakit hati. Itu bukan gue banget. Kalau gue itu pacar satu aja cukup.” Jelas Feri ke Ardi dan Bayu.
“Iya pacar satu mantan lapisan. Lho tega banget sih? Bosan buang. Mau berapa lagi koleksi lho? Kalo bagaikan baju ye, mungkin lho udah punya distro kale. Gue ama Bayu yang kena imbasnya gegara lho yang sering gonta-ganti pacar gue ma Bayu susah banget cari pacar. Dikira karena sahabatnya punya banyak cewek, cewek-cewek ngira kalau penyakit lho udah nular ke kita.” Trocos Ardi sambil mainan androidnya buat ngegame.
“Heh bedain ya? Selama ini gue nggak punya pacar tapi teman perempuan. Ingat lhoh pacaran tuh nggak boleh ama guru ngaji gue dulu, dosa!” Bantah Feri sambil menyrobot mie Bayu yang lagi asyik nonton drama Korea.
“Eh mie gue jangan lho ambil dong. Lagi asyik nih ganggu aja. Oh ya BTW kalau itu teman perempuan lho berarti lho di friendzone dong?” Saut Bayu yang tak terima.
“Eh Bay ya jelas bukan friendzone dong. Orang si Feri ntu nembak diterima-nembak diterima begitu seterusnya. Bukan teman perempuan, pacar namanya. Nggak usah ngelak.” Ucap Ardi menjelaskan ke Bayu.
“Udah-udah. Kalau kalian mau kaya gue, nembak lalu diterima serahin ke gue. Gue kasih ebook ori buatan gue. Cukup bayar aja ke gue tunai nggak boleh ngutang bisa transfer atau kes, OK!” Rayu Feri mempromosikan produknya.
“Uh bisnis aja pikiran lho. Ama soib juga tega banget. Tuh ‘kan lose gara-gara lho.”  Seru Ardi sambil megang kepalanya.
Kampus tempat mereka berkuliah terlihat dari kontrakan mereka. Bermula seorang cewek dengan rambut panjangnya yang terurai. Tinggi, langsing, dan semampai dengan sepatu hak tinggi ikut jalan menyalip mereka. Mereka bertiga tercengang melihat elokya gadis itu berjalan. Semua mulut terbuka membentuk huruf O sambil keluar kata “Oh awesome” yang secara serentak keluar dari mulut mereka bertiga. Mata melotot penuh kagum.
“Hai Sisil! Apa kabar?” Teriak Ardi yang ternyata tahu siapa gadis yang jalan menyelip mereka bertiga.
“Hai Ardi! Kita kuliah di sini kok jarang banget ketemu ya? Eh udah dulu ya duluan. Udah mau masuk nih.” Jawab Sisil sambi berteriak.
Ardi memang sudah mengenal gadis yang berjalan menyelip mereka. Ardi dan Sisil adalah teman semasa kecil dikarenakan rumah mereka yang berdekatan. Sisil adalah anak fakultas ekonomi, fakultas tetangga dari mereka bertiga. Meskipun sebagai teman baik, Feri dan Bayu tidak pernah tahu bahwa Ardi punya teman secantik ini karena Ardi sengaja merahasiakan semua ini agar gebetan Ardi tidak direbut oleh sahabatnya sendiri. Ardi sudah menyukai Sisil sedari kecil dan pernah Ardi mencoba mengungkapkan perasaannya ke Sisil meskipun tertolak mutlak oleh Sisil. Kini Sisil akan menjadi pemenuh target di semester tiga yaitu mengusir jauh-jauh status jomblo yang sedang disandangnya. Ia akan kembali berjuang memperoleh cinta masa lalunya dengan Sisil.
Ardi terus melamun di sebuah kusri kontrakan ditemani dua sahabatnya Feri dan Bayu. Seperti biasa Bayu dengan drama Koreanya yang disandingi mie instan rasa pecel dan Feri dengan gitarnya menyanyikan lagu jatuh cinta membuat hati Ardi semakin tak karuan. Bayu memang penguasa TV di kontrakan mereka sedangkan Feri adalah sang penyanyi kontrakan tanpa bayaran tetapi doyan ngutang. Ardi diam saja melihat dua temannya yang ternyata sedang aneh sepertinya. Bayu sedang menonton drama Korea sambil melamunkan jika yang menjadi pemerannya adalah dirinya dan gadis yang ia temui di kampus tadi. Sedangkan Feri menyanyikan lagu jatuh cinta dengan begitu dalamnya karena memang begitu yang sedang ia rasakan. Juga dengan Ardi yang menikmati nyanyian Feri karena dikiranya hanya dia yang sedang jatuh cinta.
Tak lama Feri merampungkan satu tembang tentang jatuh cinta, ia mendorong tubuh Ardi sambil mencie-ciekan Ardi dengan Sisil. Ia mencoba memutarkbalikkan fakta dengan seakan-akan Ardi lah yang sedang jatuh cinta dengan Sisil. Meskipun itu benar namun Feri juga mengalami itu. Suasana hati Bayu pun semakin tak karuan, ia cukup pasrah menerima kenyataan bahwa ternyata satu sahabatnya menyukai gadis yang sama. Untuk menutupi perasaannya, serontak ia ikut saja mencie-ciekan si Ardi. Ardi tersipu malu. Agar kedua sahabatnya tidak lagi mengejeknya ia pun mengelak sambil berteriak secara lantang. Sempat Feri dan Bayu tak percaya bahwa Ardi tak menyukai Sisil namun begitu Ardi berteriak secara lantang perasaan keduanya menjadi agak tenang karena tak ada halangan bagi mereka untuk menyukai Sisil.
Lambat laun perasaan suka mereka bertiga terhadap Sisil semakin mencurigakan meskipun tidak ada terus terang dan tidak ada keterbukaan. Satu per satu saling curiga dan mulai timbul lah persaingan sengit merebutkan hati Sisil. Ardi yang sudah mengenal Sisil sedari kecil sangat mengetahui bagaimana Sisil, apa yang disukai Sisil, dan apa yang dibenci Sisil. Pernah suatu kejadian ketika malam Minggu Ardi, Feri, dan Bayu akan apel di kontrakan Sisil. Tak mungkin mereka bertiga berangkat bersama dan tak mungkin mereka bertiga bicara jujur kepada yang lain. Padahal biasanya yang keluar di malam Minggu hanyalah Feri dan tak pernah buat Ardi dan Bayu dengan status jomblonya. Sudah pernah, baik Feri maupun Bayu bertanya kepada Ardi dimana kontrakan Sisil dengan modus lagi butuh kenalan dari fakultas ekonomi untuk menyelesaikan suatu proyek. Tetapi tak mungkin pula Ardi memberitahukan dimana kontrakan Sisil. Tak kehabisan akal, Bayu justru bertanya secara langsung ke Sisil dengan sifat beraninya. Di situ dia justru mendapatkan pin bb dari Sisil secara langsung. Feri dengan sifat lihainya justru mengikuti diam-diam mau kemana Ardi hendak pergi. Bahkan dengan sifat oportunisnya, Feri ikut-ikutan saja membeli apa yang dibeli Ardi. Ya sebuah CD drama Korea dan CD Suju, artis kesukaan Sisil meskipun uangnya diutang dari Bayu. Tidak hanya itu Feri juga ikut membeli sebuah kue brownis kesukaan Sisil. Sudah seperti plagiator saja si Feri ini. Namun usaha dari Ardi dan Feri hanya berujung sia-sia. Ketika mereka berdua sampai di kontrakan Sisil dengan bergantian hanya kekecewaan yang mereka dapatkan. Sisil sudah tolak dari kontrakannya dan pergi dengan Bayu yang sesama penyuka Korea. Kalah cepat mereka berdua. Kenyataannya Dewi Fortuna lebih berpihak ke Bayu dengan wataknya yang polos dan apa adanya.
Persaingan semakin memanas. Ardi, Feri, dan Bayu terus berkunjung ke kontrakan Sisil secara sembunyi. Dengan gaya masing-masing mereka datang ke kontrakan Sisil meskipun sebenarnya akan merepotkan Sisil. Ardi dengan jurus ampuh karena sudah tahu bagaimana Sisil sejak kecil jadi dia tidak repot untuk bagaimana menarik hati Sisil. Sedangkan Feri dengan gaya plagiasinya akan menirukan apa saja yang dibawa Ardi ditambah kemampuannya menciptakan rayuan maut. Tidak hanya sampai di situ dengan sikap pengalamannya, Feri justru mendadak suka Korea dengan meminta Bayu menjadi guru kursus Kpopnya tanpa bayaran. Sedangkan Bayu dengan sikap apa adanya justru sangat diterima Sisil meskipun hanya dianggap sahabat.
Ardi memang pecinta sepak bola sehingga sedikit agak tidak nyambung jika ngobrol dengan Sisil yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang bola. Ditambah gaya Ardi yang tak fleksibel terhadap situasi dan kondisi, dengan PD-nya dia terus bicara tentang bola meskipun hanya jawaban iya atau oh yang diberi Sisil. Bahkan saat berkunjung ke kontrakan Sisil diambil saja remote TV yang lagi menayangkan drama Korea diganti acara tentang bola. Sampai-sampai Sisil menganggap Ardi sebagai pengganggu. Lain halnya jika Feri berkunjung ke kontrakan Sisil. Apa saja yang dibawanya selalu meniru yang dibawa Ardi. Mahasiswa ber-IP 3.5 lebih, namun sering mencontek jawaban orang ini dengan seribu macam strategi perang selalu bercerita tentang kebaikan dirinya terhadap Sisil. Dia juga sok memberikan tips kecantikan ala Korea ke Sisil meskipun sebelumnya dia harus browing dulu  di internet. Di situ Sisil menilai Feri adalah tipikal cowok cerdas yang sebenarnya cukup perhatian juga ke Sisil. Lain halnya dengan rumus jitu Bayu yang memang sehobi dengan Sisil. Dia  terus saja mendapat keberuntungan dari Dewi Fortuna dan lebih berkesempatan bertemu dengan Sisil. Bahkan tidak hanya itu Sisil sering meminta Bayu untuk menemaninya jalan-jalan membeli perlengkapan apa pun tentang Korea. Baginya Bayu adalah sahabat yang konyol meskipun terkadang dinilai seperti sahabat  perempuan Sisil.
Ketika mereka berempat bertemu di kampus hendak pulang ke kontrakan, secara bersamaan mereka saling menawarkan untuk mengantar Sisil pulang ke kontrakan. Mereka berebut dan siap menjadi tukang ojek Sisil. Sok film Hollywood, Ardi, Feri, dan Bayu lupa jika biasanya Sisil memang sudah berangkat kuliah sendiri. Padahal Sisil berangkat menggunakan mobil sedangkan mereka bertiga kuliah hanya jalan kaki mengingat rumah mereka sangat dekat dengan kampus. Dengan sikap bijaksananya ala ratu, Sisil mengizinkan Ardi, Feri, dan Bayu mengantarkan dia pulang dengan mobilnya. Di situ Sisil malah yang meyetir mobil sedangkan Ardi, Feri, dan Bayu duduk di belakang Sisil. Jadi berhasillah Sisil menjelma menjadi supir taksi bagi mereka. Di dalam mobil terdapat obrolan yang sengit antara Ardi, Feri, dan Bayu. Mereka saling menguak keburukan yang lainnya di hadapan Sisil secara langsung. Ardi yang merasa lebih mengenal Sisil sudah lama, sangat marah dan muncullah emosi yang sangat memuncak. Dia tidak terima jika kedua sahabatnya sangat bebas membongkar semua keburukannya di depan Sisil. Begitu juga dengan Feri yang merasa tidak terima namanya menjadi buruk di depan Sisil setelah aibnya dikuak oleh dua sahabatnya di depan Sisil. Bayu yang juga mati kutu hanya diam karena dia menyadari bahwa apa yang dibicarakan Ardi dan Feri memang ada dalam dirinya. Meski sempat ilfil, Sisil hanya tertawa lepas melihat kekonyolan persahabatan semacam ini. Sampai di kontrakan Sisil, tiga sahabat ini masih saja bersitegang saling menjelakkan satu sama lain dan sibuk mencari pembelaan tentang namaya. Tidak berlangsung lama setelah Sisil meminta mereka untuk pulang saja.
Usai kejadian itu, usaha mendapatkan Sisil menjadi terang-terangan. Hubungan tiga sahabat ini menjadi lebih renggang. Mereka sudah jarang kelihatan bersama baik di kampus. Mereka jarang kelihatan hangout  bareng lagi. Tidak hanya itu mereka juga semakin menjadi menyebar keburukan yang lain di depan Sisil secara sendiri. Ulah mereka malah terkesan jahat. Apalagi keusilan di dalam kontrakan yang aneh-aneh. Seperti usaha meracuni Bayu dengan bubuk cabae yang ditaburkan di mie instan Bayu secara berlebihan oleh Ardi dan Feri. Alhasil Bayu harus mondar-mandir ke kamar mandi buat memberantas amukan jago merah dalam perutnya. Bayu pun marah dan mogok belanja keperluan kontrakan sehari-hari. Dia juga enggan meminjami uang ke Feri dan meminta semua uangnya kembali. Bayu tidak ingin lagi membangunkan Ardi yang memang susah sekali untuk bangun tidur hingga ia telat kuliah. Namun keusilan Ardi dan Feri berbuah manis untuk si Bayu, ia ditengok Sisil. Keusilan mereka juga untuk si Ardi. Sepatu futsal Ardi dibakar dengan alasan bau. Dia juga tidak dibangunkan dari tidur siangnya dan akhirnya Ardi tidak bisa ikut pertandingan  final futsal antar kampus. Marah Ardi menjadi. Dia lebih memutuskan untuk kabur dari kontrakan dan memilih tidur di kostan teman kuliahnya selama tiga hari. Ia mencoba membalas ulah Feri dengan menjual gitar kesayangannya ke tukang rongsok hingga membut Feri naik pitam. Keusilan satu sama lain semakin menjadi. Ardi dan Feri yang biasanya lupa membawa tugas kuliahnya sengaja tidak diingatkan Bayu sehingga mereka sering kena marah dosen. Begitu pula Bayu yang sering lupa bawa nyali saat menghadapi pengamen wujud preman yang sering nongol di kontrakan mereka, ia sama sekali tidak dibantu Ardi dan Feri hingga uangnya untuk beli pulsa listrik habis dimintai tukang ngamen.
Sudah dua minggu hubungan tiga sahabat kocak ini menjadi tak terurus. Yang biasanya mereka duduk bertiga kini mereka duduk memencar. Kontrakan kelihatan sepi tak ada canda ketiganya. Tidak hanya itu, bertatap muka saja mereka tidak saling menyapa atau memberi senyuman. Bayu yang suka perdamain paling hanya memanggil nama mereka tanpa senyum dan seakan tak ikhlas. Sedangkan Sisil cukup sedih melihat hubungan tiga sahabat yang sudah lama ini merenggang.
Ardi yang jarang tidur di kontrakannya dan Feri yang lebih sering keluar main di studio membuat Bayu lebih sering sendiri di kontrakan. Kasihan dia padahal sakit pilek, batuk, sariawan, dan panas dalam sedang melandanya. Seakan tidak ada yang peduli lagi dengan sakitnya. Meskipun hanya ada Sisil yang terkadang datang ke kontrakan sambil membawa obat pilek. Padahal ketika salah satunya ada yang sariawan saja yang lain sudah khawatir. Akhirnya dengan berat hati Feri mengabari Ardi bahwa Bayu sakit.
“Di, si Bay sakit. Dia sakit batuk, pilek, sariawan, dan panas dalam. Lho bisa pulang nggak? Gue males banget harus ngurusan sendiri sahabat yang kesetiannya nggak 100% kaya dia dan lho.” Jelas Feri ke Ardi lewat telepon.
“Alah cuman sakit gitu dong juga. Tinggal bawa dokter, suntik doang nggak pake infus ‘kan udah sembuh. Ngapain gue mesti pulang? Atau jangan-jangan lho udah tertular virus Bayu terus lho juga mau nularin virus lho ke gue ya?” Tuduh Ardi dengan emosinya.
“Alah basi lho Di, norak, nggak mutu lho. Males juga gue nelpon lho kalau nggak si Bayu sakit. Gue juga marah ama si Bayu tapi gue juga nggak tega kalau ngliat dia menderita gitu. Persis cacing bengek kepanasan ngerti.” Marah Feri sambil memutus teleponnya.
Ardi hanya berdiam diri mendengar kalau Bayu sakit. Muncul perasaan ibanya dengan sahabatnya yang lagi sakit di kontrakan. Namun gejolak di hatinya juga berbenturan dengan perasaan marahnya terhadap kawannya yang merebut kecengannya. Lama waktu Ardi termenung cus dia sadar kalau tidak ada salahnya juga ia menjenguk soibnya yang lagi merengek meratapi bibir yang pecah-pecah dengan kerepotan mengurusi ingusnya juga tenggorokannya yang lagi usil. Pikirnya tidak ada salahnya juga jika ia harus pulang menengok kontrakannya apa masih kokoh berdiri atau tidak.
Sambil berbaring di kursi taman, Ardi sadar kalau selama ini persahabatan yang telah empat tahun mendadak hancur berkeping-keping hanya karena satu gadis yang belum tentu juga mau jadi pacarnya. Memang ia juga sudah kenal lama dengan Sisil dan ia juga sudah lama menaksir Sisil bahkan sedari SD yang istilah pacaran saja masih awam. Meskpin Sisil tidak perhatian dengannya bahkan menganggapnya hanya sebagai tetangga  biasa. Lain halnya dengan Feri dan Bayu yang meskipun terkadang usil namun mereka sudah menganggapnya saudara. Meskipun terkadang merepotkan namun mereka berdua selalu ada di saat Ardi lagi butuh keberadaan mereka. Terdapat perang batin dalam lubuk hatinya. Ia merasa kangen dengan kedua sahabatnya. Namun ia juga tidak begitu saja bertolak pulang menuju pintu kontrakannya. Ia justru merancang perkataan apa yang akan ia jelaskan untuk kedua sahabarnya agar mau secara bersama-sama meninggalkan Sisil yang secara tak sadar telah merusak persahabaatan mereka.
Sesudah semua argumentasi untuk kedua sahabatnya telah siap, ia segera berkemas menuju rumah kontrakannya. Namun sebelumnya ia sudah membawa vitamin C, sambal pedas, obat batuk pilek, dan mie instan kesukaannya Bayu.
“Bro ada yang mau gue jelasin ke kalian.” Seru Ardi tiba-tiba masuk kamar Bayu tanpa ucapkan salam.
“Eh Lho Di, masih inget rumah Lho?” Jawab Feri dengan kaget.
“Hai Mblo, gimana kabar Lho? Lama nggak nongol Lho. Kangen ma gue ya? Bawa apaan tuh? Mie? Lho mau jelasin apa ke gue?” Tanya Bayu nrocos dengan mulut tak berbentuk karena nyonyor kena sariawan.
“Gue baik gue tahu Lho Bayu nggak baik karena Lho lagi panas dalem akut jadi gue nggak akan nanyain kabar kalian. Gini ya, kalian harus tinggalin Sisil juga buat gue. Kalian sadar nggak sih akad sahabat yang pernah kita ikrarkan telah dirusak oleh seorang gadis yang belum tentu dia suka ke salah satu dari kita. Rumah tangga kontrakan kita terancam ngerti.” Jelas Ardi dengan ekpresi diplomatis.
“Lho apaan sih? Oh ya gue ngerti rumah tangga kontrakan kita terancam termasuk Lho yang sebagai istri pergi meninggalkan gue ma Feri suami Lho tanpa pamit iya ‘kan? Hahaha.” Ejek Bayu dengan tertawa lepas diikuti batuk.
“Apaan sih Lho bercanda mulu bawaannya. Gue  serius kales. Lagian gue sebagai istri di rumah ini? Lho kali. Lho ‘kan yang sebagai seksi rumah tangga? Terus orang-orang yang sering bilang kalau Lho hanya peduliin penampilan Lho yang agak metro persis ibuk-ibuk. Dasar ibu kos. Aduh gue jadi nggak serius. Guys, ayo tinggalin Sisil!” Debat Ardi diikuti ajakannya yang persuasif.
“Bentar-bentar Lho nyuruh kita buat ninggalin Sisil tidak untuk Lho semakin leluasa deketin Sisil ‘kan?” Seru Feri penuh curiga.
“Bos, ya jelas nggak lah. Ok gue berani nyuciin baju kalian sebulan beserta dalaman kalian kalau gue boong deh. OK gue jelasin ya biar kalian tahu kalau gue itu sebenarnya sudah lama suka ama Sisil bahkan sebelum kalian mengenalnya yaitu waktu gue masih SD. SMP kelas satu gue aja pernah nembak ke dia. Bayangin bro masih bocah aja pikiran gue udah nyampe ke situ. Tapi yang Lho tahu gue ditolak gara-gara kata dia muka gue kurang babbyface. Padahal muka gue udah imut ‘kan kaya masih SMA? Gue sengaja nggak pernah crita ke kalian biar kalian nggak ngatain gue boong. Iya gue emang boong masalah gue belum pernah ditolak baik sekolah maupun masalah cewek. Tapi di sini gue sadar kalau dia udah ngrusak persahabatan kita dan gue yakin kalau dia emang nggak pantes buat gue juga buat kalian.” Jelas Ardi panjang lebar.
“Iya gue juga udah tahu kalau Lho pernah ditolak ama Sisil tapi bukan karena muka Lho yang nggak babbyface tapi gara-gara Lho tukang pilek waktu Lho SD. Gue juga tahu kalau Lho pernah suka ama Sisil. Sisil ‘kan sering curhat ke gue.  Tapi sumpah bukan maksud gue ngrebut kecengan Lho. Soalnya gue kira Lho udah nggak suka ama dia saat Lho bilang nggak suka ke dia. Gue juga mau menjauh ke dia soalnya dia tuh cuman nganggep temen curhatnya. Sebel juga tahu.” Bayu menjelaskan dengan pandangan kosong.
“Ok mas-mas ganteng. Kita udah lama maju mundur ganteng buat usaha ngrebutin Sisil dan akhirnya persahabatan kita justru rusak. Si Sisil juga kayanya nggak punya perasaan apa-apa ke gue. Ngobrol ke gue aja kaya orang baru kenal. Ya udah ya kita tinggalin Sisil demi persahabatan kita. Ya udah yuk mari bersulang.” Seru Feri sambil mengambil botol kotak susu yang ada di depannya.

Tag : #contoh cerbung #contoh cerpen #Sisilia #Cerbung #Cerpen #Cerita Bersambung #Cerita pendek #Cerbung Bahasa Indoenesia #Cerpen Bahasa Indonesia #

Tidak ada komentar: