Monsternya Bebebku Part 1
Kisah ini berawal dari seorang cewek yang bermuka standar,
cantik banget juga tidak, jelek banget juga tidak, tapi cukup jelek aja
wajahnya. Ia bernama Eki, iya Eki Saraswati, cewek dengan kemampuan otak yang
biasa aja namun keberuntungan selalu berpihak kepadanya. Makanya di waktu zaman
SMAnya sering ia dapatkan peringkat di kelas. Ya meskipun peringkat-peringkatan
aja. Masalah kaya juga enggak dan bakat juga tak punya. Sangat biasa dan tak
ada hal istemewa ada pada dirinya.
Namun ada satu sisi kebaikan yang ia miliki. Dibalik sikapnya
yang jujur dan apa adanya membuat banyak mereka yang ingin berteman, meskipun
cukup jadi teman bukan jadi sahabat. Soalnya sikap polos cewek yang satu ini
membuat hilang kepekaan pada dirinya sehingga susah buat diajak tempat curhat.
Sikapnya yang nglabak dan nggak bisa dandan membuat tak ada satu
pun cowok yang suka kepadanya. Hobinya aja nonton bola. Semua pemain bola dalam
dan luar negeri ia hafalkan sampai sedetail mungkin, bahkan riwayat hidupnya ia
hafal. Materi tentang bola lebih mengalahkan materi ekonomi, jurusan ia
berkuliah. Sampai pagi bersama kopi hitam ia pelototi pertandingan bola klub
favoritnya, Barcelona. Sambil sibuk ia ngerjain laporan atau belajar masih aja
ia hafalkan semua nama dan riwayat pemain bola. Kalau yang lain update status tapi kalau Eki update transfer pemain.
Tapi sikapnya yang apa adanya dan kesukaannya dengan Barcelona
membawa dia bertemu dengan cowok super perfect
yang sama-sama bercita-cita punya pasangan pecinta klub sepak bola
Barcelona. Keduanya sama-sama suka musik rock, minum kopi, dan makan makanan
super pedas. Cowok itu bernama Yusuf, cowok tajir dengan wajah tampan serta
pandai dalam segala hal. Indeks prestasinya di kuliah aja nyaris 4. Segala alat
musik pun dia bisa meskipun dia jadi vokalis di bandnya. Olah raga apa aja dia
sanggup termasuk otomotif yang emang bidangnya. Termasuk masalah teknologi, dia
ini pawangnya. Hanya ada satu yang tak bisa yaitu menyakiti hati kaum hawa
karena anak tunggal dari seorang janda tajir ini adalah tipe penyayang dan
berusaha melakukan segala sesuatunya secara sempurna.
Ini ni yang namanya jodoh bahkan nggak ada unsur settingan buat
mereka untuk bertemu. Yaitu di saat mereka beli es krim yang kebetulan es krim
malah ketukar. Eki yang pengin makan es krim rasa coklat malah dikasih yang
jual es krim rasa stroberi, sedangkan Yusuf yang pengin makan es krim rasa
stroberi malah dikasih es krim coklat. Akhrinya mereka saling bertukar es krim
dan hubungan mereka semakin dekat sampai ke tahap pacaran. Karakter mereka yang
hampir sama membuat mereka sangat akrab meskipun terkadang mereka justru
berantem karena sifatnya yang sama-sama labil dan mudah sekali marah. Selain
obrolan bola, pasangan yang kurang kerjaan ini sering sekali ngobrolin orang di
jalan yang mereka temui dan menurut mereka sangat membuat mereka ilfil. Bahkan
saat bersama, keduanya sering kali iseng dengan berkomentar langsung ke orang
di sekitarnya. Sudah seperti mencari musuh saja mereka. Gaya bicara keduanya
yang songongnya sudah kelewat batas ini terkadang membuat mereka terlibat
pertengkaran kecil meskipun nantinya heha-hehe lagi. Keduanya doyan bicara
hanya saja Yusuf sudah kelewatan untuk ingin berkicau terus sehingga menjadikan
Eki harus mengalah untuk diam.
Pacaran bagi mereka hampir mirip teman nonton bola, dengerin
musik rock bareng, atau minum kopi bersama sekaligus perlombaan makan makanan
pedas. Tidak hanya itu, kuping mereka selalu siap mendengarkan segala curhat
pasangannya. Keduanya bagikan guru spiritual masing-masing, karena selalu memberikan
ceramah yang membangun untuk keduanya. Yusuf yang dengan kemampuannya yang
serba bisa selalu aja ngajarin Eki sehingga menampakkan seperti Eki manusia
terbodoh di dunia.
Tapi ada yang aneh dari kedua pasangan ini. Keduanya tak pernah
menganggap pasangannya sebagai pacarnya melainkan hanya sebagai teman dekat
aja. Eki yang tak ingin orang tuanya tahu bahwa dirinya sudah punya pacar,
sedangkan Yusuf yang tak ingin teman-temannya tahu bahwa dirinya punya pacar
mengingat dirinya yang sudah gabung dalam komunitas jomblo elit Jakarta. Yusuf
yang dekat sekali dengan ibunya selalu berbagi cerita tentang Eki ke ibunya
meskipun hanya sisi baiknya saja mengingat agar ibunya tak ilfil dulu dengan
calon menantunya. Adalah kebiasaan Eki yang terus aja berbagi cerita tentang
Yusuf ke teman-temannya, mengingat rasa bangganya memiliki pacar serupa Yusuf.
Banyak yang mencibir Eki seakan tak percaya manusia sestandar Eki memiliki
pacar serupa Yusuf. Ada yang berpendapat rumus pelet Eki yang manjurnya tak
terbatas dan ada pula yang berpendapat Eki hanya sebagai bahan percobaan bagi
Yusuf berkenaan penelitiannya tentang cewek SNI. Ada juga yang bilang akan
tidak banding jika keduanya memang berjodoh. Seperti bumi dan langit.
Saking penasarannya, anak-anak yang satu kos dengan Eki sudah
layaknya detektif tak bayaran menyelidiki Yusuf sampai bolak-balik mengintip
profil facebooknya. Eki yang tak suka pacarnya dikepoin secara tegas meminta
kawannya itu agar berhenti ikut campur urusannya dengan Yusuf. Mendapat
perintah temannya ini, semua anak kos malah mengira Eki hanya berkhayal
memiliki pangeran yang turun dari langit. Mereka secara serentak ingin sekali
melaporakan apa yang terjadi pada Eki ke orang tuanya tetapi tak jadi mengingat
hidupnya Eki yang sering dibully sehingga muncullah rasa iba mereka terhadap
Eki. Tidak halnya dengan Yusuf yang malah merahasiakan hubungannya dengan Eki
dan tidak begitu saja ia share ke
teman-temannya atau ke sosial media. Jadi ada satu hal yang membuat Eki dan
Yusuf takut, tidak lain adalah ketika orang tua Eki dan teman-teman Yusuf tahu
tentang hubungan mereka.
Ancaman serta ledekan teman-teman Eki beserta tanggapan orang
tua Yusuf yang terus-terusan agak mencibir Eki justru membuat hubungan mereka
semakin mendekat. Saling becerita, berkeluh kesah tentang apa yang menerpa pada
diri mereka masing-masing. Yusuf yang bangga setelah mendengar cerita Eki
tentang kekaguman temannya terhadapnya sangat berbanding terbalik dengan
perasaan Eki begitu mendengar cerita Yusuf tentang tanggapan ibu Yusuf yang
tahu betapa ngenesnya punya calon menantu seperti Eki.
Mereka jadi seling bertemu hingga diketahui oleh mantan pacar
Yusuf yang segalanya pasti lebih unggul dibanding Eki. Ibarat angka satu sampai
sepuluh, mantan pacar Yusuf dapat angka 9 sedangkan Eki cukup angka 6 itu pun
masih minus. Panggil saja dia Madona, gadis dengan ukuran badan yang tinggi
semampai, kulit putih tanpa skrup satu pun, cantiknya bak putri Indonesia,
IQ-nya dua kali lipat dari Eki, dan satu lagi, merupakan anak pengusaha emas
berlian. Tetapi ada yang aneh pada Madona, sikap ramahnya yang ke semua orang
seakan sekejab bisa menjadi serigala saat bertemu Eki. Galaknya bukan main
seperti singa kehausan darah yang lagi dipermainkan kumisnya oleh manusia.
Hubungan mereka diketahui Madona karena cerita dari Yusuf sendiri yang memang
masih berhubungan baik dengannya.
Eki yang tak ingin merusak hubungan persahabatan pacarnya dengan
mantan pacarnya itu mencoba familiar dengannya, dengan sering mengajak ia bertemu
untuk sekadar makan bareng atau belanja bersama. Eki hanya ingin menguak
pernyebab mereka putus kalau-kalau memang ada yang salah pada Yusuf. Madona
yang sebenarnya tipikal orang yang suka bersosialisasi dengan orang baru mau
saja bersahabat dengan Eki.
Hanya saja sifat galakya yang luar biasa tak terkira membuat Eki
yang biasanya kalau berucap songong dan agak tak tahu diri itu, kini harus mati
kutu. Satu kata beserta susunan kalimat yang keluar dari mulutnya pun
benar-benar ia perhatikan agar tak kena marah Madona. Apa saja yang Eki ucap
dan perbuat selalu membuat Madona berkomentar dan ilfil. Ada yang paling Eki
nggak suka dari Madona, yaitu ketika ia berkomentar tingkah laku Eki, suaranya
yang terlalu keras dan galak itu membuat semua orang berpaling menghadap mereka
berdua dan jadilah mereka pusat perhatian. Madona yang cuek tidak begitu
mempermasalahkan jika dirinya menjadi pusat perhatiaan orang.
Seperti halnya saat mereka sehabis makan di restoran, Madona
yang masih memegang erat etika dan sopan santun sehabis makan, langsung saja
memarahi Eki yang membiarkan posisi sendoknya terlentang dan mencekung ke
bawah. “Heh gimana sih kamu Kik? Kamu asli orang Jogja ‘kan sama kaya saya
masak nggak tahu sih adab cara makan. Ini tuh sendoknya tengkurap ke bawah biar
kita nggak dikira rakus. Kaya gitu kok mau gantiin saya jadi pacarnya Yusuf, yo
nggak pantes. Saya itu mau berteman sama kamu bukan karena maunya kamu tapi
juga perintah Yusuf buat berteman sama kamu. Saya juga tak tega sama Yusuf
melihat pacar barunya kok gini banget. Malu-maluin aja kamu.” Begitu seterusnya
saat Madona memberi penilaian ke Eki. Semua apa yang diperbuat Eki selalu
dinilai salah oleh Madona, seperti cara berjalan, cara makan, cara berpakaian,
cara berdandan, cara duduk, cara berkata, cara apalah-apalah lainnya. Memang
sangat susah bagi Eki yang selalu beritngkah-laku layaknya masyarakat biasa
harus menyesuaikan berteman dengan Madona yang sedikit-sedikit penuh aturan.
Inilah yang disebut monsternya pacarku.
Awal pertemanan yang hanya sebatas di restoran atau warung makan
dan mall saja kini telah berubah menjadi pertemanan di dalam rumah. Madona yang
punya rumah di kawasan kampus mempersilakan Eki tinggal berdua bersamanya
secara gratis. Namun dengan syarat membuang semua sifat jorok dan tak tahu
aturannya. Eki pun mau saja mengingat tak ada salahnya jika apa yang diajarkan
Madona itu sebenarnya memang untuk kebaikannya. Meskipun hubungan persahabatan
ini semakin dekat tidak membuat Madona berubah lembut dengannya. Masih saja
seperti monster yang siap menerkam mangsanya ketika ada kesalahan yang Eki
perbuat. Madona tak pernah mempermasalkan status Eki yang hanya numpang jika ia
masih menjaga kebersihan dan sopan santun sebagai layaknya wanita sejati.
Kini Eki berubah menjadi sedikit agak bisa berdandan dan mau
teratur mandi sehari dua kali. Ini sontak membuat Yusuf lebih senang dan
bahagia dengan kekasihnya. Ia sangat berterimakasih dengan Madona yang telah make over Eki, kekasih barunya sehingga
menjadi Eki yang baru dan lebih baik dibanding sebelumnya.
Lambat laun peraturan yang dibuat Madona ke Eki semakin beribet.
Banyak sekali aturan yang semuanya itu harus Eki lakukan. Ya meskipun itu juga
untuk kebaikan Eki sendiri nantinya. Ada satu yang lalai dari Eki untuk
mewujudkan semuanya itu, Madona langsung menjelma menjadi monster serigala yang
siap meghisap darahnya. Eki disibukkan dengan segala cara untuk membuat dirinya
harus seperti layaknya putri seperti apa yang ada dalam tulisan Madona. Latihan
jalan dengan hak tinggi, olah raga untuk meninggikan badan, serta diet hingga
ia jatuh sakit kena mag. Ia puasa minum kopi dan makan makanan pedas serta tak
lagi ia bergadang menonton bola. Ia seakan terinspirasi dan ingin menjadi
wanita persis seperti Madona. Terkadang ia sampai stress karena usahanya tak
juga berhasil menjadi cantik dan feminine
seperti Madona. Semua kesibukannya
menjadi sedikit lupa dengan Yusuf dan sudah tidak lagi bertemu atau
berkomunikasi. Ia terlalu sibuk dengan dirinya dan terlalu menuntut ini-itu
untuk perubahan dalam dirinya.
“Beb entar malem sms’an yuk sambil nonton bola yuk!” ucap Yusuf
ke Eki di dalam telepon yang memang sudah jarang ngobrol bareng.
“Ah males. Kamu tuh gimana sih? Aku ‘kan cewek masak diajak
nonton bola. Aku udah nggak kaya dulu sekarang udah lebih feminine kali.” Tolak Eki terhadap ajakan Yusuf.
“Nggak nyesel nih. Barcelona lawan Madrid lho. Bakal seru. Eem
ya udah. Good night, have a nice dream!” balas Yusuf dengan halus meskipun ada
sedikit perasaan kecewa.
Sejak percakapan lewat telepon antara Yusuf dan Eki saat itu
kini mereka kembali menjadi sering bertemu lagi. Namun obrolan terpanas mereka
menjadi beda. Dahulu apa-apa yang tentang bola kini menjadi apa-apa yang
tentang fashion. Yusuf hanya menerima dan cukup senang melihat perubahan pada Eki
meskipun dirinya harus mengkorbankan perasaannya yang selama ini sangat fanatik
sama cewek pecinta bola terutama pecinta Barcelona. Keduanya yang sama-sama tak
betah jika mulutnya beristirahat sedetik pun, kini Yusuf hanya terus diam dan
mendengarkan apa yang keluar dari mulut Eki. Yusuf berusaha paham apa yang
dibicarakan Eki tentang barang-barang serba cewek yang harganya agak mahal
meskipun ia tak semangat terlibat dalam cerita. Tapi ada satu hal yang membuat
Yusuf tak suka ketika Eki harus mengatur gaya hidup Yusuf yang selama ini ia
terapkan.
“Eh Beb, kamu tuh jangan minum kopi terus nanti gigi kamu kuning
lhoh. Untung kamu nggak ngrokok jadi gigi kamu masih putih walaupun ada kena
noda kopi,” kata Eki yang sekarang gaya bicaranya malah agak sedikit nyingnying.
“Iya emang aku bukan perokok,” balas Yusuf ke Eki.
“Oh ya kamu jangan bola terus yang dipikirin. Terus ‘kan jadi
lupa mikirin aku.” Ucap Eki yang tak begitu dihiraukan sama Yusuf. “Kamu kok
diam aja sih. Kok aku nggak bisa tinggi ya? Terus kulit aku kok coklat nggak
bisa putih. Oh ya kemaren aku sempet diet gara-gara ngurusin badan. Kamu kok
nggak khawatir?” tanya Eki ke Yusuf.
“Bro bukan beb. Yang manggil beb ‘kan gue. Dari dulu Lo manggil
gue bro. Terus nggak ada aku-kamu tapi lo-gue. Gue cabut ya!” ungkap Yusuf
sambil pergi lalu kembali lagi. “Oh ya just the way you are.” Seru Yusuf yang
kembali lalu kembali pergi.
Sejak saat itu mereka sudah jarang bertemu lagi. Hubungan mereka
renggang seperti lupa dan Yusuf sudah merasa ada yang beda dengan Eki. Namun
yang hobi Yusuf memang senang bersilaturrohmi dan tak ingin menjadikan Eki
seperti musuh. Akhirnya mereka kembali bertemu di restoran dekat lapangan
futsal, tempat mereka dulu sering makan bersama.
“Hallo Beb! Akhirnya kita ketemu. Sibuk ngurusin bola ya?” tanya
Eki ke Yusuf.
“Iya lah. Lo gimana kabarnya?” Tanya Yusuf ke Eki.
“Baik kok. Oh ya Beb liat dong tas aku rusak nih. Terus kenapa
ya aku sekarang gendutan. Oh ya aku benci banget sama hidungku kok pesek banget
ya? Sama ini nih gigiku kurang rapi. Pokoknya minggu depan aku mau ke dokter
gigi. Temenin ya Beb!” Rengek Eki ke Yusuf.
“Udah Kik. Nggak usah merengek terus dan berakting jadi orang
lain. Apa yang Lo miliki saat ini itu apa yang terbaik buat Lo saat ini.
Awalnya gue suka saat ada perubahan pada Lo saat itu tapi nggak berlebihan
seperti saat ini. Lo malah terkesan kaya orang nggak bersyukur. Dan satu lagi
gue paling nggak suka kalau hidup gue harus diatur-atur ngerti!” Marah Yusuf
dengan suara keras.
“Lhoh aku nggak minta kamu beliin atau kamu bayarin kok. Aku
cuman minta kamu temenin. Lagian aku juga nggak mau kaya yang dulu yang terus
seperti kamu anggap temen cowokmu. Aku cuman pengin seperti yang lain. Kaya
pacarannya orang lain. Aku juga pengin cantik kaya Madona gitu aja,” bantah Eki
membalas seruan Yusuf.
“Iya gue tahu. Tapi Lo malah kayak berakting jadi Madona tahu
nggak? Kemayu! Nggak jadi diri Lo sendiri. Okay kalau Lo terus kaya gini
mending kita berteman aja. Gue anggep Lo kaya Madona yang dulu juga suka
ngatur-ngatur hidup gue. Bahkan belum jadi apa-apanya gue aja dia udah ngatur
isi dompet gue dan diporotin ama dia buat beli baju atau apalah. Udah medingan
Lo berhenti nggak usah kaya Madona lagi. Jadi diri Lo sendiri karena gue suka
sama Lo sebagai Eki bukan sebagai Madona. Gue juga udah bilang ke Madona buat
berhenti ngatur hidup Lo juga.” Marah Yusuf.
“Iya gue tahu. Maap gue salah.” Balas Eki sambil menunduk.
“Gini nih kalau punya pacar otak setengahnya digadein,” ucap
Yusuf sambil tersenyum. Eki langsung kembali ke rumah untuk mengganti rok
pendek yang ia kenakan menjadi celana jeans seperti biasa.
Kini bro-beb udah menjadi seperti obrolan biasa. Lo-gue serta
ejekan lucu sudah kembali terdengar saat mereka bersama. Nggak ada lagi monster
yang ditakuti karena yang ditakuti hanyalah saat tim sepak bola kesayangan
harus kebobolan oleh lawan. Selamat tinggal Madona, monster cantik yang
mengusik dan membuat susah tidur. Untuk merayakan telah usainya permasalahan
pada diri mereka, sudah siap dua mangkok
mie instan pedes gila dan dua gelas kopi
untuk mereka santap sambil nonton bola. Seperti tak tahu waktu mereka bicara
sekeras-kerasnya dalam rumah yang sebenarnya itu hanya milik orang lain,
Madona. Madona yang hanya mengintip dari lantai dua merasa tak senang sedikit
melihat kebersamaan mereka berdua. “Don, sini Don. Indro memanggil!” Canda
Yusuf yang rupanya melihat ada pengintip di atas sana dan tak senang karena tak
diajak. Mereka bertiga akhirnya secara bersama menyaksikan acara bola dan
serentak tak ada rasa marah di antara yang lain.
Tak ada lagi rasa marah antara Eki dan Yusuf. Mereka bercanda,
tertawa, dan saling berbagi cerita. Hari-hari yang terus berganti mereka isi
dengan keakraban satu sama lain. Yusuf yang terus bicara dan Eki yang tak bisa
diam membuatlah mereka berdua pusat perhatian orang lain. Acara bola atau sisi
negatif seseorang yang mengonyolkan membuat makanan tiap hari bagi mereka. Sisi
negatif bukanlah hal yang tak baik tentang orang lain melainkan hal yang
membuat mereka tertawa.
Tag = #Cerpen Remaja #Cerpen Cinta #Cerpen Bahasa Indonesia
#Cerita Pendek #Cerita Bersambung #Cerbung Remaja #Cerbung Cinta #Cerbung
Bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar