Sabtu, 18 April 2015

Cerpen tentang Pengkhianatan : Tipuan Sempurna

TIPUAN SEMPURNA
            Aku tak tega memandang wanita tua itu. Jika usia tuaku akan seperti itu pasti itu sangat sulit. Dia terus mencari dan bertanya-tanya siapa dirinya. Siapa jati dirinya? Dan dimana keluarga dia sebenarnya. Dia harus hidup sendiri dengan ketidaktahuan akan kebenaran jati dirinya. Bahkan dia baru kemaren tahu bahwa ada peristiwa yang sangat suram sebenarnya yang menimpanya. Ketika suaminya akan segera menghembuskan nafas terakhirnya dia ceritakan bagaimana peristiwa yang menimpa istrinya. Namun ceritanya tak lengkap karena sudah keduluan malaikat penyabut nyawa.
            Suaminya meminta maaf kepada istrinya atas sebuah kebohongan yang ia berikan untuknya. Istrinya masih tak percaya karena memang begitu sempurna tipuan yang diberikan kepada oleh suaminya. Tentang sebuah peristiwa yang sudah bertahun-tahun ia tutup rapat-rapat karena takut akan kehilangan istrinya.
            Awalnya ketika usia nenek itu masih muda, sebut saja Fatia, ia sangat hidup bahagia dengan pemuda bernama Fadil, kekasihnya. Tak ada halangan yang menerpa cinta mereka. Kedua keluarga, entah itu dari pihak Fatia dan Fadil restui cinta mereka dan menginginkan agar segera diresmikan saja hubungan mereka. Cinta mereka sebenarnya seperti cinta segi tiga. Sebuah cinta yang melibatkan tiga pemeran. Karena ada Angga sahabat dekat mereka yang sebenarnya juga jatuh hati terhadapnya.
            Pupus harapan Angga untuk berjuang mendapatkan hati Fatia. Tak sampai hatinya merusak persahabatan mereka, apalagi melihat kebaikan Fadil terhadapnya. Fadil sangat baik terhadapnya bahkan sudah menganggapnya seperti saudara sendiri. Lagi pula sudah banyak Fadil mengalah terhadapnya, jadi tak mungkin jika masih saja seorang Fatia ia rebut untuk menjadi kekasihnya. Ia hanya sebagai kakak Fatia dan tak ada perasaan apa pun yang tersembunyi di hati Fatia untuknya. Jadi tak ada yang lain yang harus dperibuat kecuali pasrah dan merelakan kedua sahabatnya hidup bahagia.
            Pernikahan antara Fadil dan Fatia pun terhelat. Remuk hati Angga namun biarlah. Ia cukup berjuang melihat mereka bersanding menjadi pasangan baru saat itu. Ia mencoba untuk tersenyum dan tegar seakan tak terjadi apa-apa. Bumi seakan hancur dan langit terasa ambruk yang seketika mengkubur jiwanya. Tapi itu mungkin cobaan untuknya. Dalam pikirnya muncul bahwa masih ada gadis lain di dunia ini yang bisa saja untuk dijadikan pasangannya. Kini Angga sudah menjadi om. Itulah julukannya dari seorang anak perempuan, putri Fadil dan Fatia. Meskipun demikian, ia masih saja memendam perasaan itu dan sulit baginya mencari pengganti seorang Fatia.
            “Ngga! Kapan kau menyusulku?” tanya Fadil kepada sahabatnya.
            “Iya nanti gampang. Biar kunikmati usia mudaku.” Jawabnya bercanda.
            “Apa sampai nanti kau dipanggil kakek oleh anak dari anakku.” Tanyanya lagi.
            “Ah bisa saja kau ini. Aku hanya bersedih melihat kalian sudah menikah.” Jelasnya mencengangkan.
            “Apa maksudmu?” tanya Fadil heran.
            “Tidak aku hanya bercanda. Aku bersedih karena kita bertiga sudah tidak lagi seperti dulu. Ketika kita bertiga bermain bersama menghabiskan waktu bersama. Tapi kali ini tak mungkin karena kalian sudah sibuk mengurusi Fatia kecil ini.” Jawabnya membuat tertawa Fadil.
            Perjalanan jauh antara Fadil, Fatia, dan Angga untuk merayakan atas sebutan mereka yang baru. Semenjak perkataan Angga tempo dulu, Fadil langsung terpikir untuk arungi pedalaman di Pulau Sumatra. Merasakan kebersamaan mereka sewaktu muda dulu. Dan tak muncul raut muka cemburu lagi dari Angga karena masih ia rasakan kebersamaan mereka dulu. Kembali mereka berekspedisi untuk nikmati pemandangan alam yang masih asri dan satwa liar yang belum terjamah tangan manusia. Seakan mereka lupa usia tua mereka dan masih seperti yang dulu saja, seperti mereka saat muda.
            Tertawa, bercanda, dan suka ria mereka gambarkan. Tak ada lagi keinginan untuk kembali di Kota Jakarta dengan hiruk-pikunya manusia. Tapi maaf, keceriaan mereka harus sampai di situ. Ketika mobil yang dikendarai Fadil harus terguling dan masuk ke dalam jurang karena kecerobohannya saat ia lewati jalan yang begitu meliuk-liuknya. Mereka berdarah dan tak ada satu pun orang di situ. Mereka terkapar tak sadar dan darah pun berceceran di sekitar mobil mereka terpental. Keceriaan dan niat untuk mengahabiskan penat telah hiang seketika. Mobil itu terbakar dan jika dinalar akan sulit bagi mereka bertahan.
            “Siapa aku sebenarnya?” Tanya Fatia kepada Angga.
            “Namamu Fatia.” Jawab Angga.
            Semenjak kecelakaan itu terjadi, Angga dan Fatia masih selamat dan tidak tahu bagaimana keadaan Fadil selanjutnya. Angga yang langsung terbangun dan masih sanggup berdiri, dibawanya Fatia pergi dari tempat mobil itu terjatuh. Dengan susah payah ia membawa Fatia karena untuk membawa tubuhnya sendiri ia saja masih susah. Sebenarnya Angga bermaksud membawa Fadil dan Fatia namun kala itu tubuh Fadil terpental dan sampai sekarang ia tak tahu dimana Fadil berada. Ia juga tak tahu apakah Fadil sampai saat ini masih hidup atau tidak. Perasaan Angga melihat Fatia masih bernafas saja, senangnya bukan kepalang. Ia bawa saja Fatia untuk mencari pertolongan. Tangisnya di perjalanan terus mengurai dan dia tidak tahu lagi apa yang harus dibuat untuk menyelamatkannya dan sahabat yang ia cintai. Tapi syukurlah petolongan telah datang dan sampai selanjutnya mereka masih brnafas saat itu.
            “Lalu siapa Kamu?” lanjut Fatia.
            Angga masih terpaku karena masih bingung harus menjawab apa ke Fatia. Di satu sisi Fatia masih mempunyai keluarga di Jakarta sana. Apalagi anaknya masih balita pasti sangat butuh keberadaannya. Namun di sisi lain ia masih begitu cinta dengan wanita ini dan ingin baginya untuk segera mengajaknya menikah dan menikmati hidup bersama di Pulau Sumatra.
            “Em lagi pula anaknya masih punya nenek. Pasti sudah tak begitu butuh dia.” Serunya di dalam hati. “Em kamu kekasihku.” Balasnya terhadap Fatia. Fatia pun merasa percaya karena tak ada firasat jelek mengenai Angga kala itu. “Dan maukah kau menikah denganku?” lanjutny.
            Fatia tak menolak lagi pula sudah tidak ada lagi orang lain yang ia kenal kecuali dia. Hidup mereka tak dikaruniai seorang anak hingga usia tuanya. Angga, suaminya harus pergi dulu meninggalkannya untuk selama-selamanya. Kini dia sudah hidup sendiri dan tak tahu siapa itu Fadil, siapa dirinya, dan siapa itu keluarganya. Bahkan suaminya yang kala itu menceritakan kejadian sebenarnya tak secara lengkap ia jelaskan kepadanya.
            Selama ini dia telah terperangkap dalam tipuan sempurna. Ketika Angga harus menyembunyikan perasaannya melihat Fatia dan Fadil menikah. Juga tipuannya yang menjelaskan bahwa dia adalah kekasihnya hingga mereka menikah. Tipuan itu begitu sempurna karena masih tersimpan hingga ia menutup usia. Sudah dua puluh lima tahun tipuan ini berlangsung. Namun tak juga tersebar dengan ditutupi oleh segala tipuan-tipuan yang lain. Apa Angga lupa akan suatu kenyataan tentang sucinya persahabatan atau suatu kenyataan bahwa suatu tipuan akan tertutup rapat karena tipuan yang lain. Dosa terus yang ia perbuat.
            “Nak! Aku sudah tak mungkin lagi bertahan lama di dunia ini.” Tegasnya tersengal-sengal.
            “Nek! Jangan bicara seperti itu!” perintahku terhadapnya.
            “Sudahlah. Kau kelola saja panti asuhan kita. Kau rawat adik-adikmu.” Pintanya terhadapku.
            Dia menghembus nafas terakhirnya dengan sebuah rasa penasaran. Mungkin arwahnya masih akan penasaran tentang dimana Fadil dan dimana keluarganya. Bahkan dirinya saja tak tahu. Yang ia tahu hanyalah statusnya yang kini menjadi istrinya Angga.
            Aku memang sudah dirawat dia sedari kecil. Dia dan Angga tak bisa dikaruniai anak sehingga membuat mereka membangun sebuah panti asuhan. Dan aku termasuk orang yang tinggal di sana. Sungguh di balik kebaikan Kakek Angga ada suatu kebohongan besar yang tersembunyi. Dan begitu sempurna hingga membuat Nenek Fatia tak tahu dan tertipu dalam waktu yang lama.
TAMAT
Tag = #CerpenCinta #CerpenKeluarga #CerpenKesetiaan

            

Tidak ada komentar: