Jumat, 17 April 2015

Cerpen Remaja Percintaan Monsternya Bebebku Part 1

Monsternya Bebebku Part 1
Kisah ini berawal dari seorang cewek yang bermuka standar, cantik banget juga tidak, jelek banget juga tidak, tapi cukup jelek aja wajahnya. Ia bernama Eki, iya Eki Saraswati, cewek dengan kemampuan otak yang biasa aja namun keberuntungan selalu berpihak kepadanya. Makanya di waktu zaman SMAnya sering ia dapatkan peringkat di kelas. Ya meskipun peringkat-peringkatan aja. Masalah kaya juga enggak dan bakat juga tak punya. Sangat biasa dan tak ada hal istemewa ada pada dirinya.

Namun ada satu sisi kebaikan yang ia miliki. Dibalik sikapnya yang jujur dan apa adanya membuat banyak mereka yang ingin berteman, meskipun cukup jadi teman bukan jadi sahabat. Soalnya sikap polos cewek yang satu ini membuat hilang kepekaan pada dirinya sehingga susah buat diajak tempat curhat.
Sikapnya yang nglabak dan nggak bisa dandan membuat tak ada satu pun cowok yang suka kepadanya. Hobinya aja nonton bola. Semua pemain bola dalam dan luar negeri ia hafalkan sampai sedetail mungkin, bahkan riwayat hidupnya ia hafal. Materi tentang bola lebih mengalahkan materi ekonomi, jurusan ia berkuliah. Sampai pagi bersama kopi hitam ia pelototi pertandingan bola klub favoritnya, Barcelona. Sambil sibuk ia ngerjain laporan atau belajar masih aja ia hafalkan semua nama dan riwayat pemain bola. Kalau yang lain update status tapi kalau Eki update transfer pemain.
Tapi sikapnya yang apa adanya dan kesukaannya dengan Barcelona membawa dia bertemu dengan cowok super perfect yang sama-sama bercita-cita punya pasangan pecinta klub sepak bola Barcelona. Keduanya sama-sama suka musik rock, minum kopi, dan makan makanan super pedas. Cowok itu bernama Yusuf, cowok tajir dengan wajah tampan serta pandai dalam segala hal. Indeks prestasinya di kuliah aja nyaris 4. Segala alat musik pun dia bisa meskipun dia jadi vokalis di bandnya. Olah raga apa aja dia sanggup termasuk otomotif yang emang bidangnya. Termasuk masalah teknologi, dia ini pawangnya. Hanya ada satu yang tak bisa yaitu menyakiti hati kaum hawa karena anak tunggal dari seorang janda tajir ini adalah tipe penyayang dan berusaha melakukan segala sesuatunya secara sempurna.
Ini ni yang namanya jodoh bahkan nggak ada unsur settingan buat mereka untuk bertemu. Yaitu di saat mereka beli es krim yang kebetulan es krim malah ketukar. Eki yang pengin makan es krim rasa coklat malah dikasih yang jual es krim rasa stroberi, sedangkan Yusuf yang pengin makan es krim rasa stroberi malah dikasih es krim coklat. Akhrinya mereka saling bertukar es krim dan hubungan mereka semakin dekat sampai ke tahap pacaran. Karakter mereka yang hampir sama membuat mereka sangat akrab meskipun terkadang mereka justru berantem karena sifatnya yang sama-sama labil dan mudah sekali marah. Selain obrolan bola, pasangan yang kurang kerjaan ini sering sekali ngobrolin orang di jalan yang mereka temui dan menurut mereka sangat membuat mereka ilfil. Bahkan saat bersama, keduanya sering kali iseng dengan berkomentar langsung ke orang di sekitarnya. Sudah seperti mencari musuh saja mereka. Gaya bicara keduanya yang songongnya sudah kelewat batas ini terkadang membuat mereka terlibat pertengkaran kecil meskipun nantinya heha-hehe lagi. Keduanya doyan bicara hanya saja Yusuf sudah kelewatan untuk ingin berkicau terus sehingga menjadikan Eki harus mengalah untuk diam.
Pacaran bagi mereka hampir mirip teman nonton bola, dengerin musik rock bareng, atau minum kopi bersama sekaligus perlombaan makan makanan pedas. Tidak hanya itu, kuping mereka selalu siap mendengarkan segala curhat pasangannya. Keduanya bagikan guru spiritual masing-masing, karena selalu memberikan ceramah yang membangun untuk keduanya. Yusuf yang dengan kemampuannya yang serba bisa selalu aja ngajarin Eki sehingga menampakkan seperti Eki manusia terbodoh di dunia.
Tapi ada yang aneh dari kedua pasangan ini. Keduanya tak pernah menganggap pasangannya sebagai pacarnya melainkan hanya sebagai teman dekat aja. Eki yang tak ingin orang tuanya tahu bahwa dirinya sudah punya pacar, sedangkan Yusuf yang tak ingin teman-temannya tahu bahwa dirinya punya pacar mengingat dirinya yang sudah gabung dalam komunitas jomblo elit Jakarta. Yusuf yang dekat sekali dengan ibunya selalu berbagi cerita tentang Eki ke ibunya meskipun hanya sisi baiknya saja mengingat agar ibunya tak ilfil dulu dengan calon menantunya. Adalah kebiasaan Eki yang terus aja berbagi cerita tentang Yusuf ke teman-temannya, mengingat rasa bangganya memiliki pacar serupa Yusuf. Banyak yang mencibir Eki seakan tak percaya manusia sestandar Eki memiliki pacar serupa Yusuf. Ada yang berpendapat rumus pelet Eki yang manjurnya tak terbatas dan ada pula yang berpendapat Eki hanya sebagai bahan percobaan bagi Yusuf berkenaan penelitiannya tentang cewek SNI. Ada juga yang bilang akan tidak banding jika keduanya memang berjodoh. Seperti bumi dan langit.
Saking penasarannya, anak-anak yang satu kos dengan Eki sudah layaknya detektif tak bayaran menyelidiki Yusuf sampai bolak-balik mengintip profil facebooknya. Eki yang tak suka pacarnya dikepoin secara tegas meminta kawannya itu agar berhenti ikut campur urusannya dengan Yusuf. Mendapat perintah temannya ini, semua anak kos malah mengira Eki hanya berkhayal memiliki pangeran yang turun dari langit. Mereka secara serentak ingin sekali melaporakan apa yang terjadi pada Eki ke orang tuanya tetapi tak jadi mengingat hidupnya Eki yang sering dibully sehingga muncullah rasa iba mereka terhadap Eki. Tidak halnya dengan Yusuf yang malah merahasiakan hubungannya dengan Eki dan tidak begitu saja ia share ke teman-temannya atau ke sosial media. Jadi ada satu hal yang membuat Eki dan Yusuf takut, tidak lain adalah ketika orang tua Eki dan teman-teman Yusuf tahu tentang hubungan mereka.
Ancaman serta ledekan teman-teman Eki beserta tanggapan orang tua Yusuf yang terus-terusan agak mencibir Eki justru membuat hubungan mereka semakin mendekat. Saling becerita, berkeluh kesah tentang apa yang menerpa pada diri mereka masing-masing. Yusuf yang bangga setelah mendengar cerita Eki tentang kekaguman temannya terhadapnya sangat berbanding terbalik dengan perasaan Eki begitu mendengar cerita Yusuf tentang tanggapan ibu Yusuf yang tahu betapa ngenesnya punya calon menantu seperti Eki.
Mereka jadi seling bertemu hingga diketahui oleh mantan pacar Yusuf yang segalanya pasti lebih unggul dibanding Eki. Ibarat angka satu sampai sepuluh, mantan pacar Yusuf dapat angka 9 sedangkan Eki cukup angka 6 itu pun masih minus. Panggil saja dia Madona, gadis dengan ukuran badan yang tinggi semampai, kulit putih tanpa skrup satu pun, cantiknya bak putri Indonesia, IQ-nya dua kali lipat dari Eki, dan satu lagi, merupakan anak pengusaha emas berlian. Tetapi ada yang aneh pada Madona, sikap ramahnya yang ke semua orang seakan sekejab bisa menjadi serigala saat bertemu Eki. Galaknya bukan main seperti singa kehausan darah yang lagi dipermainkan kumisnya oleh manusia. Hubungan mereka diketahui Madona karena cerita dari Yusuf sendiri yang memang masih berhubungan baik dengannya.
Eki yang tak ingin merusak hubungan persahabatan pacarnya dengan mantan pacarnya itu mencoba familiar dengannya, dengan sering mengajak ia bertemu untuk sekadar makan bareng atau belanja bersama. Eki hanya ingin menguak pernyebab mereka putus kalau-kalau memang ada yang salah pada Yusuf. Madona yang sebenarnya tipikal orang yang suka bersosialisasi dengan orang baru mau saja bersahabat dengan Eki.
Hanya saja sifat galakya yang luar biasa tak terkira membuat Eki yang biasanya kalau berucap songong dan agak tak tahu diri itu, kini harus mati kutu. Satu kata beserta susunan kalimat yang keluar dari mulutnya pun benar-benar ia perhatikan agar tak kena marah Madona. Apa saja yang Eki ucap dan perbuat selalu membuat Madona berkomentar dan ilfil. Ada yang paling Eki nggak suka dari Madona, yaitu ketika ia berkomentar tingkah laku Eki, suaranya yang terlalu keras dan galak itu membuat semua orang berpaling menghadap mereka berdua dan jadilah mereka pusat perhatian. Madona yang cuek tidak begitu mempermasalahkan jika dirinya menjadi pusat perhatiaan orang.
Seperti halnya saat mereka sehabis makan di restoran, Madona yang masih memegang erat etika dan sopan santun sehabis makan, langsung saja memarahi Eki yang membiarkan posisi sendoknya terlentang dan mencekung ke bawah. “Heh gimana sih kamu Kik? Kamu asli orang Jogja ‘kan sama kaya saya masak nggak tahu sih adab cara makan. Ini tuh sendoknya tengkurap ke bawah biar kita nggak dikira rakus. Kaya gitu kok mau gantiin saya jadi pacarnya Yusuf, yo nggak pantes. Saya itu mau berteman sama kamu bukan karena maunya kamu tapi juga perintah Yusuf buat berteman sama kamu. Saya juga tak tega sama Yusuf melihat pacar barunya kok gini banget. Malu-maluin aja kamu.” Begitu seterusnya saat Madona memberi penilaian ke Eki. Semua apa yang diperbuat Eki selalu dinilai salah oleh Madona, seperti cara berjalan, cara makan, cara berpakaian, cara berdandan, cara duduk, cara berkata, cara apalah-apalah lainnya. Memang sangat susah bagi Eki yang selalu beritngkah-laku layaknya masyarakat biasa harus menyesuaikan berteman dengan Madona yang sedikit-sedikit penuh aturan. Inilah yang disebut monsternya pacarku.
Awal pertemanan yang hanya sebatas di restoran atau warung makan dan mall saja kini telah berubah menjadi pertemanan di dalam rumah. Madona yang punya rumah di kawasan kampus mempersilakan Eki tinggal berdua bersamanya secara gratis. Namun dengan syarat membuang semua sifat jorok dan tak tahu aturannya. Eki pun mau saja mengingat tak ada salahnya jika apa yang diajarkan Madona itu sebenarnya memang untuk kebaikannya. Meskipun hubungan persahabatan ini semakin dekat tidak membuat Madona berubah lembut dengannya. Masih saja seperti monster yang siap menerkam mangsanya ketika ada kesalahan yang Eki perbuat. Madona tak pernah mempermasalkan status Eki yang hanya numpang jika ia masih menjaga kebersihan dan sopan santun sebagai layaknya wanita sejati.
Kini Eki berubah menjadi sedikit agak bisa berdandan dan mau teratur mandi sehari dua kali. Ini sontak membuat Yusuf lebih senang dan bahagia dengan kekasihnya. Ia sangat berterimakasih dengan Madona yang telah make over Eki, kekasih barunya sehingga menjadi Eki yang baru dan lebih baik dibanding sebelumnya.
Lambat laun peraturan yang dibuat Madona ke Eki semakin beribet. Banyak sekali aturan yang semuanya itu harus Eki lakukan. Ya meskipun itu juga untuk kebaikan Eki sendiri nantinya. Ada satu yang lalai dari Eki untuk mewujudkan semuanya itu, Madona langsung menjelma menjadi monster serigala yang siap meghisap darahnya. Eki disibukkan dengan segala cara untuk membuat dirinya harus seperti layaknya putri seperti apa yang ada dalam tulisan Madona. Latihan jalan dengan hak tinggi, olah raga untuk meninggikan badan, serta diet hingga ia jatuh sakit kena mag. Ia puasa minum kopi dan makan makanan pedas serta tak lagi ia bergadang menonton bola. Ia seakan terinspirasi dan ingin menjadi wanita persis seperti Madona. Terkadang ia sampai stress karena usahanya tak juga berhasil menjadi cantik dan feminine  seperti Madona. Semua kesibukannya menjadi sedikit lupa dengan Yusuf dan sudah tidak lagi bertemu atau berkomunikasi. Ia terlalu sibuk dengan dirinya dan terlalu menuntut ini-itu untuk perubahan dalam dirinya.
“Beb entar malem sms’an yuk sambil nonton bola yuk!” ucap Yusuf ke Eki di dalam telepon yang memang sudah jarang ngobrol bareng.
“Ah males. Kamu tuh gimana sih? Aku ‘kan cewek masak diajak nonton bola. Aku udah nggak kaya dulu sekarang udah lebih feminine kali.” Tolak Eki terhadap ajakan Yusuf.
“Nggak nyesel nih. Barcelona lawan Madrid lho. Bakal seru. Eem ya udah. Good night, have a nice dream!” balas Yusuf dengan halus meskipun ada sedikit perasaan kecewa.
Sejak percakapan lewat telepon antara Yusuf dan Eki saat itu kini mereka kembali menjadi sering bertemu lagi. Namun obrolan terpanas mereka menjadi beda. Dahulu apa-apa yang tentang bola kini menjadi apa-apa yang tentang fashion. Yusuf hanya menerima dan cukup senang melihat perubahan pada Eki meskipun dirinya harus mengkorbankan perasaannya yang selama ini sangat fanatik sama cewek pecinta bola terutama pecinta Barcelona. Keduanya yang sama-sama tak betah jika mulutnya beristirahat sedetik pun, kini Yusuf hanya terus diam dan mendengarkan apa yang keluar dari mulut Eki. Yusuf berusaha paham apa yang dibicarakan Eki tentang barang-barang serba cewek yang harganya agak mahal meskipun ia tak semangat terlibat dalam cerita. Tapi ada satu hal yang membuat Yusuf tak suka ketika Eki harus mengatur gaya hidup Yusuf yang selama ini ia terapkan.
“Eh Beb, kamu tuh jangan minum kopi terus nanti gigi kamu kuning lhoh. Untung kamu nggak ngrokok jadi gigi kamu masih putih walaupun ada kena noda kopi,” kata Eki yang sekarang gaya bicaranya malah agak sedikit nyingnying.
“Iya emang aku bukan perokok,” balas Yusuf ke Eki.
“Oh ya kamu jangan bola terus yang dipikirin. Terus ‘kan jadi lupa mikirin aku.” Ucap Eki yang tak begitu dihiraukan sama Yusuf. “Kamu kok diam aja sih. Kok aku nggak bisa tinggi ya? Terus kulit aku kok coklat nggak bisa putih. Oh ya kemaren aku sempet diet gara-gara ngurusin badan. Kamu kok nggak khawatir?” tanya Eki ke Yusuf.
“Bro bukan beb. Yang manggil beb ‘kan gue. Dari dulu Lo manggil gue bro. Terus nggak ada aku-kamu tapi lo-gue. Gue cabut ya!” ungkap Yusuf sambil pergi lalu kembali lagi. “Oh ya just the way you are.” Seru Yusuf yang kembali lalu kembali pergi.
Sejak saat itu mereka sudah jarang bertemu lagi. Hubungan mereka renggang seperti lupa dan Yusuf sudah merasa ada yang beda dengan Eki. Namun yang hobi Yusuf memang senang bersilaturrohmi dan tak ingin menjadikan Eki seperti musuh. Akhirnya mereka kembali bertemu di restoran dekat lapangan futsal, tempat mereka dulu sering makan bersama.
“Hallo Beb! Akhirnya kita ketemu. Sibuk ngurusin bola ya?” tanya Eki ke Yusuf.
“Iya lah. Lo gimana kabarnya?” Tanya Yusuf ke Eki.
“Baik kok. Oh ya Beb liat dong tas aku rusak nih. Terus kenapa ya aku sekarang gendutan. Oh ya aku benci banget sama hidungku kok pesek banget ya? Sama ini nih gigiku kurang rapi. Pokoknya minggu depan aku mau ke dokter gigi. Temenin ya Beb!” Rengek Eki ke Yusuf.
“Udah Kik. Nggak usah merengek terus dan berakting jadi orang lain. Apa yang Lo miliki saat ini itu apa yang terbaik buat Lo saat ini. Awalnya gue suka saat ada perubahan pada Lo saat itu tapi nggak berlebihan seperti saat ini. Lo malah terkesan kaya orang nggak bersyukur. Dan satu lagi gue paling nggak suka kalau hidup gue harus diatur-atur ngerti!” Marah Yusuf dengan suara keras.
“Lhoh aku nggak minta kamu beliin atau kamu bayarin kok. Aku cuman minta kamu temenin. Lagian aku juga nggak mau kaya yang dulu yang terus seperti kamu anggap temen cowokmu. Aku cuman pengin seperti yang lain. Kaya pacarannya orang lain. Aku juga pengin cantik kaya Madona gitu aja,” bantah Eki membalas seruan Yusuf.
“Iya gue tahu. Tapi Lo malah kayak berakting jadi Madona tahu nggak? Kemayu! Nggak jadi diri Lo sendiri. Okay kalau Lo terus kaya gini mending kita berteman aja. Gue anggep Lo kaya Madona yang dulu juga suka ngatur-ngatur hidup gue. Bahkan belum jadi apa-apanya gue aja dia udah ngatur isi dompet gue dan diporotin ama dia buat beli baju atau apalah. Udah medingan Lo berhenti nggak usah kaya Madona lagi. Jadi diri Lo sendiri karena gue suka sama Lo sebagai Eki bukan sebagai Madona. Gue juga udah bilang ke Madona buat berhenti ngatur hidup Lo juga.” Marah Yusuf.
“Iya gue tahu. Maap gue salah.” Balas Eki sambil menunduk.
“Gini nih kalau punya pacar otak setengahnya digadein,” ucap Yusuf sambil tersenyum. Eki langsung kembali ke rumah untuk mengganti rok pendek yang ia kenakan menjadi celana jeans seperti biasa.
Kini bro-beb udah menjadi seperti obrolan biasa. Lo-gue serta ejekan lucu sudah kembali terdengar saat mereka bersama. Nggak ada lagi monster yang ditakuti karena yang ditakuti hanyalah saat tim sepak bola kesayangan harus kebobolan oleh lawan. Selamat tinggal Madona, monster cantik yang mengusik dan membuat susah tidur. Untuk merayakan telah usainya permasalahan pada diri mereka, sudah siap  dua mangkok mie instan pedes gila dan  dua gelas kopi untuk mereka santap sambil nonton bola. Seperti tak tahu waktu mereka bicara sekeras-kerasnya dalam rumah yang sebenarnya itu hanya milik orang lain, Madona. Madona yang hanya mengintip dari lantai dua merasa tak senang sedikit melihat kebersamaan mereka berdua. “Don, sini Don. Indro memanggil!” Canda Yusuf yang rupanya melihat ada pengintip di atas sana dan tak senang karena tak diajak. Mereka bertiga akhirnya secara bersama menyaksikan acara bola dan serentak tak ada rasa marah di antara yang lain.
Tak ada lagi rasa marah antara Eki dan Yusuf. Mereka bercanda, tertawa, dan saling berbagi cerita. Hari-hari yang terus berganti mereka isi dengan keakraban satu sama lain. Yusuf yang terus bicara dan Eki yang tak bisa diam membuatlah mereka berdua pusat perhatian orang lain. Acara bola atau sisi negatif seseorang yang mengonyolkan membuat makanan tiap hari bagi mereka. Sisi negatif bukanlah hal yang tak baik tentang orang lain melainkan hal yang membuat mereka tertawa.

Tag = #Cerpen Remaja #Cerpen Cinta #Cerpen Bahasa Indonesia #Cerita Pendek #Cerita Bersambung #Cerbung Remaja #Cerbung Cinta #Cerbung Bahasa Indonesia

Tidak ada komentar: