Siapa ingin sukses? Adalah
pertanyaan retoris yang semua orang barang tentu mendambakannya. Definisi
sukses sangat tergantung dari pribadi manusia masing-masing. Yang harus kita
ketahui sukses adalah sebuah pencapaian hasil sesuai tujuan secara efektif dan
efisien. Berawal dari situ kita simpulkan bahwa ukuran sukses sangat berdasar
dari tujuan sedangkan tujuan seseorang dengan orang lainnya akan berbeda satu
sama lain.
Tapi yang perlu kita
heran, mengapa hampir semua orang di dunia ini menitikberatkan sukses sebagai
pencapaian materi. Apakah hampir semua orang di dunia ini semata-mata bertujuan
hidup untuk materi? Padahal hakikat kehidupan manusia ini tidak lain hanya
sementara. Masih ada kehidupan setelah kehidupan yang kita jalani saat ini.
Kenyataannya, harta tidak akan dibawa mati.
Misal seseorang berdasi
dengan gaji ratusan juta tiap bulan yang berteman akrab dengan seorang guru
bergaji rendah tiap bulannya. Sudah tidak lain orang-orang akan menilai kesuksesan
lebih dimiliki si dia yang berdasi. Hal itu jelas keliru. Dalam hal materi, dia
yang berdasi lebih bergelimang daripada si dia yang menjadi guru dengan gaji
pas-pasan dan hidup sederhana. Namun bagaimana dengan kesuksesan yang telah
dicapai? Mungkin bagi dia yang berdasi yang selama ini berkeinginan menjadi
diriktur dengan ratusan milyar di rekeningnya sudah pasti akan menilai dirinya
lebih sukses dibanding temannya yang menjadi guru, tetapi tidak untuk si guru.
Si guru dengan cita-cita mulia ingin mengabdi kepada nusa dan bangsa,
mencerdaskan anak bangsa, dan menularkankan kepandaiannya kepada bibit-bibit
bangsa serta telah mewujudkannya menganggap hidupnya lebih berarti dan lebih
sukses daripada temannya yang menjadi direktur. Itulah yang harus kita garisbawahi
bahwa sukses bukanlah pencapaian materi melainkan pencapaian hasil sesuai
tujuan.
Tetapi ternyata hierarki
sukses yang salah kaprah telah kira terapkan dan mendarah daging sehingga
meracuni mindset yang kita pegang.
Jika Anda tidak termasuk itu berarti Anda termasuk orang beruntung. Banyak
orang bangga akan harta yang mereka miliki. Mulai dari seorang anak yang bangga
dengan harta orang tua sampai ke para istri yang senangnya bukan kepalang
dengan suami yang kaya raya. Semua itu menjadikan mereka materialistik,
memperhitungkan laba dan rugi sedemikian rupa tanpa segan menerapkan jiwa
sosialis dalam hidupnya. Mereka pamer dengan barang mewah dan limited edition tanpa berkeinginan
melirik mereka yang masih hidup berkesusahan. Jiwa yang kehausan akan uang jika
diterapkan dalam jangka waktu lama akan merusak moral mereka. Jalan instan
dengan cara kotor mulai menjadi alternatif yang ditempuh untuk mewujudkan
keinginannya.
Kesuksesan membutuhkan
proses dan bukanlah sebuah pencapaian yang terwujud melalui satu tindakan.
Kesuksesan membutuhkan bertahap-tahap langkah yang kompleks baik pikiran maupun
tindakan. Banyak yang harus bertaruh mengorbankan kehilangan nalar untuk
berspekulasi demi meraih kesuksesan melalui jalan instan. Kita lihat dalam hal keuangan,
semakin banyak yang berinvestasi di internet tanpa harus bekerja tapi gaji
bulanan tetap datang dan cepat membuat kaya. Bicara masalah pendidikan, banyak
juga yang bersaing mendapatkan nilai bagus dengan jalan curang dan tanpa
belajar. Semua itu juga jika ditelusuri lebih lanjut bertolak dari kekayaan
dengan berbagai latar belakang. Ketika seorang bertindak curang dalam belajar
demi nilai bagus itu bisa saja karenan kekhawatiran tidak mendapat pekerjaan
karena selama ini banyak pekerjaan yang membutuhkan mereka yang pintar dengan
kriteria nilai bagus. Atau bisa saja dari mereka yang merupakan anak orang
kaya. Kuatir akan nilai buruk setelah mendapat tuntutan dari orangtua karena
orang tua gengsi jika ternyata anaknya lebih “bodoh” daripada mereka yang
berasal dari keluarga tidak mampu. Ada juga mereka yang medapat beasiswa, harus
mempertahankan nilai mereka agar tidak turun sehingga beasiswa tidak dicabut
dan masih mendapat sokongan dana untuk pendidikan meskipun terkadang ada
beberapa dari mereka harus bertindak curang. Jika kita telisik lebih dalam,
sebagain besar betitik pada materi. Namun, apakah semua usaha di atas itu
berkah.
Sukses itu butuh proses,
yang tidak didapat hanya dengan kedipan mata. Proses yang dimaksud adalah
proses dengan visi yang jelas, berkualitas, dan cepat. Visi yang akan kita raih
harus jelas dan sesuai dengan hati nurani bukan kehendak orang lain. Sering
dari kita bertindak bukan berasal dari panggilan jiwa dan alhasil hasil yang
diperoleh akan ala kadarnya. Bahkan seorang mahasiswa akan kuliah semaunya saja
jika kuliahnya hanya menjalankan keinginan orangtua atau merasa salah jurusan.
Mungkin sebagian dari kita
pernah berkata, “Mungkin ini bukan jalanku?” atau “Aku belum dapat feelingnya.”
Mungkin perkataan tadi akan terlintas ketika kita tidak bertindak sesuai
keinginan kita. Meskipun jika sudah terlanjur ada baiknya kita sedikit berjuang
dan harus memaksa. Kita boleh berjuang namun jangan pernah melampau batas yang
kita miliki. Untuk itu agar semua itu tidak terjadi, tentukan visi yang jelas
dan sesuai kata hati.
Proses yang kita jalani
juga harus berkualitas. Bahkan ada beberapa pendapat bahwa kualitas itu lebih
penting dibanding kuantitas. Seseorang yang ingin menjadi pengusaha sukses
namun selama ini tidak ada perhitungan yang pas dalam dia berbisnis
menjadikannya butuh waktu lama untuk mencapai kesuksesan. Ada juga yang ingin
menjadi pengusaha sukses yang dengan proses berkualitas mengkombinasikan antara
bakat, belajar, dan mawas diri lalu mau memperbaiki diri menjadikannya menjadi
sukses, menghidupi dirinya dan hajat orang banyak.
Kualitas
yang telah terbina akan menjadikan kesuksesan tertunda jika pekerjaan kita
sedikit melambat. Filsafat Jawa mengatakan “alon-alon waton kelakon” yang
artinya pelan-pelan asal terlaksana. Mungkin filsafat itu sudah kurang berlaku
di tengah kerasnya persaingan ini. Ingat persaingan sehat dengan menerapkan
jiwa kemanusian begitu penting untuk memacu terpenuhinya kesuksesan manusia.
Ada suatu penawaran perkerjaan yang hanya berlaku untuk satu orang. Jika kita
lambat dalam bekerja sudah barang tentu kita akan tersingkir dan alhasil akan
melongo meratapi nasib yang harus dihadapi.
Material
bukanlah satu-satunya ukuran untuk meraih kesuksesan karena ada banyak ukuran
tergantung dari tujuan masing-masing orang. Kesuksesan adalah suatu hasil yang
sesuai tujuan dan diukur melalui betapa efektif dan efisien kita mencapainya.
Kita selama ini lengah karena sudah marak orang berpendapat kesuksesan hanya
semata-mata bertolak dari materi. Semua itu membuat kita seakan ingin instan,
mengerjakan segala sesuatu ala kadarnya, dan sungkan untuk bekerja keras.
Padahal sukses butuh proses dengan visi yang jelas, kualitas, dan kecepatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar