Rabu, 09 Maret 2016

Mana yang Lebih Penting antara Otak, Penampilan, dan Attitude untuk Meraih Kesuksesan


Hallo para peselancar dunia maya. Hari ini gue akan share ke kalian mengenai mana yang jauh lebih penting antara attitude, otak, dan penampilan berdasarkan riset dan pengalaman gue. Meskipun agak curhat tapi cerita ini gue buat apa adanya, riil, berdasarkan kenyataan, dan nggak mengada-ada. Maksud dari cerita ini adalah tidak lain membuat kalian tahu mana yang lebih penting antara attitude, otak, dan penampilan untuk menunjang kesuksesan. Kenapa menunjang kesuksesan?

Yupps, pada intinya kesuksesan memang sangat dipengaruhi oleh kemampuan diri seseorang meliputi attitude, otak, dan penampilan. Karena dengan ketiganya yang baik, banyak orang serta pekerjaan yang tertarik pada kita. Lalu bagaimana caranya. Okay, daripada kalian penasaran, yuk simak aja cerita dari gue!
Mana yang lebih penting antara attitude, otak, dan penampilan? Yuk jawab menurut passion kalian di kolom komentar! Beda pendapat nggak apa-apa karena yang berbeda itu indah.
Ada yang berpendapat bahwa penampilan itu nomor satu. Mungkin ini bagi mereka yang OOTD (Outfit Of The Day) yang kalau ditranslate menjadi Bahasa Indonesia tidak lain (Orang-Orang Tukang Dandan). Nah, bagi cowok-cowok kota dan berduit atau yang sering disebut cowok metroseksual mungkin sstuju dengan hal ini. Hal ini cukup benar, karena kebanyakan orang akan mudah terkena hello effect atau gampang terkena kesan pertama. Sedangkan kesan pertama biasanya akan muncul dari penampilan luarnya. Bahkan kalau pepatah jawa mengatakan "ajining salira saka busana" yang artinya nilai diri seseorang berasal dari apa yang ia kenakan. Maka tak jarang mereka yang cantik atau ganteng akan cepat menarik perhatian bahkan dalam mendapatkan pekerjaan.
Padahal yang namanya orang, dalam dan luarnya belum tentu sama lhoh. Ada yang luarnya baik, tapi dalamnya busuk. Sebaliknya yang luarnya acakadul, dalamnya suci putih kaya santen. Makanya kalau lihat orang jangan chasingnya aja. Nah, kalau udah begitu kalian masih mandang seseorang dari luarnya aja?
Cantik aja nggak cukup. Wajah cantik atau ganteng, penampilan keren, apa-apa bermerk, tapi otak pilun. Untuk apa? Gampang dikibulin. Nah, penampilan yang okay perlu pula diimbangi dengan otak yang smart agar kecantikan serta kegantengan yang dimiliki bisa lebih berguna dan lebih terpancar. Jadi biar nggak gampang dikibulin. Ini pasti sependapat banget dengan mereka yang smart-smart, sering juara kelas, atau IP cumlaud.
Lalu dengan wajah cantik dan ganteng serta otak yang cerdas sudah cukup? BELUM. Bahkan jauh masih kurang. Gue bisa bilang gini meskipun gue juga nggak punya kecantikan atau otak cerdas dan keduanya. Sama, gue juga belum punya faktor kurangnya itu. Lalu apa yang kurang? Yak,  jawab aja attitude atau kelakuan atau perilaku. Butuh bukti kenapa gue bilang gini? Yuk simak pengalaman gue. Semoga bisa mendasari kenapa gue bisa bilang seperti itu.
Awalnya gue pernah dikasih cerita sama temen gue yang sudah bekerja lebih duluan ketimbang gue.  Ternayata dalam dunia pekerjaan, attitude memang sangat penting. Banyak para karyawan yang memiliki otak cerdas dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaan. Alhasil bos pun puas. Kata temen gue, mereka ini yang justru terkadang harus diwaspadai apalagi dalam dunia persaingan seperti saat ini. Untuk mencari makan, nggak semua orang punya otak pintar tapi juga punya kelakuan yang jujur. Meskipun juga masih banyak orang dengan otak cerdas dan perilaku dalamnya jempolan. Tapi ini buat jaga-jaga aja yah guys agar kalian juga lebih tahu dan waspada. Orang cerdas dengan kelakukan nol bisa saja melakukan penipuan dengan selip sana-selip sini. Gue pun tertegun, ternyata dalam dunia pekerjaan, banyak tindakan amoral, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme meskipun itu dalam hal kecil.
Lanjut temen gue, ini belum terlalu parah, ada pula ulah temen-temennya di kantornya yang rela memperburuk crita kawannya demi memperbaiki namanya sendiri di depan atasannya. Ini juga ulah orang pinter, pinter cari muka maksudnya. Biasanya mereka akan disenangi atasannya tapi dibenci kawannya. Dan kalau ketahuan, pecat atau nggak naik pangkat bakalan terjadi. Selain cara di atas masih banyak lagi kekejaman di dunia pekerjaan dan persaingan. Ada pula yang rela berdandan cantik demi memikat bosnya, apalagi bosnya laki-laki. Jadi bukan kinerja yang mereka berikan tapi malah penampilan fisik.
Awalnya gue merinding mendengar cerita sahabat gue tentang persaingan di dunia kerja. Tapi lanjutnya ada solusi lain yang bisa dipertahanin jika memang sudah kalah dalam hal otak dan penampilan. Memang benar, buat apa punya otak cerdas tapi penuh kepalsuan, juga wajah okay tapi nggak bermanfaat seperti seharusnya. Dengan memiliki attitude yang baik, seperti kejujuran, kedisiplinan, sanggup bekerja keras, dll, bos akan tahu siapa diri kita. Atasan akan lebih tahu siapa yang lebih punya kompetensi. Bagaimana pun seorang atasan akan lebih berpengalaman dan tahu mana yang punya kinerja bagus dan jujur dengan yang tidak. Atasan memang akan lebih senang jika selain attitude yang bagus, namun juga diberi otak yang cerdas, serta wajah yang okay jika memang diperlukan seperti misalnya jika berhadapan langsung dengan client.
Dengan membaca postingan di atas, semoga teman-teman bisa lebih tahu mana yang lebih penting antara attitude, otak, dan penampilan dalam dunia kerja. Tapi sukses diri juga sangat diperlukan dalam sosialisasi. Lalu manakah yang lebih penting antara attitude, otak, dan penampilan? Okay untuk menjawab pertanyaan ini gue akan sedikit curhat untuk mengasih tahu realitasnya.
Dimulai ya. Cerita ini akan mengajarkan kalian bahwa ternyata selama ini buat kalian yang mengeluhkan ini dan itu di dunia sekolah untuk pendidikan, seperti tugas banyak atau organisasi kampus yang suka ngasih tugas tiba-tiba ternyata ini belum seberapa dengan masalah riil di kehidupan nyata. Di sekolah atau kampus itu merupakan ajang pelatihan untuk dunia nyata ke depannya. Dunia nyata itu lebih kejam dari dunia di pendidikan, mbok makanya jangan terlalu eluhkan masalah tugas atau masalah pelajaran yang susah. Mending langsung bertindak, kerjakan, dan cari solusinya daripada ngeluh.
Ini adalah pengalaman gue yang memalukan dan sebenarnya gue nggak pantes buat cerita. Tapi nggak apa-apa lah, yang penting sekarang gue udah bisa merubah sikap gue yang buruk zaman terdahulu kala. Gue kuliah di luar kota dan kebetulan jarak kotanya lumayan jauh. Makanya gue biasanya pulang paling 3 bulan sekali. Dan setiap pulang gue di rumah aja. Kalau pun keluar biasanya paling buat ke warung atau ke mini market. Gue sedari jaman sekolah emang anak rumahan. Dan kalau pun nongkrong paling main ke tempat yang jaraknya jauh-jauh. Dari masa sekolah sampai masa kuliah gue masih sering gitu. Makanya gue anaknya hanya kenal beberapa tetangga di lingkungan gue. Meskipun sebenarnya gue sedikit dikenal baik sama tetangga gue karena popularitas bokap gue. Ini karena teman sebaya gue yang jadi tetangga gue cuman ada dua. Zaman sekolahnya nggak pernah satu sekolah sama gue. Apalagi gue nggak bisa yang namanya nongkrong bareng orang yang rentang usianya nggak sama kaya gue. Biasanya obrolannya pun sedikit berbeda. Dan akhirnya gue lebih sering main di tempat jauh atau kalau nggak di rumah aja.
Pengalaman gue yang minim bersosialisasi dengan tetangga gue sering membuat gue nggak nyaman apalagi saat di acara kumpul-kumpul tetangga. Saat ada di kampus, gue biasanya sering ngobrol bareng temen gue dan gue emang paling senang bicara di depan umum. Menurut gue dengan pengalaman gue yang sering ngomong di depan umum bisa membuat gue survive saat harus berkumpul dengan masalah nyata. Tapi ternyata semuanya tidak bisa digambarkan semudah itu guys. Gue emang di saat di kampus senang ngajak ngobrol orang yang baru kenal. Tapi nggak tahu kenapa saat gue kumpul di forum bareng tetangga gue, gue seringnya jadi mati kutu. Gue nggak tahu harus bagaimana ngomong di depan mereka. Gue mendadak jadi super pendiam dan pemalu. Kalau pun gue harus berkenalan dengan mereka nggak pantas juga karena sebenarnya kami sudah bersampingan dalam waktu yang lama.
Pernah dalam suatu acara nikahan anak orang, yakni tetangga gue, nyokap gue ngajakin gue buat menghadiri pestanya. Di sana gue nggak ada temen seusia gue. Iya karena rata-rata teman-teman di desa gue yang seusia gue pada kerja dan cuman gue yang kuliah. Kebetulan saat itu momentnya lagi liburan kuliah dan tidak liburan kerja makanya gue nggak punya temen seusia gue. Banyak banget orang di sana dan rata-rata nggak ada yang gue kenal. Apalagi ada warga baru pula. Nyokap yang ngajakin gue mlah sengaja ngilang nggak tahu kemana. Akhirnya gue di kerumunan pesta perkawinan orang cuman sendiri. Alhasil gue diam mulu dari awal sampai pestanya selesai. Krik-krik banget gue saat itu. Kejadian itu bener-bener membuat gue trauma.
Sebenarnya rasa krik-krik itu sudah sering terjadi ketika gue kumpul bareng tetangga gue saat itu. Hal ini mengajarkan pada gue bahwa ternyata attitude itu jauh lebih penting dari sekadar otak dan penampilan. Iya karena di lingkungan gue, hanya gue yang kuliah. Tetangga gue mentok sekolah sampai SMK atau SMP. Tapi nyatanya sama aja, gue masih merasa krik-krik di tempat ini. Iya karena selama ini gue nggak punya attitude yang baik ke mereka. Masak sama tetangga sendiri nggak saling mengenal. Padahal tahu sendiri kan sesama tetangga kita harus saling membantu. Jangankan membantu, mengenal aja enggak. Berarti zaman gue dulu kala, gue orangnya nggak ramah ke mereka. Makanya gue merasa seakan nggak terlalu diopen sama mereka.
Tapi seiring perkembangan zaman gue mencoba lebih giat lagi dalam bersosialisasi. Mencoba mengenal ke semua orang. Ngobrol dan berteman baik nggak harus dengan orang yang sebaya dengan kita. Bisa juga dengan semua orang. Iya karena nyatanya bukan keringanan dan keasyikan percakapan saja yang perlu dicari. Biar pun ranah bicaranya sudah berbeda, tapi setidaknya akan ada ilmu dan manfaat yang akan kita peroleh. Yang baik diambil yang buruk dibuang.
Selain cerita di atas, gue juga akan bercerita tentang pengalaman gue yang lain. Yakni jaman gue sekolah SMK dulu. Gue PKL di bank dan hanya siswa pilihan saja yang bisa PKL di bank. Gue baru tahu bahwa ternyata lingkungan kerja dan pendidikan itu berbeda. Di sekolah apa-apa pakai teori. Kalau di pekerjaan, ada kalanya harus pakai teori, ada kalanya tidak. Waktu PKL di bank, gue sendiri siswa PKL di tempat itu. Setiap ada pekerjaan selalu gue kerjakan sendiri, cepat, dan tepat. Meskipun pekerjaannya terkadang jauh berbeda dari pelajaran di sekolah gue. Masak jurusan SMK akuntansi harus nyampu lantai. Gue sering dibuat kesel di tempat ini. Tapi semua ini selalu gue kerjakan dengan baik. Maklum gue masih takut nilai jelek. Akhirnya mau nggak mau gue kerjain aja.
Tapi semua itu nggak berjalan dengan baik. Gue juga merasa nggak diterima dengan baik. Iya, ternyata muka gue yang terkadang cemberut karena nggak ikhlas sangat terlihat. Gue akuin, ada kalanya gue seneng nglakuin pekerjaan, tapi ada kalanya gue nggak seneng. Kalau pekerjaannya nyambung sama jurusan gue, gue selalu ikhlas. Kalau nggak nyambung, jangankan ikhlas, hemm gue kerjain aja syukur. Selain hal di atas, kelakuan di rumah juga terlihat banget. Di rumah gue emang sedikit manja sama orang tua, meskipun sekarang udah enggak. Makanya gue dulunya suka baper waktu dengar perkataan mereka menyakitkan. Jadi dulu gue juga sedikit trauma. Hal ini mengajarkan gue bahwa ternyata otak teoritis saja bukan jaminan. Gue di situ nggak ada keikhlasan dan sama saja attitude gue dulunya nggak punya. Makanya kadang gue dicuekin mereka. Coba kalau gue dulu ikhlas. Hemm, nilai PKL gue pasti tinggi. Dan tentunya gue juga pasti disenangi oleh rekan-rekan yang kerja di bank itu.
Dan satu lagi bagi kalian yang ingin sukses. Ini kata buku yang pernah gue baca dan guru gue dulu. Jadi orang jangan gampang baper. Baper adalah pikiran negatif dan pikiran negatif awal dari kegagalan.
Sekian cerita gue. Meskipun sedikit curcol, tapi semoga kalian dapat memetih hikmah yang terkandung. Sebenarnya cerita orang ada manfaatnya. Yang baik diambil, yang buruk dibuang.
Dengan kelakuan atau attitude yang kita miliki kita akan jauh disenangi oleh banyak orang. Ingat, perilaku baik dan ikhlas cerminan isi hati seseorang. Dengan lebih banyak disenangi banyak orang, jalur sukses pun akan lebih terbuka lebar. Hal ini karena banyak mereka yang cantik atau ganteng tapi kelakuan nihil. Lalu apa gunanya tampang okay? Tampang okay yang mereka miliki hanya menjadi racun sama dengan mereka merusak karunia Tuhan. Sama juga dengan otak cerdas yang mereka miliki tapi tidak dibarengi kelakukan okay. Karena nggak semua otak cerdas bermanfaat untuk orang lain, bahkan malah untuk nipu orang. Apa nggak sayang?
Kelakuan yang baik akan lebih disenangi banyak orang. Karena dengan begitu apa yang mereka miliki akan memberikan manfaat untuk orang lain. Dan kecantikan serta ketampanannya pun nggak percuma. Juga otak yang cerdas pun akan tidak sia-sia. Selain itu banyak kecantikan dan kecerdasan yang justru menjerumuskan karena biasanya mereka akan berbuat neko-neko. Makanya perlu diimbangi pula dengan kelakuan yang pula. Biasanya itu, orang akan nggak seneng terhadap penampilan seseorang yang baik serta otak cerdas tapi nggak ngasih solusi. Lalu coba pula lirik, lebih banyak mana orang iri dan syirik terhadap apa yang dimiliki seseorang jika dilihat dari faktor attitude, otak, serta penampilan. Sudah tahu kan jawabannya? Yak, kalau nggak otak pasti penampilan. Nah dengan begitu tahu sendiri kan bahwa ternyata kelakuan (attitude memang lebih berguna buat hidup lu serta orang lain daripada sekadar cantik ganteng atau cerdas saja.
Meskipun pada dasarnya ketiganya memang penting. Nggak ada salahnya kalau kalian memiliki ketiganya. Tapi sebenarnya kalian bisa memiliki satu faktor saja yaitu kelakuan kecuali kalian pengin jadi Puteri Indonesia. Karena melalui kelakuan kalian bisa tampil lebih cantik atau ganteng bahkan memiliki otak pintar. Dengan kelakuan, lu akan terhindar dari rasa malas untuk mandi misalnya, atau untuk belajar.

Okay sekian cerita dari gue. Meskipun sedikit curhat tapi semoga kalian dapat mengambil hikmah, so bisa bermanfaat. Untuk itu gue minta maaf kalau ada salah tulisan, baik secara tata bahasa, informasi, atau pun salah makna. Yang jelas gue mohon kritik dan saran. Bisa kalian benarkan jika salah di kolom komentar nggeh agar yang lain juga bisa lebih tahu. Okay terimakasih. See you next time. Jangan lupa tengok posting gue yang lain ya.

Tidak ada komentar: