Minggu, 06 September 2015

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI

TEORI KONSUMSI DAN TEORI INVESTASI
A.TEORI KONSUMSI
1.  John Maynard Keynes dan Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah pusat dari teori fluktuasi ekonomi Keynes yang termuat dalam The General Theary di tahun 1936. Berikut dugaan Keynes tentang fungsi konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi kasual:

a.   Kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume), yaitu jumlah yang dikonsumsi dari setiap dollar tambahan adalah antara nol dan satu. Ia mengklaim hukum fundamental yaitu dari tiap dolar pendapatan, orang akan mengkonsumsi sebagian dan sebagian untuk menabung.
b.  Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume), rasio konsumsi terhadap pendapatan yang menurun ketika pendapatan naik.
c.   Pendapatan adalah penentu utama konsumsi dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting.
cats.jpg
Gambar ini menunjukkan fungsi konsumsi dengan tiga ulasan yang diduga Keynes. Pertama, kecenderungan mengkonsumsi marjinal C adalah antara nol dan satu. Kedua, kecenderungan mengkonsumsi rata-rata turun ketika pendapatan naik. Ketiga, konsumsi ditentukan oleh pendapatan sekarang.
Berdasarkan tiga dugaan ini, fungsi konsumsi Keynes sering ditulis sebagai:
C = C + cY, C  > 0, 0 < c < 1,
Dimana C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposibel, C adalah konstanta, dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal. Fungsi konsumsi ini, yang ditunjukkan dalam gambar di atas, digambarkan sebagai garis lurus. C menunjukkan perpotongan pada garis vertikal dan c merupakan kemiringan. Fungsi konsumsi ini memenuhi alasan pertama Keynes karena kecenderungan mengkonsumsi marjinal c adalah antara nol dan satu, sehingga pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan konsumsi yang tinggi dan saving yang tinggi pula.
Fungsi konsumsi ini memenuhi alasan kedua Keynes karena kecenderungan mengkonsumsi rata-rata APC adalah:
AC = C/Y = C/Y + c
Ketika Y meningkat, C/Y turun, dan begitu pula kecenderungan mengkonsumsi rata-rata C/Y turun. Dan akhirnya fungsi konsumsi ini memenuhi alasan ketiga Keynes karena tingkat bunga tidak dimasukkan dalam persamaan ini sebagai determinan konsumsi.
Untuk memahami kecenderungan mengkonsumsi marjinal (MPC), perhatikan skenario belanja. Seorang yang suka belanja mungkin punya MPC besar, katakanlah 0,99. Ini berarti untuk setiap dolar tambahan ia dapatkan setelah dikurangi pajak, ia belanjakan $ 0.99. MPC mengukur kepekaan perubahan dalam satu variabel, konsumsi terhadap perubahan pada variabel lain, pendapatan.
2.  Stagnasi Sekular, Simon Kuznets, dan Teka-Teki Konsumsi
Selama perang Dunia II, berdasarkan fungsi konsumsi Keynes, ekonom memprediksi ekonomi akan mengalami stagnasi sekular, yaitu depresi panjang berdurasi tanpa batas, kecuali pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mendorong permintaan agregat. Ternyata akhir perang tidak membawa AS ke dalam depresi lain, tapi menyatakan dugaan Keynes, bahwa kecenderungan mengkonsumsi rata-rata akan turun ketika pendapatan naik, nampak tidak berlaku.
Simon Kuznets membangun data agregat konsumsi dan investasi baru sejak 1869. Ia kemudian menerima hadiah Nobel. Kuznets menemukan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan adalah stabil sepanjang waktu, meskipun peningkatan besar pendapatan. Dugaan Keynes dipertanyakan dan ini disebut teka-teki konsumsi.
Kegagalan hipotesis stagnasi sekuler dan penemuan Kuznets, keduanya mengindikasi kecenderungan mengkonsumsi rata-raa hampir konstan sepanjang waktu. Mengapa dugaan Keynes terbukti dalam studi rumah tangga dan seri jangka pendek tapi gagal bila seri jangka panjang?
caaaats.jpg
























3.  Irving Fisher dan Pilihan Antarwaktu
Ekonom Irving Fisher mengembangkan model dengan mana ekonom menganalisis seberapa rasional, melihat ke depan kosumen membuat pilihan antarwaktu, yakni pilihan pada berbagai periode waktu. Model ini mengilangkan hambatan yang kosumen hadapi, preferensi yang mereka miliki, dan bagaimana hambatan dan preferensi bersama-sama menentukan pilihan mereka terhadap konsumsi dan tabungan.
Ketika konsumen memutuskan untuk berapa banyak dikonsumsi saat ini melawan berapa banyak dikonsumsi di masa depan, mereka menghadapi batas anggaran antarwaktu (intertemporal budget constraint) yang mengukur jumlah sumber daya yang tersedia untuk konsumsi saat ini dan masa depan.
Hal ini mengimplementasikan bahwa jika tingkat bunga nol, batas anggaran menunjukkan bahwa jumlah konsumsi dalam dua periode saat dengan jumlah pendapatan dalam dua periode. Pada kasus biasa di mana tingkat bunga lebih besar dari nol, konsumsi dan pendapatan masa depan didiskon oleh faktor 1+ r. Pendiskontoan (discounting) ini muncul dari bunga tabungan. Karena konsumen mendapat bunga dari pendapatan saat ini yang ditabung, pendapatan masa depan kurang nilainya dari pendapatan saat ini. Juga karena konsumsi masa depan disisihkan untuk tabungan yang mendapatkan bunga, konsumsi masa depan lebih murah daripada konsumsi saat ini. Faktor 1(1+r) adalah harga konsumsi periode-kedua yang diukur dalam bentuk konsumsi periode pertama, jumlah konsumsi periode pertama konsumen harus abaikan untuk memperoleh 1 unit konsumsi periode kedua.
a.   Batas anggara konsumen
Berikut adalah kombinasi konsumsi periode pertama dan periode kedua kosumen bisa pilih. Jika ia pilih trik antara A dan B, ia mengkonsumsi kurang dari pendapatannya di periode pertama dan menabung sisanya dari pendapatannya di periode kedua dan meminjam untuk menutupi perbedaannya.







b.  Preferensi Konsumen
Preferensi konsumen terkait konsumsi dalam dua periode bisa ditampilkan oleh kurva indifferens (indefference curve). Ini menunjukkan kombinasi konsumsi periode pertama dan periode kedua yang membuat konsumen tetap senang. Kemiringan pada tiap titik di kurva indefferens menunjukkan berapa banyak konsumsi periode kedua yang konsumen perlukan untuk mengkompensasi 1 unit pengurangan dalam konsumsi periode pertama. Kemiringan ini adalah tingkat substitusi marjinal (marginal rate of substitution) antara konsumsi periode pertama dan kedua. Ini menyatakan tingkat di mana konsumen bersedia mengganti konsumsi periode kedua untuk konsumsi periode pertama.





Kurva indeferens mewakili preferensi konsumen sepanjang konsumsi periode pertama dan kedua. Kurva indeferens memberi kombinasi dari konsumsi dalam dua periode yang membuat konsumen tetap senang. Kurva indeferens lebih tinggi seperti IC2 lebih disukai daripada yang lebih rendah IC1. Konsumen tetap senang di titik W, X, dan Y, tetapi lebih suka titik Z dari semua. Titik Z ada di kurva indeferns lebih tinggi dan karenanya tidak sama disukai W, X, Y.
c.   Optimalisasi







Konsumen meraih tingkat kepuasan tertingginya (optimal) dengan memilih titik pada batasan anggaran yang ada pada kurva indeferens tertinggi. Di sini kemiringan kurva indeferns = kemiringan garis anggaran. Kemiringan kurva indeferns adalah tingkat substansi marjinal MRS, dan kemiringan garis anggaran adalah 1+tingkat bunga riil. Pada titik ) O, MRS = 1 + r.
d.  Bagaimana Perubahan Pendapatan Mempengaruhi Konsumsi






Kenaikan pada pendapatan periode pertama atau kedua menggeser batasan anggaran ke luar. Jika konsumsi pada periode pertama dan kedua adalah barang normal (normal goods), yang diminta lebih seiring pendapatan naik, kenaikan pendapatan ini meningkatkan konsumsi pada kedua periode.
e.   Bagaimana Perubahan Tingkat Bunga Riil Mempengaruhi Konsumsi
Ekonom membagi dampak kenaikan tingkat bunga riil pada komsumsi menjadi dua: dampak pendapatan (income effect) dan dampak subtitusi (subtitution effect). Dampak pendapatan adalah perubahan konsumsi yang berasal dari pergerakan ke kurva indeferens yang lebih tinggi. Dampak subtitusi adalah perubahan konsumsi yang berasal dari perubahan harga konsumsi relatif dalam dua periode.







          Kenaikan tingkat bunga merotasi batasan anggaran sekitar titik C, di mana C adalah (Y1,Y2). Tingkat bunga lebih tinggi mengurangi konsumsi periode pertama (gerak ke titik A) dan menaikkan konsumsi periode kedua (gerak ke titik B).
f.    Batasan Peminjaman
Ketidakmampuan meminjam mencegah konsumsi melebihi pendapatan saat ini. Batasan peminjaman karenanya dapat ditampilkan sebagai C1 ≤ Y1. Pertidaksamaan ini menyatakan konsumsi di suatu periode harus kurang dari atau sama dengan pendapatan di periode yang sama. Batasan peminjaman konsumen ini disebut batasan peminjaman (borrowing constraint), atau kadang, barang likuiditas (liquidity constraint).
Analisis peminjaman mengarahkan kita menyimpulkan bahwa ada dua fungsi konsumsi. Bagi sebagian konsumen, batasan peminjaman tidak berlaku, dan konsumsi dalam kedua periode bergantung pada nilai saat ini dari pendapatan seumur hidup. Untuk konsumen yang lain, batasan peminjaman berlaku. Jadi untuk konsumen yang akan meminjam tapi tidak mampu, konsumsi bergantung hanya pada pendapatan saat ini.
4.  Franco Modigliani dan Hipotesis Daur Hidup
Franco Modigliani, Ando, dan Brumberg menggunakan model perilaku konsumen Fisher untuk mempelajari fungsi konsumsi pada 1950-an. Salah satu tujuan adalah mempelajari teka-teki konsumsi. Menurut model Fisher, konsumsi bergantung pada pendapatan bervariasi secara sistematis sepanjang hidup orang dan tabungan memungkinkan konsumen memindahkan pendapatan dari waktu hidup ketika pendapatan tinggi ke waktu ketika pendapatan tendah. Interpretasi perilaku konsumen ini membentuk dasar dari hipotesis daur hidup (life-cycle hypothestis).










    Berikut adalah fungsi konsumsi daur hidup, yaitu:
Dimana a = MPC untuk kekayaan, b = MPC untuk pendapatan.
5.  Milton Friedman dan Hipotesis Pendapatan Permanen
Milton Friedman menyatakan hipotesis pendapatan permanen untuk menjelaskan perilaku konsumen pada tahun 1957. Esensinya adalah konsumsi saat ini proporsional terhadap pendapatan permanen. Hipotesis pendapatan permaen Friedman melengkapi hipotesis daur hidup Modigliani. Keduanya menggunakan teori konsumen Fisher untuk menyatakan bahwa konsumsi sebaiknya tidak bergantung pada pendapatan saat ini saja. Hipotesis pendapatan permanen menekankan bahwa orang mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke tahun. Friedman menyarankan kita memandang pendapatan saat ini Y sebagai jumlah dari dua komponen. Pendapatan permanen dan pendapatan transitoris.
6.  Robert Hall dan Hipotesis Random Walk
Pertama kali menderivasi implikasi ekspektasi rasional pada konsumsi. Ia menunjukkan bahwa jika hipotesis pendapatan permanen benar, dan jika konsumen punya ekspektasi rasional, maka perubahan konsumsi sepanjang waktu menjadi tak dapat diprediksi. Ketika perubahan variabel tak dapat diprediksi variabel dikatakan mengikuti jalan acak.
7.  David Laibson dan Dorongan Gratifikasi Instan
Ekonom telah beralih ke psikologi untuk menjelaskan lebih lanjut dari perilaku konsumen. Mereka menyatakan bahwa keputusan konsumsi tak sepenuhnya rasional.  Bagian baru yang memasukkan psikologi ke dalam ekonomi disebut ekonomi perilaku. Profesor Harvard, David Laibson mencatat banyak konsumen menganggap diri mereka pembuat keputusan tak sempurna. Profesi konsumen tak konsisten dengan waktu, mereka mengubah keputusan mereka hanya karena waktu berlalu.

B. TEORI INVESTASI
Pengeluaran investasi untuk menyediakan standar pendapatan lebih tinggi di masa depan. Tiga jenis pengeluaran investasi:
1.  Investasi tetap bisnis (business fixed investment)
Meliputi perlengkapan dan struktur yang bisnis beli untuk digunakan dalam produksi. Model standar investasi tetap bisnis disebut model investasi neoklasik (neoclassical model of investment). Ini memeriksa manfaat dan biaya memiliki barang-barang modal. Berikut adalah tiga variabel yang menggeser investasi:
a.   Produk modal marjianal
b.  Tingkat bunga
c.   Aturan pajak
Untuk mengembangkan model, bayangkan ada dua jenis perusahaan: perusahaan produksi yang memproduksi barang dan jasa menggunakan modal yang mereka sewa dan perusahaan penyewa yang membuat seluruh investasi dalam perekonomian.
Harga sewa dari modal. Untuk melihat variabel apa yang mempengaruhi harga sewa ekuilibrium, lihat fungsi Cobb-Douglas sebagai pendekatan baik dari bagaimana perekonomian aktual mengubah modal dan tenaga kerja menjadi barang dan jasa. Fungsi tersebut Y = AKœ L1-a, dimana Y output, K output, L tenaga kerja, dan a parameter mengukur tingkat teknologi, dan A parameter antara 0 dan 1 yang mengukur bagian modal dan output. Harga sewa riil modal menyesuaikan untuk menyeimbangkan permintaan akan modal dan penawaran tetap.
Produk modal marjinal untuk fungsi produksi Cobb-Douglas adalah MPK = Aa(L/K)1-a. Karena harga sewa riil sama dengan produk modal marjinal ekuilibrium, maka R/P = Aa (L/K)1-a. Ini mengidentifikasi variabel yang menentukan harga sewa riil dan menunjukkan hal-hal berikut:
a.   Semakin rendah persediaan modal, semakin tinggi harga sewa riil dari modal.
b.  Semakin besar jumlah tenaga kerja yang digunakan, semakin tinggi harga sewa riil dari modal.
c.   Semakin baik teknologi, semakin tinggi harga sewa riil dari modal.
Peristiwa yang mengurangi persediaan modal, atau meningkatkan kesempatan kerja, atau memperbaiki teknologi, menaikkan harga sewa riil ekulibrium modal.
Biaya Modal. Untuk tiap periode waktu di mana perusahaan menyewakan satu unit modal, perusahaan sewa menanggung tiap biaya:
a.   Bunga pinjaman mereka, yang sama dengan harga pembelian satu unit modak PK dikali tingkat bunga i sehingga iPK.
b.  Biaya kerugian atau keuntungan harga modal, dinotasikan .
c.   Penyusutan (depresiasi)  didefinisikan sebagai pecahan nilai yang hilang per periode karena dipakai dan rusak, jadi K. Jadi jumlah biaya modal adalah:
 -  + PK  /  +
Biaya modal relatif terhadap barang lain dalam perekonomian. Biaya riil dari modal (real cost of capital), biaya membeli dan menyewakan unit modal yang diukur dalam output perekonomian = (PK / P)(r + ), dimana r adalah tingkat bunga riil dan PK / P sama dengan harga modal relatif. Untuk menderivasi persamaan ini, kita asumsikan tingkat kenaikkan harga barang secara umum sama dengan tingkat inflasi.
Determinan Investasi. Untuk tiap unit modal, perusahaan mendapat penerimaan rill R/P dan menanggung biaya riil (PK / P)(r + ) ).
Tingkat laba = penerimaan – biaya
 = R/P – (PK / P)(r + )
Karena harga sewa riil ama dengan produk modal marjinal, kita dapat menulis tingkat laba sebagai: Tingkat Laba = MPK – (PK / P)(r + )
Perubahan persediaan modal, disebut investasi neto (netto investment) bergantung pada perbedaan antara MPK dan biaya modal. Jika MPK melebihi biaya modal, perusahaan akan menambah persediaan modal. Jika MPK kurang dari biaya modal, maka persediaan mengecil.  = Ia [MPK – (PK / P)(r + )]
Fungsi investasi. Jumlah pengeluaran pada investasi tetap bisnis adalah jumlah investasi neto dan pergantian modal yang menyusut. Fungsi investasi adalah:
 [MPK – (PK /P)(r +  )] + K
Model ini menunjukkan mengapa investasi bergantung pada tingkat bunga riil. Penurunan tingka bunga riil menurunkan biaya modal. Invetasi tetap bisnis meningkat ketika tingkat bunga menurun sehingga kemiringan ke bawah dari fungsi investasi. Juga pergeseran ke luar pada fungsi investasi mungkin akibat dari kenaikan produk modal marjinal.
Jika produk marjinal mulai di atas biaya modal, persediaan modal akan naik dan produk marjinal akan turun. Jika produk marjinal mulai di bawah biaya modal, persediaan modal akan turun dan produk marjinal akan naik. Ketika persediaan modal menyesuaikan, MPK mendekati biaya modal. Ketika persediaan modal mencapai tingkat kondisi mapan, maka:  (PK / P)(r + ).
Dalam jangka panjang MPK = biaya modal riil. Kecepatan penyesuaian menuju kondisi mapan bergantung berapa cepat perusahaan menyesuaikan persediaan modal mereka, yang lalu bergantung pada seberapa besar biaya untuk membangun, mengirimkan dan memasang modal baru.
Kredit pajak investasi. Adalah provisi pajak yang mengurangi pajak perusahaan sebesar jumlah tertentu untuk tiap dolar yng dibelanjakan untuk barang modal. Pembuatan kebijakan sering mengubah aturan tentang pajak pendapatan perusahaan untuk mendorong investasi, atau paling tidak memitigasi (mengurangi) disinsentif yang ditimbulkan pajak. Perusahaan menutupi sebagian investasi barang modalnya dalam bentuk pajak lebih rendah, kredit ini mengurangi harga pembelian efektif dari unit modal P.
Pasar saham dan q Tobin. James Tobin menyatakan perusahaan mendasarkan keputusan investasi mereka pada rasio berikut, yang disebut q Tobin:
q =
Pembilang q Tobin adalah nilai modal perekonomian yang ditentukan oleh pasar saham. Penyebutnya adalah harga modal jika dibeli hari ini. Investasi neto sebaiknya bergantung pada apakah q > / < 1. Jika q > 1 maka meningkatkan nilai persediaan dan meningkat modal. Jika q < 1, pasar saham menghargai modal kurang dari biaya penggantiannya dan lalu, perusahaan tak akan mengganti persediaan modalnya bila telah dipakai q. Mengukut profibilitas masa depan yang diharapkan sebagaimana profibilitas masa ini.
Hipotesis Pasar-Efisien : harga pasar saham perusahaan adalah penilaian yang sepenuhnya rasional akan nilai perusahaan, berdasarkan informasi saat ini tentang prospek bisnis perusahaan.
Beauty Contest Keynes adalah metafora untuk spekulasi saham. Pasar saham berfluktuasi tanpa alasan jelas. Pasar saham mempengaruhi permintaan agregat sehingga sumber dari fluktuasi perekonomian jangka pendek.
2.  Investasi residensial (residensial investment)
Meliputi rumah baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang tuan tanah beli untuk disewakan. Ada dua bagian dari model:
a.   Pasar untuk persediaan rumah yang ada menentukan harga rumah ekuilibrium.
b.  Harga rumah menentukan aliran investasi residensial.
Ekuilibrium saham dan Penawaran Aliran Investasi. Harga relatif rumah disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan atas stok rumah yang ada. Harga relatif lalu menentukan investasi residensial, aliran perumahan baru yang perusahaan kontruksi bangun.
Perubahan Permintaan Rumah. Ketika permintaan rumah bergeser, harga ekuilibrium berubah, dan perubahan ini mempengaruhi investasi residensial. Kenaikan permintaan rumah karena turunnya tingkat bunga, meningkatnya harga rumah, dan investasi residensial.
3.  Investasi persediaan (iventory investment)
Meliputi barang-barang yang disimpan di gudang, termasuk bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi. Salah satu komponen terkecil dari pengeluaran tapi volatilitasnya membuat penting dalam studi fluktuasi ekonomi. Alasan menyimpan persediaan:
a.   Ketika sales tinggi, perusahaan memproduki kurang sehingga ia menjual dan mengambil barang dari perediaan, (pemerataan produksi).
b.  Menyimpan persediaan memungkinkan perusahaan beroperasi lebih efisien (persediaan sebagai faktor produksi).
c.   Perusahaan tak ingin kekurangan barang ketika penjualan tiba-tiba melonjak (pencegahan kehabisan barang).
d.  Jika barang baru selesai sebagian, komponen masih dihitung dalam persediaan (barang dalam proses).
Model percepatan berasumsi perusahaan menyimpan persediaan yang proporsional dengan tingkat output perusahaan. Maka, N = .
Dimana N = persediaan, Y = output, dan  = parameter yang menunjukkan ingin simpan sebagai proporsi dan output. Model percepat memprediksi bahwa investasi persediaan adalah proporsional terhadap perubahan output. Ketika output naik, perusahaan menyimpan lebih banyak persediaan sehingga investasi persediaan tinggi.

Investasi persediaan bergantung pada bunga riil. Ketika menyimpan barang dalam persediaan dan menjualnya besok, perusahaan kehilangan bunga yang dapat diperoleh antara hari ini dan besok. Jadi tingkat bunga riil mengukur biaya oportunitas menyimpan persediaan. Ketika tingkat bunga naik menyimpan persediaan menjadi lebih mahal. Sehingga perusahaan yang rasional mencoba mengurangi persediaan mereka. Oleh karena itu, kenaikan tingkat bunga riil menekan investasi persediaan.

Tidak ada komentar: