Ada pepatah yang bilang “jodoh adalah
cerminan diri”. Ya, gue setuju akan itu. Meskipun gue nggak tahu siapa yang
bikin pepatah itu tapi gue percaya Tuhan itu adil maka tak jarang orang baik
berjodoh dengan orang baik dan begitu juga orang jahat berjodoh dengan orang
jahat. Meskipun di Film Kisah Nyata Indosiar banyak yang bertentangan, bahkan
seringnya gitu. Istrinya cantik dan sholeha, eh suaminya begajulan kaya jelmaan
setan. Tapi apapun itu, toh itu hanya film.
Terlepas dari itu, gue sebagai manusia
wajar dan selayaknya manusia, gue pasti menginginkan jodoh yang baik, baik
menurut Allah dan baik menurut gue. Dan gue pun nggak mau egois, kalau pada
akhirnya Allah menakdirkan gue berjodoh dengan orang yang baik versi Allah
(Inshaallah baik menurut gue juga). Tapi sebagai manusia gue bercita-cita
memiliki jodoh/suami yang perfect
versi diri gue. Ingat versi diri gue, bukan versi kalian ya. Tapi gue punya
apa? Apakah gue sudah memiliki modal untuk mendapatkan laki-laki seperti itu?
Yaa Allah, minder sumpah gue. Bukankan jodoh cerminan dari diri? tapi gue masih
jauh memiliki karakter jodoh idaman (yang versi perempuan karena gue
perempuan).
Jujur, sampai sejauh ini gue belum
menemukan laki-laki dengan kriteria semacam ini. Ya iyalah, orang di umur gue
yang masih/udah 22 tahun ini, gue sama sekali belum pernah merasa galau dengan
apa itu urusan jodoh. Bahkan gue masih risih kalau harus bahas itu. Yang
terpenting bagi gue ialah hanya fokus terhadap pembenahan diri. Maka dari itu, gue
di sini akan memaparkan beberapa kriteria jodoh idaman gue. Jangan ketawa ya, gue
nulis ini ya selain memaparkan planning
bagian hidup gue, di sini gue juga ingin memaparkan beberapa kelemahan yang gue
miliki agar nantinya bisa menjadi perbaikan dalam rangka mendapatkan jodoh
idaman. Dan beberapa kriteria jodoh idaman gue adalah:
·
Sholeh
Ialah
sifat hakiki yang harus dimiliki my
future husband. Ya iyalah laki-laki seperti ini yang harus menjadi imam
gue. Selain bisa menuntun gue sukses di dunia, dia juga akan menuntun gue
sukses di akhirat. Sholeh yang dimaksud bukan yang sholeh yang gimana-gimana.
Yang terpenting dia mampu menjalankan apa yang diperintahkan dan apa yang
dilarang dan menjaga gue untuk berbuat dosa, syukur-syukur menyuruh gue berbuat
benar. That’s right. Gue nggak mau dapat suami yang nggak
pernah sholat bahkan nggak bisa sholat. Karena jujur, gue tinggal di desa,
banyak laki-laki di desa gue yang nggak sholat. Bahkan ketika bulan Suci Ramadhan
banyak dari mereka yang pada nggak puasa. Ada yang sudah beristri maupun yang
belum. Illfeel gue rasanya. Jujur,
gue juga belum sholehah, masih jauh binggo malah. Tapi yang namanya manusia
pasti ada keinginan lah. Selama ini gue sholat lima waktu juga masih
bolong-bolong dan nggak tepat waktu. Iman itu naik turun kaya genjotan sepeda.
Kalau lagi rajin, gue sholat tepat waktu lima kali sehari, bahkan sholat sunnah
dhuha dan tahajud gue jalani. Puasa sunnah juga gue jalani. Tapi kalau lagi
enggak, astaghfirullah banget deh gue. Sholatnya bolong-bolong atau
“sedangglong” kalau nyokap gue menyebutnya. Okay mulai dari sekarang gue ingin
menjaga agama gue lebih baik. Kalau bisa sholat lima waktu tepat pada waktunya
dan nggak boleh “sedangglong” lagi. Syukur-syukur sunnahnya juga gue jalani.
Tapi yang harus ditekankan ialah gue ingin semakin menjaga agama gue bukan
karena semata-mata untuk mendapatkan jodoh yang sholeh tapi ini emang demi
kehidupan gue yang lebih baik. Toh, gue
nggak tahu jodoh atau kematian yang akan menjemput gue duluan. Ingat agama akan
menuntun gue mendapatkan dunia dan akhirat yang lebih baik.
Tips: Perbaiki sholatm, syukur-syukur jalankan sunahnya.
·
Pintar dan Optimis
Suami
pintar, huh idaman. Gue menginginkan laki-laki yang merasa fakir ilmu dan tidak
menutup diri untuk mendapatkan ilmu. Selain itu dia juga nggak larang gue buat
belajar lanjut. Belajar di sini tidak mesti harus lanjut kuliah atau gimana
kok. Ilmu kan bisa didapat dari manapun. Tapi yang terpenting harus mendukung
gue untuk belajar lagi, lagi belajar, dan belajar lagi. Kalau perlu yang bisa
diajak tukar pikiran biar ada bahan ngobrol dengan beberapa percakapan yang
berbobot. Ceilah berbobot, candaan doang kali. Gue ngrasa kalau gue nggak pintar, tapi setidaknya gue orangnya
suka belajar, bahkan ilmu apapun yang tidak sesuai dengan bidang gue, gue
pelajari. Dan satu sifat yang gue yakin sangat menunjang gue mendapatkan masa
depan ialah optmisme, termasuk optimis semua ilmu pasti dapat dipelajari. Tapi
tidak begitu saja, masih ada beberapa cara belajar gue yang salah, khusunya di
universitas kehidupan. Gue sebesar ini belum maksimal untuk belajar sabar,
ikhlas, keluar dari comfort zone,
mandiri, dan beberapa soft skill yang
belum gue miliki, seperti pemalu, tersinggungan, dan susah beradaptasi. Gue
juga orangnya susah banget dalam menerima kritik. Itu ialah sifat yang
menjauhkan dari ilmu. Okay untuk kedepanya gue akan lebih belajar untuk lebih
terbuka dalam menerima kritik, lebih bersabar, ikhlas, mandiri, percaya diri,
dll yang pokonya tentang soft skill gue.
Oiya btw gue juga nggak bisa masak nih. Habis ini gue mau belajar masak juga
ah.
Tips: Terus belajar segala ilmu dan
jangan lupa fokus dengan perbaikan soft skill.
·
Bertanggung-Jawab
Nggak
perlu panjang-lebar definisi laki-laki bertanggung jawab itu yang seperti apa.
Gue hanya membahas berkaitan dengan kelemahan gue aja, apalagi kalau bukan
plin-plan. Sifat plin-plan emang salah satu karakter orang nggak bertanggung
jawab. Emang gue akui, gue orangnya plin-plan luar biasa. Gue harus perbaiki
sifat buruk gue itu. Ingat, jodoh cerminan diri, masa iya gue mau punya suami
plin-plan. Entah, mau dibilang plin-plan atau gampang menyerah sih. Masa iya,
belum ada setahun gue lulus kuliah, udah tiga kali gue ganti tempat kerja. Ada
yang faktor nggak betah, nggak cocok sama bidang gue, sama gaji kecil. Gue
harus lebih bertanggung jawab lagi dengan diri gue, meliputi tanggung jawab
terhadap pikiran, pebuatan, dan ucapan. Mungkin hal ini disebabkan karena gue
orangnya nggak betahan dan bosenan atau mungkin selama ini gue kurang
melibatkan Allah dalam menjalankan sesuatunya. Se-enggak-enaknya pekerjaan
kalau lagi beradaptasi akan lebih menyenangkan ketika terus menjalani dengan
melibatkan Allah dalam segalanya. Karena Allah akan membuat kita lebih kuat.
Jujur
sih, gue sering-keluar masuk perusahaan dikarenakan gue selalu menggantungkan
sama usaha gue yang pernah gue rintis sewaktu kuliah. Usaha gue udah lumayan
menghasilkan dan memiliki beberapa karyawan freelance.
Tapi bukan masalah itu, lebih ke masalah tanggung jawab sama yang gue omongkan
di waktu wawancara. Bahkan dari tiga pekerjaan itu hanya ada satu lowongan yang
dibutuhkan dan mereka memilih gue. Tapi guenya malah kabur gitu aja, nggak
bertanggung jawab sama sekali. Lalu tanggung jawab gue sama orang tua gue
gimana? Sebenarnya orang tua gue lebih seneng anaknya kerja di kantoran dari
pada harus berwirausaha. Katanya mumpung masih muda, bisa dapat pengalaman yang
pada nantinya akan berguna ketika gue bikin usaha yang lebih kompleks lagi.
Bener juga sih, lagian kalau gue amati usaha gue yang gue rintis di waktu
kuliah juga cuman semakin bertambah benefitnya saja, tapi manfaatnya untuk
orang lain belum terlalu.
Kembali
ke jodoh, mungkin akan sangat menyenangkan kalau punya suami yang selain punya
usaha sendiri tapi juga punya gaji tetap dari perusahaan atau dengan kata lain
gaji double. Mungkin itu yang harus
gue miliki sebagai imbas jodoh cerminan diri. Ok, gue habis ini mau cari kerja
lagi sekaligus masih menjalankan bisnis gue. Syukur-syukur dapat kerja yang
semakin baik dan usaha gue semakin besar dan bermanfaat.
Tips: Tanggung jawab terhadap
perkataan, pikiran, perbuatan, hati-hati membuat keputusan, dan selalu libatkan
Allah.
·
Good
Looking
Good looking artinya enak dipandang. Tampan atau
keren tidak harus menentu tentang hidung mancung, kulit putih, bibir merah,
atau pun tentang fisik dari Tuhan. Tapi yang dimaksud di sini ialah bersih dan
rapi. Ya pokonya tidak “nyepeti” atau bau. Lhah guenya gimana? Jujur kalau dari
fisik gue nggak cantik banget dan nggak juga jelek banget. Pokonya kalau di
kerumunan orang gue nggak paling cantik sekaligus nggak paling jelek. Tapi ada
sifat buruk gue yang nggak gue sukai. Gue cuek banget orangnya, nggak suka dandan,
dan males mandi. Bahkan untuk mandi aja gue mesti disuruh. Kalau lagi males
mandi sekali sehari, kalau lagi rajin mandi dua kali sehari. Berarti normalnya
kalian, rajinnya gue. Duh gue egois banget ya? Mana mau gue punya suami males
mandi tapi guenya gimana? Soal pakaian gue juga pantes disebut “sak-sake”.
Padahal gue kalau lihat penampilan cowok sok begitu detail tentang model pakain
yang mereka pakai atau bahkan soal warna. Iya emang bener, “busana ajining
salira”. Bagaimana pun penampilan tetap
menggambarkan kesan pertama. Selama ini gue juga nggak suka dandan. Dandanan
gue sewajarnya manusia nggak suka dandan bukan mereka yang modis atau fashionabe. Bahkan pakai handbody aja
gue nggak pernah. Kalau urusan dandan kayanya nggak perlu dirubah deh. Yang
penting gue harus lebih detail dan rajin dalam merawat diri.
Tips: Lebih rajin dan detail merawat
diri.
·
Sayang
Sama Keluarga
·
Good Manajerial
·
Mapan
(Sunnah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar