Minggu, 01 Maret 2015

Cerpen Remaja Percintaan : Ada Sesuatu dalam Diammu

ADA SESUATU DALAM DIAMMU
        Ridho masih tak habis pikir mengapa kekasihnya menjadi pendiam dan begitu angkuh terhadapnya. Selama ini Fani periang dan jarang ia bersikap seperti ini. Sudah lama handphonenya susah dihubungi. Ia mendadak seperti ini sejak dua minggu yang lalu. Murung dan selalu tersenyum saat ditanya. Awalnya ia tak separah ini dan masih mau menemuinya meskipun hanya berdiam diri dan tak mau berbagi cerita apa pun. Ia masih mengelak dan masih menyakinkan Ridho bahwa tidak ada peristiwa yang menyulitkan hidupnya. Namun Ridho masih tak percaya hingga membuatnya terus bertanya.


            Sifat penasarannya membuatnya terus mengeluarkan pertanyan-pertanyaan kepada Fani. Fani hanya terdiam dan menangis kadang kalanya. Seperti ada yang disembunyikan namun tak ingin Ridho tahu dan kuatir akan kekasihnya. Tapi Fani bosan dan sangat jenuh mendengar pertanyaan Ridho yang bertubi-tubi. Sama sekali ia tak ingin menjawabnya dan membiarkan cukup dia dan Tuhan saja yang tahu. Telinganya sudah bosan mendengar kalimat-kalimat yang terus Ridho berikan. Ia seperti dicurigai dan seperti menjadi tersangka. Akhirnya ia memilih berdiam di rumah dan enggan menemui Ridho. Ia tak ingin berbicara dengan Ridho dan inginkan termenung sendiri dalam waktu yang lama. Biarkan Ridho sadar akan sikapnya yang terus meminta penjelasan ke Fani. Atau bisa saja Fani sendiri yang akan menjadi bosan karena sikap diamnya.
            Ridho memang pernah meninggalkan Fani dalam waktu yang lama karena ada yang tak senang akan hubungannya. Ridho pergi meninggalkannya karena tak ingin Fani menjadi anak durhaka dan mendapatkan dosa karena perbuatannya. Tapi ternyata keputusannya bukanlah sesuatu yang benar. Begitu besar rasa cinta Fani terhadapnya hingga jiwanya terganggu dan sering ia termenung karena kepergiannya. Fani jatuh sakit dan mengharuskannya dirawat di sebuah rumah sakit yang semua pasiennya adalah mereka yang terganggu kejiwaannya. Ia tersenyum dan menangis tanpa sebab lalu terus saja memanggil nama kekasihnya yang pergi meninggalkannya. Orang tuanya terjebak dalam suatu penyesalan dan menghukum dirinya adalah suatu keharusan. Mereka tak sampai hati memandang anaknya yang sekarang menjadi seperti ini. Menjadi orang tak waras dengan teman-temannya yang gila.
            Ridho menyesal, dan menangis begitu dalamnya setelah apa yang ia perbuat untuk kekasihnya. Pergi tanpa pamit hingga membuat Fani linglung seperti itu. Meskipun dalam hatinya sudah tak lagi menyimpan rasa cinta terhadap Fani namun nuraninya masih berjalan untuk membantunya berjuang menyembuhkan penyakit jiwanya. Ia mau kembali dan mau menjadi kekasihnya lagi. Penyakit jiwanya karena ulahnya dan lagi pula membantu seseorang yang sudah tak lagi ia suka bukanlah suatu kesalahan.
            Fani kembali pulih seperti semula. Ia sudah seperti orang-orang dalam kehidupan normal dan hidup layaknya orang yang tak menyandang penyakit gila. Mungkin memang begitu besar cintanya terhadap Ridho hingga begitu terpukulnya saat ditinggal pergi olehnya. Rasa senang dan bersyukur sudah ia rasakan. Terimakasih terus saja ia panjatkan. Ikhlas Ridho dalam melakukan. Tak ada beban atau maksud lain kecuali rasa bahagia setelah ia berhasil membantu orang lain. Mungkin akan butuh waktu yang lama dan proses yang sulit untuknya, namun akan terus ia lakukan dalam belajar untuk kembali mencintai Fani, mantan kekasihnya dulu.
            Usahanya tak berjalan-jalan sia-sia. Jerih payahnya dalam berjuang untuk kembali memberikan kasih sayang terhadap Fani telah berhasil dan kini ia sudah kembali mencintai Fani seperti yang dulu. Tapi di situlah cobaan datang untuk menguji perasaannya. Di saat perasaan yang dulu sudah ia temukan, orang tua Fani masih saja melarangnya. Tak tahu, mengapa begitu dalamnya rasa kebencian orang tuanya terhadap Ridho. Entah apa, mungkin Ridho yang dulu masih melarat masih saja mereka ungkit. Atau juga kebenciannya semakin menjadi begitu Ridho pergi meninggalkan putrinya hingga membuat putrinya gila dan tak tahu siapa jati dirinya sendiri.
            Tapi di situlah karakter Ridho yang kental dengan karakternya yang tak mudah menyerah dan selalu sigap menghalang rintangan yang menghambat. Ia berjuang menepis aturan yang dibuat orang tuanya. Bahkan ubahnya dia menjadi orang sukses lalu ia pamerkan untuk mereka yang menjadi orang tua Fani masih saja tak berhasil. Selama ini dugaan Ridho tentang orang tua Fani yang menyandang karakter matrealistis tidak lah benar. Lalu apakah benar mereka begitu membenci Ridho karena dianggap menjadi penyebab gilanya putrinya.
            Dugaan yang terus saja menjadi pikiran di otaknya dan membuat kepalanya pusing serasa mau pecah. Apalagi diamnya Fani dan keinginannya untuk bersembunyi dari Ridho membuat Ridho harus berpikir lebih dalam dan membuatnya terus bertanya. Ia menduga karena kesalahan masa lalu atau bisa juga karena ada kesalahan lain dalam dirinya. Ia terusik dan sama sekali tak membuatnya bisa tidur. Rasa penasarannya sangat kental dan ingin ia bertanya langsung. Namun bagaimana bisa, menelepon saja tak pernah Fani angkat apalagi mengajaknya bertemu, itu sangat mustahil. Ia sangat gundah, gelisah, dan merana karena ulah Fani lalu ia pustuskan saja untuk berani menghamipiri kediamannya.
            Pagi-pagi betul ia berdandan dan berniat menuju ke rumah orang tua Fani. Rasa rindunya juga sudah begitu parahnya dan tentu ini yang membuat tak ada lagi rasa keraguan untuk datang ke rumahnya. Semua unsur yang menghiasi tubuhnya sudah ia peeriksa betul sehingga tak membuat orang tuanya mengusirnya. Lagi pula kini ia sudah bermobil dan mungkin orang tuanya masih berkenan mempersilakan masuk. Kemeja merah dengan celana dan sepatu yang baru serta rambut tersisir rapi, dan begitulah penampilannya saat itu.
            Ia mengendarai mobilnya dengan sumringahnya dan begitu semangat nampaknya pria yang satu ini. Sudah tak sabar ia bertanya dan mendapat jawaban mengapa kekasihnya selama ini menjadi diam. Hatinya merasa ada yang janggal karena sepertinya pakaian yang ia kenakan tak sesuai.
“Mengapa aku tak percaya diri. Ataukah ini karena pakaian yang aku kenakan. Atau seharusnya aku memakai baju yang baru kemaren aku beli? Tapi tidak warnanya sangat gelap dan itu sangat tidak Fani sukai.” Curahan Ridho dalam hatinya yang terus saja ia lanjutkan laju mobilnya.
            Pemandangan yang hening dan begitu sunyinya. Sepertinya ada kabar duka dan semua orang di situ menangis tak henti-hentinya begitu derasnya. Seperti ada yang meninggal di keluarga Fani atau ini yang membuat Fani menjadi sering termenung. Karena ayahnya yang terlihat lebih tua dari ibunya jatuh sakit karena terus saja memikirkan anaknya yang dikira menyukai orang yang salah. Tapi meskipun Ridho merasa bersalah karena menduga menjadi penyebab kematian ayah Fani namun setidaknya ia masih bisa tenang menghela nafas karena berkurang satu penghalang rasa cintanya terhadap Fani. Ridho menjadi ragu terlebih pakaiannya yang sama sekali tak pantas di acara lelayu seperti ini. Niatnya melangkahkan kaki untuk mendekat rumah Fani semakin berat dan timbul untuk membatalkan saja keinginannya berjumpa ke Fani.
“Hei mau kemana Nak?” tanya seorang bapak-bapak yang ternyata itu adalah ayahnya Fani.
“Aku semakin bingung bukannya seharusnya ayah Fani yang meninggal mengapa dia berpakaian seperti ini? Tidak salah lagi berarti ibu Fani yang tutup usia.” Batin Ridho yang ia simpan dalam hati. “Maaf Pak, bukannya saya tak ingin bersilaturrohmi tetapi ada yang salah dengan pakaian ini.” Seru Ridho terhadap laki-laki itu.
“Sudah jangan kau pikirkan. Mari kita masuk!” perintah ayah Fani yang matanya begitu merahya denga sayu di wajahnya seperti orang tengah kehilangan.
Agak aneh memang dengan bapak-bapak ini. Ia tak henti-hentinya mengucurkan air mata dan seperti ada rasa yang begitu salah dalam hatinya. Bertubi-tubi ia ucapkan kata maaf terhadap Ridho hingga terus membuat Ridho bingung.
Sedih dan membuat batinnya teriris. Kisah cintanya harus berakhir setragis ini. Orang yang ia cintai selama ini harus pergi dan tak pernah kembali lalu berat baginya untuk memiliki. Selama ini ia diam karena terus saja berpikir akan nasib cintanya terhadap Ridho. Ia terjebak dalam suatu masalah yang hingga membuatnya tak ingin makan bahkan menutup mata untuk tidur saja berat ia lakukan.
Rasa benci orang tuanya terhadap Ridho membuat mereka benar-benar tak ingin Ridho menjadi menantunya. Mereka sampai hati menjodohkan putrinya dengan orang lain yang sama sekali tak disukai anaknya. Fani terus berpikir namun tak ingin berbagi kisah dengan kekasihnya. Bagi Fani memberikan curahan hati kepada Ridho hanya akan memperkeruh masalahnya. Ia takut Ridho justru menyerah dan memilih pergi seperti dulu yang ia lakukan.
Begitu menderita memang jika beban masalah harus menghampiri seseorang yang baru saja sembuh dari penyakit jiwanya. Ia sudah terhimpit dalam masalah dunia dan membuatnya tak bisa melangkah kemana-mana. Ia terus terdiam dan tak ingin berucap sepatah kata pun untuk Ridho dan kedua orang tuanya. Bisikan setan pun terus hadir sehingga mengharuskannya meniupkan nafas terakhir setragis ini. Dia mengakhiri hidupnya dengan meminum racun serangga dan obat nyamuk yang sengaja ia buat sendiri lalu ia minum tanpa dipaksa seorang pun.
Biarkan ini menjadi kisah Ridho akan cintanya. Kini cintanya tak ada untuk siapa-siapa kecuali untuk Tuhan dan anak-anak kecil di panti asuhan yang ia miliki. Semua hartanya ia wakafkan dan semakin mantap untuk dirinya membangun sebuah panti asuhan seperti asanya bersama Fani semasa hidupnya.
TAMAT


Tag = #CerpenCinta #CintaRemaja #CerpenSedih #CerpenCintaSejati #CerpenKesetiaan #CerpenBahasaindonesia

Tidak ada komentar: