ADA
SESUATU DALAM DIAMMU
Ridho masih tak habis pikir
mengapa kekasihnya menjadi pendiam dan begitu angkuh terhadapnya. Selama ini
Fani periang dan jarang ia bersikap seperti ini. Sudah lama handphonenya susah
dihubungi. Ia mendadak seperti ini sejak dua minggu yang lalu. Murung dan
selalu tersenyum saat ditanya. Awalnya ia tak separah ini dan masih mau menemuinya
meskipun hanya berdiam diri dan tak mau berbagi cerita apa pun. Ia masih
mengelak dan masih menyakinkan Ridho bahwa tidak ada peristiwa yang menyulitkan
hidupnya. Namun Ridho masih tak percaya hingga membuatnya terus bertanya.
Sifat penasarannya membuatnya terus
mengeluarkan pertanyan-pertanyaan kepada Fani. Fani hanya terdiam dan menangis
kadang kalanya. Seperti ada yang disembunyikan namun tak ingin Ridho tahu dan
kuatir akan kekasihnya. Tapi Fani bosan dan sangat jenuh mendengar pertanyaan
Ridho yang bertubi-tubi. Sama sekali ia tak ingin menjawabnya dan membiarkan
cukup dia dan Tuhan saja yang tahu. Telinganya sudah bosan mendengar
kalimat-kalimat yang terus Ridho berikan. Ia seperti dicurigai dan seperti
menjadi tersangka. Akhirnya ia memilih berdiam di rumah dan enggan menemui
Ridho. Ia tak ingin berbicara dengan Ridho dan inginkan termenung sendiri dalam
waktu yang lama. Biarkan Ridho sadar akan sikapnya yang terus meminta
penjelasan ke Fani. Atau bisa saja Fani sendiri yang akan menjadi bosan karena
sikap diamnya.
Ridho memang pernah meninggalkan
Fani dalam waktu yang lama karena ada yang tak senang akan hubungannya. Ridho
pergi meninggalkannya karena tak ingin Fani menjadi anak durhaka dan
mendapatkan dosa karena perbuatannya. Tapi ternyata keputusannya bukanlah
sesuatu yang benar. Begitu besar rasa cinta Fani terhadapnya hingga jiwanya
terganggu dan sering ia termenung karena kepergiannya. Fani jatuh sakit dan
mengharuskannya dirawat di sebuah rumah sakit yang semua pasiennya adalah
mereka yang terganggu kejiwaannya. Ia tersenyum dan menangis tanpa sebab lalu
terus saja memanggil nama kekasihnya yang pergi meninggalkannya. Orang tuanya
terjebak dalam suatu penyesalan dan menghukum dirinya adalah suatu keharusan.
Mereka tak sampai hati memandang anaknya yang sekarang menjadi seperti ini.
Menjadi orang tak waras dengan teman-temannya yang gila.
Ridho menyesal, dan menangis begitu
dalamnya setelah apa yang ia perbuat untuk kekasihnya. Pergi tanpa pamit hingga
membuat Fani linglung seperti itu. Meskipun dalam hatinya sudah tak lagi
menyimpan rasa cinta terhadap Fani namun nuraninya masih berjalan untuk
membantunya berjuang menyembuhkan penyakit jiwanya. Ia mau kembali dan mau
menjadi kekasihnya lagi. Penyakit jiwanya karena ulahnya dan lagi pula membantu
seseorang yang sudah tak lagi ia suka bukanlah suatu kesalahan.
Fani kembali pulih seperti semula.
Ia sudah seperti orang-orang dalam kehidupan normal dan hidup layaknya orang
yang tak menyandang penyakit gila. Mungkin memang begitu besar cintanya
terhadap Ridho hingga begitu terpukulnya saat ditinggal pergi olehnya. Rasa
senang dan bersyukur sudah ia rasakan. Terimakasih terus saja ia panjatkan. Ikhlas
Ridho dalam melakukan. Tak ada beban atau maksud lain kecuali rasa bahagia
setelah ia berhasil membantu orang lain. Mungkin akan butuh waktu yang lama dan
proses yang sulit untuknya, namun akan terus ia lakukan dalam belajar untuk
kembali mencintai Fani, mantan kekasihnya dulu.
Usahanya tak berjalan-jalan sia-sia.
Jerih payahnya dalam berjuang untuk kembali memberikan kasih sayang terhadap
Fani telah berhasil dan kini ia sudah kembali mencintai Fani seperti yang dulu.
Tapi di situlah cobaan datang untuk menguji perasaannya. Di saat perasaan yang
dulu sudah ia temukan, orang tua Fani masih saja melarangnya. Tak tahu, mengapa
begitu dalamnya rasa kebencian orang tuanya terhadap Ridho. Entah apa, mungkin
Ridho yang dulu masih melarat masih saja mereka ungkit. Atau juga kebenciannya
semakin menjadi begitu Ridho pergi meninggalkan putrinya hingga membuat
putrinya gila dan tak tahu siapa jati dirinya sendiri.
Tapi di situlah karakter Ridho yang
kental dengan karakternya yang tak mudah menyerah dan selalu sigap menghalang
rintangan yang menghambat. Ia berjuang menepis aturan yang dibuat orang tuanya.
Bahkan ubahnya dia menjadi orang sukses lalu ia pamerkan untuk mereka yang
menjadi orang tua Fani masih saja tak berhasil. Selama ini dugaan Ridho tentang
orang tua Fani yang menyandang karakter matrealistis tidak lah benar. Lalu
apakah benar mereka begitu membenci Ridho karena dianggap menjadi penyebab
gilanya putrinya.
Dugaan yang terus saja menjadi
pikiran di otaknya dan membuat kepalanya pusing serasa mau pecah. Apalagi
diamnya Fani dan keinginannya untuk bersembunyi dari Ridho membuat Ridho harus
berpikir lebih dalam dan membuatnya terus bertanya. Ia menduga karena kesalahan
masa lalu atau bisa juga karena ada kesalahan lain dalam dirinya. Ia terusik
dan sama sekali tak membuatnya bisa tidur. Rasa penasarannya sangat kental dan
ingin ia bertanya langsung. Namun bagaimana bisa, menelepon saja tak pernah
Fani angkat apalagi mengajaknya bertemu, itu sangat mustahil. Ia sangat gundah,
gelisah, dan merana karena ulah Fani lalu ia pustuskan saja untuk berani
menghamipiri kediamannya.
Pagi-pagi betul ia berdandan dan
berniat menuju ke rumah orang tua Fani. Rasa rindunya juga sudah begitu
parahnya dan tentu ini yang membuat tak ada lagi rasa keraguan untuk datang ke
rumahnya. Semua unsur yang menghiasi tubuhnya sudah ia peeriksa betul sehingga
tak membuat orang tuanya mengusirnya. Lagi pula kini ia sudah bermobil dan
mungkin orang tuanya masih berkenan mempersilakan masuk. Kemeja merah dengan
celana dan sepatu yang baru serta rambut tersisir rapi, dan begitulah
penampilannya saat itu.
Ia mengendarai mobilnya dengan
sumringahnya dan begitu semangat nampaknya pria yang satu ini. Sudah tak sabar
ia bertanya dan mendapat jawaban mengapa kekasihnya selama ini menjadi diam.
Hatinya merasa ada yang janggal karena sepertinya pakaian yang ia kenakan tak
sesuai.
“Mengapa aku tak percaya diri. Ataukah ini karena pakaian yang
aku kenakan. Atau seharusnya aku memakai baju yang baru kemaren aku beli? Tapi
tidak warnanya sangat gelap dan itu sangat tidak Fani sukai.” Curahan Ridho
dalam hatinya yang terus saja ia lanjutkan laju mobilnya.
Pemandangan
yang hening dan begitu sunyinya. Sepertinya ada kabar duka dan semua orang di
situ menangis tak henti-hentinya begitu derasnya. Seperti ada yang meninggal di
keluarga Fani atau ini yang membuat Fani menjadi sering termenung. Karena
ayahnya yang terlihat lebih tua dari ibunya jatuh sakit karena terus saja
memikirkan anaknya yang dikira menyukai orang yang salah. Tapi meskipun Ridho
merasa bersalah karena menduga menjadi penyebab kematian ayah Fani namun
setidaknya ia masih bisa tenang menghela nafas karena berkurang satu penghalang
rasa cintanya terhadap Fani. Ridho menjadi ragu terlebih pakaiannya yang sama
sekali tak pantas di acara lelayu seperti ini. Niatnya melangkahkan kaki untuk
mendekat rumah Fani semakin berat dan timbul untuk membatalkan saja
keinginannya berjumpa ke Fani.
“Hei mau kemana Nak?” tanya seorang bapak-bapak yang ternyata
itu adalah ayahnya Fani.
“Aku semakin bingung bukannya seharusnya ayah Fani yang
meninggal mengapa dia berpakaian seperti ini? Tidak salah lagi berarti ibu Fani
yang tutup usia.” Batin Ridho yang ia simpan dalam hati. “Maaf Pak, bukannya
saya tak ingin bersilaturrohmi tetapi ada yang salah dengan pakaian ini.” Seru
Ridho terhadap laki-laki itu.
“Sudah jangan kau pikirkan. Mari kita masuk!” perintah ayah Fani
yang matanya begitu merahya denga sayu di wajahnya seperti orang tengah
kehilangan.
Agak aneh memang dengan bapak-bapak ini. Ia tak henti-hentinya
mengucurkan air mata dan seperti ada rasa yang begitu salah dalam hatinya.
Bertubi-tubi ia ucapkan kata maaf terhadap Ridho hingga terus membuat Ridho
bingung.
Sedih dan membuat batinnya teriris. Kisah cintanya harus
berakhir setragis ini. Orang yang ia cintai selama ini harus pergi dan tak
pernah kembali lalu berat baginya untuk memiliki. Selama ini ia diam karena
terus saja berpikir akan nasib cintanya terhadap Ridho. Ia terjebak dalam suatu
masalah yang hingga membuatnya tak ingin makan bahkan menutup mata untuk tidur
saja berat ia lakukan.
Rasa benci orang tuanya terhadap Ridho membuat mereka
benar-benar tak ingin Ridho menjadi menantunya. Mereka sampai hati menjodohkan
putrinya dengan orang lain yang sama sekali tak disukai anaknya. Fani terus
berpikir namun tak ingin berbagi kisah dengan kekasihnya. Bagi Fani memberikan
curahan hati kepada Ridho hanya akan memperkeruh masalahnya. Ia takut Ridho
justru menyerah dan memilih pergi seperti dulu yang ia lakukan.
Begitu menderita memang jika beban masalah harus menghampiri
seseorang yang baru saja sembuh dari penyakit jiwanya. Ia sudah terhimpit dalam
masalah dunia dan membuatnya tak bisa melangkah kemana-mana. Ia terus terdiam
dan tak ingin berucap sepatah kata pun untuk Ridho dan kedua orang tuanya.
Bisikan setan pun terus hadir sehingga mengharuskannya meniupkan nafas terakhir
setragis ini. Dia mengakhiri hidupnya dengan meminum racun serangga dan obat
nyamuk yang sengaja ia buat sendiri lalu ia minum tanpa dipaksa seorang pun.
Biarkan ini menjadi kisah Ridho akan cintanya. Kini cintanya tak
ada untuk siapa-siapa kecuali untuk Tuhan dan anak-anak kecil di panti asuhan
yang ia miliki. Semua hartanya ia wakafkan dan semakin mantap untuk dirinya
membangun sebuah panti asuhan seperti asanya bersama Fani semasa hidupnya.
TAMAT
Tag = #CerpenCinta #CintaRemaja #CerpenSedih #CerpenCintaSejati
#CerpenKesetiaan #CerpenBahasaindonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar