Minggu, 01 Maret 2015

Cerpen Percintaan Sedih : Bayangmu

BAYANGANMU
            Dia tersenyum manis untuk kekasihnya setelah sekian lama tak berjumpa. Seperti ada kerinduan yang begitu dalamnya dan ada memendam keinginan menyapa dalam waktu yang lama. Dua kekasih yang serasi dan sepertinya keharuan tengah bersemayam. Sang gadis hanya menangis terharu sudah melihat lagi kekasihnya. Seperti ada rasa bersalah yang ada padanya sehingga membuat mereka berpisah.

            Sang laki-laki, Doni melambaikan sebuah tangan untuk mengajaknya ke sebuah taman di dekat pantai. Itu tempat dulunya mereka sering bersama. Tempat mereka memadu kasih dan sepertinya mereka ingin bernostalgia di tempat itu. Memang baru kemaren sekitar dua hari mereka tak lagi bertemu. Tapi sepertinya berat sekali bagi mereka untuk tidak bertemu dalam waktu yang sesingkat itu.
            Vina menerima saja tawaran kekasihnya untuk pergi ke suatu tempat yang merupakan tempat paling indah bagi mereka. Namun sebelumnya tak bagus untuk mereka jika tak minta izin ke kedua orang tuanya. Mereka terlibaat dalam suatu percakapan asyik sembari menunggu kedua orang tuanya pulang. Silih-berganti orang-orang lalu lalang dan begitu saja memandang Vina dan Doni tanpa tegur-sapa. Sesekali Vina saja yang menyapanya karena merasa lebih muda. Percakapan yang asyik ditemani dua gelas air teh manis dan setoples kue buatannya.
            “Kak! Minumannya kok dua? Untuk siapa?” tegurku terhadapnya.
            “Buat tamu Dek!” jawabnya secara halus.
            Aku pun memandang gelagat kakakku. Tapi tenggorokanku begitu kering sehingga kuminum saja segelas teh yang satu.
            “Buat tamu Dek. Kalau mau buat sendiri.” Tegur kakakku yang sedikit kesal lalu dibuat segelas teh hangat kembali. Ia lanjutkan kakinya untuk melangkah menyajikan minuman itu untuk Doni. Lalu kubiarkan saja mereka saat kuberlalu-lalang di teras rumah tanpa kutegur Vina dan Doni. Biarkan mereka asyik sendiri dan mungkin jika kutegur Doni pasti Vina akan meras terusik dan aku akan buatnya marah.
            Orang yang ditunggu-tunggu tidak begitu saja datang dan akhirnya mereka memutuskan saja untuk pergi ke taman pinggir pantai saja. Mungkin mereka sudah tak sabar, apalagi orang yang ditunggu-tunggu belum pasti akan datang.
            “Ingatkah engkau pada indahnya taman ini Vin?” tanya Doni terhadap Vina.
            “Tanpa dijawab pasti kau sudah tahi jawabannya.” Jawabnya sambil tersenyum.
            “Dulu kita sering ke sini. Setelah pulang sekolah kita langsung menuju taman ini. Tapi orang tuamu tak apa-apa jika ku ajak kau ke sini? Balasnya sambil bertanya.
            “Sudah di rumah ada adikku pasti dia tahu kalau aku pergi ke sini. Lalu mengapa dua hari yang lalu kau tak ke kampus?” tanya Vina penasaran.
            “Oh aku pergi ke tempat saudaraku.” Jawabnya halus.
            “Maaf jika selama ini SMS-mu sering tak aku balas. Teleponmu juga jarang aku angkat. BBM-mu juga sering aku read aja. Aku sibuk banget soalnya. Dua minggu kita nggak ketemu kemaren. Dan terakhir kita bertemu aku marah-marah nggak jelas gitu ke kamu. Soalnya kamu nggak penting banget sih. Masak ngajak ketemu di rumah sakit pura-pura sakit lagi. Sakit beneran rasain Lho” Jelas Vina meminta maaf.
            “Habis itu cara-caraku satu-satunya biar bisa ngobrol bareng lagi sama kamu.” Balas Doni pembelaan. “Sudahlah! Jangan bahas nanti kita berantem lagi malah. Udah kamu lihat aku aja nih!” Tegur Doni yang tiba-tiba saja meloncat menuju jurang di dekat taman itu.
            Sudah gila kekasih kakakku ini. Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja ia terjun ke dalam jurang dan seperti ingin menghabisi nyawamu. “Tolong! Tolong!” seru Vina mencari pertolonang. Mendadak Vina langsung kaget dan sangat kuatir akan Doni. Apalagi di saat Doni terhempis oleh derasnya air lautan. Ingin Vina untuk pinsan namun tak bisa. Ia pun hanya berdiam diri dan menangis menyaksikan tubuh kekasihnya telah di hempas derasnya arus. Ingin dia menyusulnya, menceburkan tubuhnya untuk menolong Doni. Namun dirinya tidak bisa berenang. Pasti akan sia-sia usahanya untuk menolongnya. Karena Doni yang jago berenang saja kesulitan menolong tubuhnya sendiri apalagi dia pasti hanya akan merepotkan Doni saja. Akhirnya secara pelan ia hanya bersandar saja di tepi jurang itu tapi masih di bagian atas.
            Aku yang sebenarnya mengikuti pergi kakakku langsung saja aku pegang tangannya dan kuseret dia untuk segera pergi dari tempat itu. Susah sekali untuk membawanya pergi. Besar keinginannya untuk menolong Doni sehingga sulit buatku untuk membawanya pulang.
            “Tapi Dek!” ucapnya mengelak.
            “Udah Kak! Doni di rumah kita.” Balasku menipu.
            “Dia masuk dalam jurang itu.” Serunya kembali.
            “Udah Kak. Aku udah nelpon timsar. Udah kak.” Jawabku menipu lagi.
            Seminggu yang lalu Vina memang tengah mengalami kecelakaan motor yang sangat parah bersama kekasihnya setelah pulang ke rumah dari rumah sakit. Kakakku masih beruntung karena hanya luka sedikit di kaki dan sikunya. Sedangkan kekasihnya yang sangat parah lukannya langsung saja menghembuskan nafas terakhirnya di tempat kejadian. Jadi sedari tadi dia bercakap-cakap hanya dengan angin atau bayangan dari Doni saja. Bahkan ia ke sini juga pergi sendiri dan atas kemauannya sendiri. Kasian aku melihat kakakku karena harus kehilangan orang yang disayang hingga terus hidup dalam bayang-bayang Doni. Dia lupa bahwa Doni telah tiada untuk selama-selamanya.
            “Beb, kamu udah makan belum. Oh ya jangan lupa sholat, mandi juga, terus jaga kesehatannya. Emang tugas itu perlu tapi kesehatan juga perlu lhoh.” Tegurnya lewat SMS ke Vina. Namun tak begitu saja Vina hiraukan. Menurutnya sangat mengganggu, apalagi di tengah-tengah tugas yang menumpuk sampai setinggi gunung seperti itu. Baginya tak penting apa lagi itu-itu saja yang ia pesankan. Sangat monoton menurutnya. Tak lewat BBM, SMS, pesan Facebook dan media sosial yang lainnya itu terus yang ia tuliskan. Bahkan tidak hanya itu. Kecepatan pesan darinya lewat dari lima menit sekali ia gelontorkan hingga membuat Vina semakin kesal dan ingin saja ia membanting handphonenya yang baterainya sudah habis karena ulah dari orang iseng ini.
            “Eh kurang ajar banget sih nih orang. Nggak tahu orang lagi sibuk apa? Malah tebar-tebar pesona kaya gini. Sialan!” marahnya terhadap kekasihnya.
            Vina mengira dia hanya iseng saja padahal memang benar bahwa Doni sangat mengkuatirkan kondisi kesehatan Vina setelah dua minggu mereka tak berjumpa. Akhirnya Doni insiatif untuk mengajaknya bertemu dengan sebuah kejutan jail. Doni pinjam saja handphone temannya untuknya mengabari Vina bahwa dirinya tengah koma di rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Vina yang percaya mengingat kekasihnya memang sudah seperti pesawat terbang saja saat mengendarai sepeda motornya langsung saja menjadi sangat khawatir. Tanpa peduli dengan tugasnya yang sudah menumpuk, langsung saja ia bertolak menuju rumah sakit.
            Dia dibuat tercengang karena tak ada luka sedikit pun di tubuh kekasihnya. Ia semakin kesal setelah dikerjain habis-habisan olehnya dan sahabatnya.
            “Hahahaha.” Doni tertawa tak bisa mengendalikan ekspresinya yang tengah berakting.
            “Kamu apa-apaan sih?” Langsung saja Vina memukulkan tubuh Doni secara bertubi-tubi.
            “Maaf. Soalnya aku pengin ketemu kamu sih. Hehe.” Bela Doni yang terus saja tertawa dengan renyahnya.
            “Kamu tahu nggak tugasku di rumah masih seabrek-abrek. Emang kamu mau ngerjain?” tanyanya sengol.
            “Enggak!” seru Doni.
            “Kecelakaan beneran baru tahu rasa Lho!” marah Vina.
            Namun apa yang diucap Vina benar-benar terjadi. Di perjalanan pulang menuju rumah, motor yang dikendarai Doni harus mendapatkan suatu kecelakaan yang tragis. Bahkan sahabatnya yang mengikuti laju motor Doni lalu melihat bagaimana motor mereka terjatuh sampai tak kuat hati. Karena begitu dia menengok sahabatnya sudah terkapar langsung saja ia tersungkur pingsan.
            Namun nasi telah menjadi bubur. Waktu yang telah berputar tak bisa diulangi lagi dan kata yang sudah terucap tak mungkin ditarik lagi. Seakan penuh penyesalan Vina harus bertindak seperti itu terhadap kekasihnya. Harus menyia-nyikan setelah apa kasih sayang yang diberikannya. Dan biarlah ia hidup dengan bayangan Doni karena belum ada lagi seseorang yang bersemayam di hatinya.
TAMAT

Tag = #CerpenCinta #CerpenRemaja #CerpenSedih #CerpenCintaSejati #CerpenKesetiaan #CerpenBahasaindonesia #CerpenPenyesalan #CerpenRomatis

Tidak ada komentar: