BAYANGANMU
Dia tersenyum manis untuk kekasihnya
setelah sekian lama tak berjumpa. Seperti ada kerinduan yang begitu dalamnya
dan ada memendam keinginan menyapa dalam waktu yang lama. Dua kekasih yang
serasi dan sepertinya keharuan tengah bersemayam. Sang gadis hanya menangis
terharu sudah melihat lagi kekasihnya. Seperti ada rasa bersalah yang ada
padanya sehingga membuat mereka berpisah.
Sang laki-laki, Doni melambaikan
sebuah tangan untuk mengajaknya ke sebuah taman di dekat pantai. Itu tempat
dulunya mereka sering bersama. Tempat mereka memadu kasih dan sepertinya mereka
ingin bernostalgia di tempat itu. Memang baru kemaren sekitar dua hari mereka
tak lagi bertemu. Tapi sepertinya berat sekali bagi mereka untuk tidak bertemu
dalam waktu yang sesingkat itu.
Vina menerima saja tawaran
kekasihnya untuk pergi ke suatu tempat yang merupakan tempat paling indah bagi
mereka. Namun sebelumnya tak bagus untuk mereka jika tak minta izin ke kedua
orang tuanya. Mereka terlibaat dalam suatu percakapan asyik sembari menunggu
kedua orang tuanya pulang. Silih-berganti orang-orang lalu lalang dan begitu
saja memandang Vina dan Doni tanpa tegur-sapa. Sesekali Vina saja yang
menyapanya karena merasa lebih muda. Percakapan yang asyik ditemani dua gelas
air teh manis dan setoples kue buatannya.
“Kak! Minumannya kok dua? Untuk
siapa?” tegurku terhadapnya.
“Buat tamu Dek!” jawabnya secara
halus.
Aku pun memandang gelagat kakakku.
Tapi tenggorokanku begitu kering sehingga kuminum saja segelas teh yang satu.
“Buat tamu Dek. Kalau mau buat
sendiri.” Tegur kakakku yang sedikit kesal lalu dibuat segelas teh hangat
kembali. Ia lanjutkan kakinya untuk melangkah menyajikan minuman itu untuk
Doni. Lalu kubiarkan saja mereka saat kuberlalu-lalang di teras rumah tanpa
kutegur Vina dan Doni. Biarkan mereka asyik sendiri dan mungkin jika kutegur
Doni pasti Vina akan meras terusik dan aku akan buatnya marah.
Orang yang ditunggu-tunggu tidak
begitu saja datang dan akhirnya mereka memutuskan saja untuk pergi ke taman
pinggir pantai saja. Mungkin mereka sudah tak sabar, apalagi orang yang
ditunggu-tunggu belum pasti akan datang.
“Ingatkah engkau pada indahnya taman
ini Vin?” tanya Doni terhadap Vina.
“Tanpa dijawab pasti kau sudah tahi
jawabannya.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Dulu kita sering ke sini. Setelah
pulang sekolah kita langsung menuju taman ini. Tapi orang tuamu tak apa-apa
jika ku ajak kau ke sini? Balasnya sambil bertanya.
“Sudah di rumah ada adikku pasti dia
tahu kalau aku pergi ke sini. Lalu mengapa dua hari yang lalu kau tak ke
kampus?” tanya Vina penasaran.
“Oh aku pergi ke tempat saudaraku.”
Jawabnya halus.
“Maaf jika selama ini SMS-mu sering
tak aku balas. Teleponmu juga jarang aku angkat. BBM-mu juga sering aku read
aja. Aku sibuk banget soalnya. Dua minggu kita nggak ketemu kemaren. Dan
terakhir kita bertemu aku marah-marah nggak jelas gitu ke kamu. Soalnya kamu
nggak penting banget sih. Masak ngajak ketemu di rumah sakit pura-pura sakit
lagi. Sakit beneran rasain Lho” Jelas Vina meminta maaf.
“Habis itu cara-caraku satu-satunya
biar bisa ngobrol bareng lagi sama kamu.” Balas Doni pembelaan. “Sudahlah!
Jangan bahas nanti kita berantem lagi malah. Udah kamu lihat aku aja nih!”
Tegur Doni yang tiba-tiba saja meloncat menuju jurang di dekat taman itu.
Sudah gila kekasih kakakku ini. Tak ada
angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja ia terjun ke dalam jurang dan seperti
ingin menghabisi nyawamu. “Tolong! Tolong!” seru Vina mencari pertolonang.
Mendadak Vina langsung kaget dan sangat kuatir akan Doni. Apalagi di saat Doni
terhempis oleh derasnya air lautan. Ingin Vina untuk pinsan namun tak bisa. Ia
pun hanya berdiam diri dan menangis menyaksikan tubuh kekasihnya telah di
hempas derasnya arus. Ingin dia menyusulnya, menceburkan tubuhnya untuk
menolong Doni. Namun dirinya tidak bisa berenang. Pasti akan sia-sia usahanya
untuk menolongnya. Karena Doni yang jago berenang saja kesulitan menolong
tubuhnya sendiri apalagi dia pasti hanya akan merepotkan Doni saja. Akhirnya
secara pelan ia hanya bersandar saja di tepi jurang itu tapi masih di bagian
atas.
Aku yang sebenarnya mengikuti pergi
kakakku langsung saja aku pegang tangannya dan kuseret dia untuk segera pergi
dari tempat itu. Susah sekali untuk membawanya pergi. Besar keinginannya untuk
menolong Doni sehingga sulit buatku untuk membawanya pulang.
“Tapi Dek!” ucapnya mengelak.
“Udah Kak! Doni di rumah kita.”
Balasku menipu.
“Dia masuk dalam jurang itu.”
Serunya kembali.
“Udah Kak. Aku udah nelpon timsar.
Udah kak.” Jawabku menipu lagi.
Seminggu yang lalu Vina memang
tengah mengalami kecelakaan motor yang sangat parah bersama kekasihnya setelah
pulang ke rumah dari rumah sakit. Kakakku masih beruntung karena hanya luka
sedikit di kaki dan sikunya. Sedangkan kekasihnya yang sangat parah lukannya
langsung saja menghembuskan nafas terakhirnya di tempat kejadian. Jadi sedari
tadi dia bercakap-cakap hanya dengan angin atau bayangan dari Doni saja. Bahkan
ia ke sini juga pergi sendiri dan atas kemauannya sendiri. Kasian aku melihat
kakakku karena harus kehilangan orang yang disayang hingga terus hidup dalam
bayang-bayang Doni. Dia lupa bahwa Doni telah tiada untuk selama-selamanya.
“Beb, kamu udah makan belum. Oh ya
jangan lupa sholat, mandi juga, terus jaga kesehatannya. Emang tugas itu perlu
tapi kesehatan juga perlu lhoh.” Tegurnya lewat SMS ke Vina. Namun tak begitu
saja Vina hiraukan. Menurutnya sangat mengganggu, apalagi di tengah-tengah
tugas yang menumpuk sampai setinggi gunung seperti itu. Baginya tak penting apa
lagi itu-itu saja yang ia pesankan. Sangat monoton menurutnya. Tak lewat BBM,
SMS, pesan Facebook dan media sosial yang lainnya itu terus yang ia tuliskan.
Bahkan tidak hanya itu. Kecepatan pesan darinya lewat dari lima menit sekali ia
gelontorkan hingga membuat Vina semakin kesal dan ingin saja ia membanting
handphonenya yang baterainya sudah habis karena ulah dari orang iseng ini.
“Eh kurang ajar banget sih nih
orang. Nggak tahu orang lagi sibuk apa? Malah tebar-tebar pesona kaya gini.
Sialan!” marahnya terhadap kekasihnya.
Vina mengira dia hanya iseng saja
padahal memang benar bahwa Doni sangat mengkuatirkan kondisi kesehatan Vina
setelah dua minggu mereka tak berjumpa. Akhirnya Doni insiatif untuk
mengajaknya bertemu dengan sebuah kejutan jail. Doni pinjam saja handphone
temannya untuknya mengabari Vina bahwa dirinya tengah koma di rumah sakit
karena sebuah kecelakaan. Vina yang percaya mengingat kekasihnya memang sudah
seperti pesawat terbang saja saat mengendarai sepeda motornya langsung saja
menjadi sangat khawatir. Tanpa peduli dengan tugasnya yang sudah menumpuk,
langsung saja ia bertolak menuju rumah sakit.
Dia dibuat tercengang karena tak ada
luka sedikit pun di tubuh kekasihnya. Ia semakin kesal setelah dikerjain
habis-habisan olehnya dan sahabatnya.
“Hahahaha.” Doni tertawa tak bisa
mengendalikan ekspresinya yang tengah berakting.
“Kamu apa-apaan sih?” Langsung saja
Vina memukulkan tubuh Doni secara bertubi-tubi.
“Maaf. Soalnya aku pengin ketemu
kamu sih. Hehe.” Bela Doni yang terus saja tertawa dengan renyahnya.
“Kamu tahu nggak tugasku di rumah
masih seabrek-abrek. Emang kamu mau ngerjain?” tanyanya sengol.
“Enggak!” seru Doni.
“Kecelakaan beneran baru tahu rasa
Lho!” marah Vina.
Namun apa yang diucap Vina
benar-benar terjadi. Di perjalanan pulang menuju rumah, motor yang dikendarai
Doni harus mendapatkan suatu kecelakaan yang tragis. Bahkan sahabatnya yang
mengikuti laju motor Doni lalu melihat bagaimana motor mereka terjatuh sampai
tak kuat hati. Karena begitu dia menengok sahabatnya sudah terkapar langsung
saja ia tersungkur pingsan.
Namun nasi telah menjadi bubur.
Waktu yang telah berputar tak bisa diulangi lagi dan kata yang sudah terucap
tak mungkin ditarik lagi. Seakan penuh penyesalan Vina harus bertindak seperti
itu terhadap kekasihnya. Harus menyia-nyikan setelah apa kasih sayang yang
diberikannya. Dan biarlah ia hidup dengan bayangan Doni karena belum ada lagi
seseorang yang bersemayam di hatinya.
TAMAT
Tag = #CerpenCinta #CerpenRemaja #CerpenSedih #CerpenCintaSejati
#CerpenKesetiaan #CerpenBahasaindonesia #CerpenPenyesalan #CerpenRomatis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar