Jumat, 06 Maret 2015

Cerpen Remaja Lucu : Klepek-Klepek sama Dia

Klepek-Klepek Sama Dia

Merah merona bunga mawar merah yang tumbuh dengan lebatnya di taman depan rumah istana Gladis. Itulah suasana hati yang saat ini dirasakan Gladis karena sedang jatuh cinta dengan cowok barunya. Pagi itu suasana rumah Gladis seperti biasa gaduh dan padat merayap karena ada dua puluh anggota keluarga yang tinggal di rumahnya. Pagi hari adalah waktu di saat mereka yang bersekolah atau pun yang bekerja akan memulai aktivitasnya. Dua puluh anggota keluarga itu sedang berada di depan pintu rumah mengantarkan anak atau suaminya yang akan memulai aktivitasnya. Kedua puluh anggota keluarga itu adalah Gladis, papa mama Gladis, nenek dan kakek Gladis dari pihak ayah, nenek kakek Gladis dari pihak ibu, Tante Rita dengan empat anaknya, Pakdhe Bayu dan Tante Sari dengan tiga anaknya, dua PRT,  dan satu supir pribadi papa Gladis.

            Gladis sudah hampir tiga bulan punya pacar baru bernama Supri. Meskipun namanya ndeso tapi parasnya bak Zain Malik, artis Irlandia yang wajahnya tampan mempesona. Meskipun pekerjaannya tukang ojek, Gladis yang menjadi primadona sekolah dan banyak disukai cowok-cowok di sekolahnya dibuatnya klepek-klepek jatuh hati kepadanya. Supri yang sekaligus menjadi tukang ojek langganan Gladis sering mengantarkan Gladis ke sekolah. Sudah lama Gladis kenalkan pacar barunya ke teman-temannya dan teman-teman di sekolah pun sudah banyak yang tahu siapa Supri sebenarnya.
            Dengan wajah yang tampan mempesona pasti semua teman-teman Gladis akan menerima dengan senang hati bahkan bisa diperebutkan oleh teman-teman cewek Gladis. Namun kenyataannya tidak demikian, semua anak-anak di sekolah mendadak ilfil ke Gladis dan pacar barunya. Semua anak di sekolah justru ngledek ke Gladis dan siapa yang dibawa. Bahkan saat Gladis pertama kali mengenalkan Supri ke teman-temannya, sontak semua teman Gladis terbahak-bahak mendengar celotehan Gladis. Mereka silih-berganti memegang dahi Gladis mengira Gladis lagi sakit panas stadium akhir sampai hilang akal sehatnya. Ada yang mengatakan Supri itu aki-aki, engkong-engkong, sapi ompong, tua-tua keladi, dan ada pula yang memanggil “kakek”. Entah mengapa semua teman Gladis menjuluki Supri seburuk itu dan tak ada kondisi fisik di tubuh Supri sehingga harus dipanggil itu. Gladis sampai dibuat bingung dengan julukan itu ke pacarnya. Tidak hanya itu ada beberapa teman Gladis yang juga ikut-ikutan meledek Gladis sebagai gadis buta lah, gila, dan sebagainya. Ya meskipun itu adalah teman-teman Gladis yang dibilang agak sedikit sentimen atau iseng dengan Gladis. Namun tidak begitu dengan Sasa, teman dekat Gladis yang selalu saja mendukung keputusannya sahabatnya meskipun agak sedikit terpaksa dan prihatin dengan sahabatnya.
            “Dis, Lo beneran pacaran ama Supri? Em menurut gue Lo pikirin lagi deh. Gue sih sebagai sahabat Lo selalu dukung semua keputusan Lo tapi akan lebih baik kalau Lo pikirin mateng-mateng,” saran Sasa ke sahabatnya ini.
            “Oh jadi Lo mau ikut-ikutan kaya anak-anak lain. Jahat Lo ya! Bang Supri tuh ganteng bingits lagi. Mirip banget ama Zain Malik. Lo tahu nggak Zain Malik? Dia tuh artis Irlandia 20 tahun yang gantengnya wow bukan maen. Dia salah satu personil One Direction. Tahu nggak? Cari aja di google! Umurnya aja masih 21 tahun kok selisih 3 tahun ama gue jadi masih dibilang pantes kok. Cuma pekerjaannya aja ya cuma tukang ojek makanya anak-anak ngledeknya segitunya banget sampai nggak masuk akal. Padahal gue bilangin tukang ojek tuh halal dibanding maling ma nyopet ngerti. Bang Supri besok mau gue jadiin model kok,” bela Gladis ke Supri.
            “Iya gue tahu, Supri tuh keliatan dari hidungnya ganteng tapi itu dulu kalau sekarang mah mungkin udah enggak.” Lanjut Sasa dalam percakapan.
            “Kok dulu sih? Sekarang juga iya kok! Karena sekarang jadi tukang ojek? Iya sih dulu Bang Supri juga pernah bilang ke gue kaatanya dia dulu anak dirut tapi perusahaannya bangkrut gitu aja. Alah Elo tuh sama jahatnya kaya yang lain.” Marah Gladis sambil pergi meninggalkan Sasa.
            Selama tiga bulan ini semua anak di sekolah meledek Supri dan Gladis dengan perkataan semacam itu dan sangat tidak masuk akal menurutnya. Namun selama tiga bulan itu, Gladis selalu menahan marah dan tetap humoris senyum sana-sini seperti tak ada dendam dalam hatinya. Tapi tidak untuk saat ini, karena menurutnya ini sudah keterlaluan.
            “Anak-anak kok lucu ya? Ngatain Bang Supri tua. Buta semua kali anak-anak. Oh gue tahu cowok-cowok di sini nggak suka gue jadian ama Bang Supri karena mereka sakit hati cintanya nggak gue terima. Hehe. Kalau cewek-cewek pasti mereka iri karena nggak bisa kaya gue punya cowok yang gantengnya kaya bule nyasar. Hoho!” Celoteh Gladis bicara sendiri sambil pasang muka sok cantik.
            Perkataan teman-temannya memang sudah keterlaluan, terutama Joni yang cintanya pernah ditolah oleh Gladis.
“Hai Nenek cantik, kakeknya kok nggak dibawa ke sekolah,” ledek Joni ke Gladis.
“Ah apaan sih Lho Jon, panggil dia Aak Supri! ‘kan enak bunyinya. Daripada Kakek itu nggak enak orang dia cuma selisih tiga tahun ke kita masak dipanggil Kakek.” Bantah Gladis ke Joni.
“Heh Aak? Gue nggak setua itu kales. Nih gue bilangin Aak Supri mukannya mirip banget ama engkong gue. Istri engkong gue udah jadi almarhumah. Mendingan Lo kalau gue saranin nikah ama engkong gue orang mukanya hampir mirip sama pacar Lo sekarang jadi Lo bisa jadi nenek gue deh,” Ledek Joni ke Gladis.
“Udah sakit nih orang?” bantah Gladis sambil masih tersenyum.
“Iya maksud gue ‘kan baik untung nenek gue udah meninggal,” sambil tertawa Joni masih melanjutkan ledekannya.
“Maksud Lho apa?” marah Gladis benar-benar garam sambil mengeluarkan jurus jotos ke muka Joni.
Terjadi perdebatan sengit antarmereka meskipun ada beberapa anak yang lalu lalang sambil meledeki Gladis dan tak ingin melerai. Joni yang kesakitan kena hantaman jotos dari Gladis merasa kapok dan mengaduh meskipun tak marah dibuatnya.
Akhirnya Gladis memutuskan untuk mengenalkan Supri ke keluarganya. Sudah tiga bulan ini Gladis diam-diam dan memang belum mengenalkan Supri ke keluarganya karena takut keluarganya akan marah akibat profesi Supri yang sebagai tukang ojek. Tapi menurut Gladis usianya sudah bukan anak kecil lagi karena sudah 18 tahun jadi tak masalah jika dia mengenalkan seorang cowok ke keluarganya.
Orang tuanya yang sudah tak sabar ingin bertemu dengan calon menantunya sudah mempersiapkan matang-matang acara ini dengan mengadakan acara makan besar bersama kedua puluh anggota keluarganya. Keluarga rempong ini sampai memakai seragam kebersamaan mereka baju batik dengan motif sama berwarna ungu. Penyambutan kepada calon menantunya diadakan sehabis maghrib dan pasti akan menjadi acara makan malam yang menyenangkan.
Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu pun akan dimulai. Semua anggota keluarga berkumpul di meja besar berdiameter 3 meter. Suasana rame seperti reunian meskipun ini memang yang terjadi biasanya. Kursi yang biasanya memang sudah diberi nomor untuk masing-masing setiap anggota keluarga terdapat satu kursi kosong untuk calon menantunya itu. Semua anggota keluarga sangat penasaran dengan wajah pacar Gladis yang sering Gladis ceritakan mirip Zain Malik itu, terlebih sepupu perempuan dari Gladis yang semuanya masih remaja dan sangat ngefans dengan Zain Malik. Namun tamu undangan tak kunjung datang bahkan waktu telah menunjukkan bahwa KW unggul Zain Malik ini sudah telat hampir satu jam.
“Gimana ini sih? Jadi nggak Vani mau pergi ke mall ni?” celoteh dari salah satu sepupunya.
Mendengar celotehan dari salah satu sepupunya Gladis semakin tak enak hati terlebih semua keluarganya pasti juga berpikir demikian. Akhirnya semua mulut berbicara persis burung berkicau tak beraturan. “Nduk mana to masmu? Mama udah nggak sabar ini nglihat guantenge calon menantuku?” tanya Mama Gladis yang tak sabar sambil disenggol pundaknya oleh suaminya. Gladis pun memilih pergi dan menunggu Supri di pintu gerbang rumahnya.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang, Supri datang dengan motor bututnya sambil teriak-teriak sebut nama Gladis. Tanpa pikir panjang Gladis langsung menggeret Supri dan tak sabar ingin mengenalkannya ke keluarganya. Detik yang ditunggu pun tiba layaknya drama dalam televisi ketika Gladis menggeret Supri dari balik dinding dan sampai ke hadapan semua anggota keluarga. Sontak semuanya kaget seperti orang kagum dan sok. Sisil pun tersenyum dan tersanjung.
“Kok yang dibawa malah kakeknya? Ya Supri kemana? Ada sesuatu ya Kek sama Supri?” tanya salah satu sepupu cowok Gladis.
“Kok kakek sih Riko? Ini yang namanya Supri yang mirip Zain Malik itu.” Jelas Gladis ke semua anggota keluarga.
Mendengar apa yang dibilang Gladis sontak semua keluarga saling berjamaah berpelukan. Aliran darah mereka mendadak berhenti begitu pula dengan detak jantung mereka. Mereka berbisik satu kuping ke kuping yang lain, ada yang menanagis, bahkan ada yang seperti orang kesurupan karena melotot ketakutan. Mereka tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Suasana menjadi gaduh dan kacau. Mama Gladis justru menangis dan memilih duduk tak percaya bahwa seperti pada dirinya ada suatu yang salah dalam mendidik anaknya.
“Ini pacarmu Dis? Nggak salah? Tanya papa ke Gladis dengan tenang.
“Ya iyalah Pa. Kalian jangan kagum gitu dong. Biasa aja kali,” ucap Gladis merasa tersanjung.
Supri pun hanya tersenyum dengan kedua tangannya yang dipenggang Gladis. Begitu pula Kakek Udin, Kakek Gladis dari pihak ibu justru mendekati Supri sambil merangkulnya. Ia berkata, “kelingan jaman nomku.”
“Ini serius pacar Lo Dis? Buta Lo ya? Atau mau buat keluarga kita mati berdiri? Lo ngeyel sih mendingan cowok yang pernah gue jodohin ke Lo? Begok sih Lo malah milih yang model ginian?” kata Vani sambil mendekat ke Gladis.
“Eh apaan sih Lo? Cakepan cowok gue daripada cowok yang pernah Lo kenalin ke gue tahu. Itu tuh kalo sepupu yang suka sirik. Njodohin gue ama cowok pakai rok model gituan. Gue tahu Lo ngefans banget sama Zain Malik tapi ‘kan nggak segininya.”
“Susah Lo kalau dibilangin. Kalau waktu itu gue bener nggak tahu kalau ternyata cowok yang gue kenalin ke Lo itu tiba-tiba ngondek. Gini nih karakter anak tunggal susah dibilangin.” Bantah Vani ke Gladis.
“Nggak usah ngelak Lo! Lo tuh dari dulu sirik ke gue. Buktinya dari gaya rambut sampai ke ujung kaki semuanya Lo selalu pengin nyamain ke gue. Terus kalau gue minta apa ke bokap gue selalu ikut-ikutan. Sirik ‘kan Lo?” tuduh Gladis ke Vani.
“Nggak usah bahas yang dulu sekarang udah nggak. Kurang ajar Lo!” marah Vani geram.
Akhirnya keributan terjadi. Gladis dan Vani saling jambak-menjambak berusaha menyakiti saudaranya. Kedua saudara ini memang sering bekelahi meskipun ada rasa saling menyayangi antara keduanya. Semua keluarga berusaha melerai perkelahian ini. Supri yang orang baru justru terdiam tidak tahu-menahu.
Peristiwa ini terhenti ketika Nenek Suci, sesepuh rumah ini merasa kesakitan karena penyakit jatungnya kumat. Semuanya berhamburan saling menolong Nenek Suci dan berusaha membawanya menuju ke mobil untuk menuju rumah sakit. Semuanya menyalahkan Gladis. Papa Gladis sebagai anak tertua justru mengusir Supri dan begitu pula Supri langsung pergi meninggalkan rumah ini.
Sampai tengah malam Gladis menangis karena merasa acaranya berantakan dan menyalahkan dirinya atas penyakit neneknya yang kambuh. Namun lama kelamaan ia tertidur dengan pulasnya.
Waktu telah menunjukkan pukul 09.00 pagi. Ia lupa kalau hari ini bukanlah hari libur. Mungkin karena saking terpukulnya atas peristiwa tadi malam sehingga ia lupa untuk bangun. Bangun dari tidurnya ia langsung memandangi foto-foto di sekelingnya. Terdapat pemandangan aneh dalam ruangan kamarnya. Banyak sekali hiasan dinding foto kakek-kakek tua yang menempel dengan rapinya.
Tiba-tiba terdengar suara mamanya yang masuk dalam ruangan, “udah bangun kamu Nduk?” tanya mamanya yang masuk ke ruangan bersama anggota keluarga lain.
Ruangan menjadi sesak dan penuh karena diisi oleh semua anggota keluarga ditambah 5 sahabat Gladis di sekolah beserta Joni. Di situ Gladis menangis dan sadar bahwa ternyata selama tiga bulan ini Gladis telah dipelet sampai klepek-klepek oleh seorang kakek-kakek tua yang berprofesi sebagai tukang ojek. Ia sadar betapa bodohnya selama ini. Mamanya sambil memeluk Gladis menceritakan keadaan yang sebenarnya. Bahwa ternyata satu minggu lalu Sasa datang ke rumah itu lalu menceritakan tentang apa yang terjadi dengan Gladis. Sontak semua keluarga khawatir. Dan atas idenya Vani dalam waktu satu minggu ini semua anggota keluarga kecuali Gladis tidak boleh keluar malam untuk mendoakan Gladis hingga pukul 21.00. Gladis tidak pernah tahu karena ia justru lebih sering keluar malam sama Supri.
Gladis sadar atas kesalahan yang ia perbuat. Ia memeluk erat Vani karena Vani lah yang selama ini sering ia ajak duel. Dan bergegas ia ingin menjenguk neneknya di rumah sakit.
TAMAT

Tag = #cerpen komedi #cerpen remaja #cerpen lucu #cerpen Bahasa Indonesia #Cerpen anak Muda

Tidak ada komentar: