Klepek-Klepek Sama Dia
Merah merona bunga mawar merah yang
tumbuh dengan lebatnya di taman depan rumah istana Gladis. Itulah suasana hati
yang saat ini dirasakan Gladis karena sedang jatuh cinta dengan cowok barunya.
Pagi itu suasana rumah Gladis seperti biasa gaduh dan padat merayap karena ada
dua puluh anggota keluarga yang tinggal di rumahnya. Pagi hari adalah waktu di
saat mereka yang bersekolah atau pun yang bekerja akan memulai aktivitasnya.
Dua puluh anggota keluarga itu sedang berada di depan pintu rumah mengantarkan
anak atau suaminya yang akan memulai aktivitasnya. Kedua puluh anggota keluarga
itu adalah Gladis, papa mama Gladis, nenek dan kakek Gladis dari pihak ayah,
nenek kakek Gladis dari pihak ibu, Tante Rita dengan empat anaknya, Pakdhe Bayu
dan Tante Sari dengan tiga anaknya, dua PRT,
dan satu supir pribadi papa Gladis.
Gladis sudah
hampir tiga bulan punya pacar baru bernama Supri. Meskipun namanya ndeso tapi
parasnya bak Zain Malik, artis Irlandia yang wajahnya tampan mempesona.
Meskipun pekerjaannya tukang ojek, Gladis yang menjadi primadona sekolah dan
banyak disukai cowok-cowok di sekolahnya dibuatnya klepek-klepek jatuh hati
kepadanya. Supri yang sekaligus menjadi tukang ojek langganan Gladis sering
mengantarkan Gladis ke sekolah. Sudah lama Gladis kenalkan pacar barunya ke
teman-temannya dan teman-teman di sekolah pun sudah banyak yang tahu siapa
Supri sebenarnya.
Dengan wajah
yang tampan mempesona pasti semua teman-teman Gladis akan menerima dengan
senang hati bahkan bisa diperebutkan oleh teman-teman cewek Gladis. Namun
kenyataannya tidak demikian, semua anak-anak di sekolah mendadak ilfil ke
Gladis dan pacar barunya. Semua anak di sekolah justru ngledek ke Gladis dan
siapa yang dibawa. Bahkan saat Gladis pertama kali mengenalkan Supri ke
teman-temannya, sontak semua teman Gladis terbahak-bahak mendengar celotehan
Gladis. Mereka silih-berganti memegang dahi Gladis mengira Gladis lagi sakit
panas stadium akhir sampai hilang akal sehatnya. Ada yang mengatakan Supri itu
aki-aki, engkong-engkong, sapi ompong, tua-tua keladi, dan ada pula yang
memanggil “kakek”. Entah mengapa semua teman Gladis menjuluki Supri seburuk itu
dan tak ada kondisi fisik di tubuh Supri sehingga harus dipanggil itu. Gladis
sampai dibuat bingung dengan julukan itu ke pacarnya. Tidak hanya itu ada
beberapa teman Gladis yang juga ikut-ikutan meledek Gladis sebagai gadis buta
lah, gila, dan sebagainya. Ya meskipun itu adalah teman-teman Gladis yang
dibilang agak sedikit sentimen atau iseng dengan Gladis. Namun tidak begitu
dengan Sasa, teman dekat Gladis yang selalu saja mendukung keputusannya
sahabatnya meskipun agak sedikit terpaksa dan prihatin dengan sahabatnya.
“Dis, Lo
beneran pacaran ama Supri? Em menurut gue Lo pikirin lagi deh. Gue sih sebagai
sahabat Lo selalu dukung semua keputusan Lo tapi akan lebih baik kalau Lo
pikirin mateng-mateng,” saran Sasa ke sahabatnya ini.
“Oh jadi Lo mau
ikut-ikutan kaya anak-anak lain. Jahat Lo ya! Bang Supri tuh ganteng bingits
lagi. Mirip banget ama Zain Malik. Lo tahu nggak Zain Malik? Dia tuh artis
Irlandia 20 tahun yang gantengnya wow bukan maen. Dia salah satu personil One
Direction. Tahu nggak? Cari aja di google! Umurnya aja masih 21 tahun kok
selisih 3 tahun ama gue jadi masih dibilang pantes kok. Cuma pekerjaannya aja ya
cuma tukang ojek makanya anak-anak ngledeknya segitunya banget sampai nggak
masuk akal. Padahal gue bilangin tukang ojek tuh halal dibanding maling ma
nyopet ngerti. Bang Supri besok mau gue jadiin model kok,” bela Gladis ke
Supri.
“Iya gue tahu,
Supri tuh keliatan dari hidungnya ganteng tapi itu dulu kalau sekarang mah
mungkin udah enggak.” Lanjut Sasa dalam percakapan.
“Kok dulu sih?
Sekarang juga iya kok! Karena sekarang jadi tukang ojek? Iya sih dulu Bang
Supri juga pernah bilang ke gue kaatanya dia dulu anak dirut tapi perusahaannya
bangkrut gitu aja. Alah Elo tuh sama jahatnya kaya yang lain.” Marah Gladis
sambil pergi meninggalkan Sasa.
Selama tiga
bulan ini semua anak di sekolah meledek Supri dan Gladis dengan perkataan
semacam itu dan sangat tidak masuk akal menurutnya. Namun selama tiga bulan
itu, Gladis selalu menahan marah dan tetap humoris senyum sana-sini seperti tak
ada dendam dalam hatinya. Tapi tidak untuk saat ini, karena menurutnya ini
sudah keterlaluan.
“Anak-anak kok
lucu ya? Ngatain Bang Supri tua. Buta semua kali anak-anak. Oh gue tahu
cowok-cowok di sini nggak suka gue jadian ama Bang Supri karena mereka sakit
hati cintanya nggak gue terima. Hehe. Kalau cewek-cewek pasti mereka iri karena
nggak bisa kaya gue punya cowok yang gantengnya kaya bule nyasar. Hoho!”
Celoteh Gladis bicara sendiri sambil pasang muka sok cantik.
Perkataan
teman-temannya memang sudah keterlaluan, terutama Joni yang cintanya pernah
ditolah oleh Gladis.
“Hai Nenek cantik, kakeknya kok nggak
dibawa ke sekolah,” ledek Joni ke Gladis.
“Ah apaan sih Lho Jon, panggil dia Aak
Supri! ‘kan enak bunyinya. Daripada Kakek itu nggak enak orang dia cuma selisih
tiga tahun ke kita masak dipanggil Kakek.” Bantah Gladis ke Joni.
“Heh Aak? Gue nggak setua itu kales.
Nih gue bilangin Aak Supri mukannya mirip banget ama engkong gue. Istri engkong
gue udah jadi almarhumah. Mendingan Lo kalau gue saranin nikah ama engkong gue
orang mukanya hampir mirip sama pacar Lo sekarang jadi Lo bisa jadi nenek gue
deh,” Ledek Joni ke Gladis.
“Udah sakit nih orang?” bantah Gladis
sambil masih tersenyum.
“Iya maksud gue ‘kan baik untung nenek
gue udah meninggal,” sambil tertawa Joni masih melanjutkan ledekannya.
“Maksud Lho apa?” marah Gladis
benar-benar garam sambil mengeluarkan jurus jotos ke muka Joni.
Terjadi perdebatan sengit antarmereka
meskipun ada beberapa anak yang lalu lalang sambil meledeki Gladis dan tak
ingin melerai. Joni yang kesakitan kena hantaman jotos dari Gladis merasa kapok
dan mengaduh meskipun tak marah dibuatnya.
Akhirnya Gladis memutuskan untuk
mengenalkan Supri ke keluarganya. Sudah tiga bulan ini Gladis diam-diam dan
memang belum mengenalkan Supri ke keluarganya karena takut keluarganya akan
marah akibat profesi Supri yang sebagai tukang ojek. Tapi menurut Gladis
usianya sudah bukan anak kecil lagi karena sudah 18 tahun jadi tak masalah jika
dia mengenalkan seorang cowok ke keluarganya.
Orang tuanya yang sudah tak sabar
ingin bertemu dengan calon menantunya sudah mempersiapkan matang-matang acara
ini dengan mengadakan acara makan besar bersama kedua puluh anggota
keluarganya. Keluarga rempong ini sampai memakai seragam kebersamaan mereka
baju batik dengan motif sama berwarna ungu. Penyambutan kepada calon menantunya
diadakan sehabis maghrib dan pasti akan menjadi acara makan malam yang
menyenangkan.
Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu
pun akan dimulai. Semua anggota keluarga berkumpul di meja besar berdiameter 3
meter. Suasana rame seperti reunian meskipun ini memang yang terjadi biasanya.
Kursi yang biasanya memang sudah diberi nomor untuk masing-masing setiap
anggota keluarga terdapat satu kursi kosong untuk calon menantunya itu. Semua
anggota keluarga sangat penasaran dengan wajah pacar Gladis yang sering Gladis
ceritakan mirip Zain Malik itu, terlebih sepupu perempuan dari Gladis yang
semuanya masih remaja dan sangat ngefans dengan Zain Malik. Namun tamu undangan
tak kunjung datang bahkan waktu telah menunjukkan bahwa KW unggul Zain Malik
ini sudah telat hampir satu jam.
“Gimana ini sih? Jadi nggak Vani mau
pergi ke mall ni?” celoteh dari salah satu sepupunya.
Mendengar celotehan dari salah satu
sepupunya Gladis semakin tak enak hati terlebih semua keluarganya pasti juga
berpikir demikian. Akhirnya semua mulut berbicara persis burung berkicau tak
beraturan. “Nduk mana to masmu? Mama udah nggak sabar ini nglihat guantenge
calon menantuku?” tanya Mama Gladis yang tak sabar sambil disenggol pundaknya
oleh suaminya. Gladis pun memilih pergi dan menunggu Supri di pintu gerbang
rumahnya.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang,
Supri datang dengan motor bututnya sambil teriak-teriak sebut nama Gladis.
Tanpa pikir panjang Gladis langsung menggeret Supri dan tak sabar ingin
mengenalkannya ke keluarganya. Detik yang ditunggu pun tiba layaknya drama
dalam televisi ketika Gladis menggeret Supri dari balik dinding dan sampai ke
hadapan semua anggota keluarga. Sontak semuanya kaget seperti orang kagum dan
sok. Sisil pun tersenyum dan tersanjung.
“Kok yang dibawa malah kakeknya? Ya
Supri kemana? Ada sesuatu ya Kek sama Supri?” tanya salah satu sepupu cowok
Gladis.
“Kok kakek sih Riko? Ini yang namanya
Supri yang mirip Zain Malik itu.” Jelas Gladis ke semua anggota keluarga.
Mendengar apa yang dibilang Gladis
sontak semua keluarga saling berjamaah berpelukan. Aliran darah mereka mendadak
berhenti begitu pula dengan detak jantung mereka. Mereka berbisik satu kuping
ke kuping yang lain, ada yang menanagis, bahkan ada yang seperti orang
kesurupan karena melotot ketakutan. Mereka tak percaya dengan apa yang terjadi
saat ini. Suasana menjadi gaduh dan kacau. Mama Gladis justru menangis dan
memilih duduk tak percaya bahwa seperti pada dirinya ada suatu yang salah dalam
mendidik anaknya.
“Ini pacarmu Dis? Nggak salah? Tanya
papa ke Gladis dengan tenang.
“Ya iyalah Pa. Kalian jangan kagum
gitu dong. Biasa aja kali,” ucap Gladis merasa tersanjung.
Supri pun hanya tersenyum dengan kedua
tangannya yang dipenggang Gladis. Begitu pula Kakek Udin, Kakek Gladis dari
pihak ibu justru mendekati Supri sambil merangkulnya. Ia berkata, “kelingan
jaman nomku.”
“Ini serius pacar Lo Dis? Buta Lo ya?
Atau mau buat keluarga kita mati berdiri? Lo ngeyel sih mendingan cowok yang
pernah gue jodohin ke Lo? Begok sih Lo malah milih yang model ginian?” kata
Vani sambil mendekat ke Gladis.
“Eh apaan sih Lo? Cakepan cowok gue
daripada cowok yang pernah Lo kenalin ke gue tahu. Itu tuh kalo sepupu yang
suka sirik. Njodohin gue ama cowok pakai rok model gituan. Gue tahu Lo ngefans
banget sama Zain Malik tapi ‘kan nggak segininya.”
“Susah Lo kalau dibilangin. Kalau
waktu itu gue bener nggak tahu kalau ternyata cowok yang gue kenalin ke Lo itu
tiba-tiba ngondek. Gini nih karakter anak tunggal susah dibilangin.” Bantah Vani
ke Gladis.
“Nggak usah ngelak Lo! Lo tuh dari
dulu sirik ke gue. Buktinya dari gaya rambut sampai ke ujung kaki semuanya Lo
selalu pengin nyamain ke gue. Terus kalau gue minta apa ke bokap gue selalu
ikut-ikutan. Sirik ‘kan Lo?” tuduh Gladis ke Vani.
“Nggak usah bahas yang dulu sekarang
udah nggak. Kurang ajar Lo!” marah Vani geram.
Akhirnya keributan terjadi. Gladis dan
Vani saling jambak-menjambak berusaha menyakiti saudaranya. Kedua saudara ini
memang sering bekelahi meskipun ada rasa saling menyayangi antara keduanya.
Semua keluarga berusaha melerai perkelahian ini. Supri yang orang baru justru
terdiam tidak tahu-menahu.
Peristiwa ini terhenti ketika Nenek
Suci, sesepuh rumah ini merasa kesakitan karena penyakit jatungnya kumat.
Semuanya berhamburan saling menolong Nenek Suci dan berusaha membawanya menuju
ke mobil untuk menuju rumah sakit. Semuanya menyalahkan Gladis. Papa Gladis
sebagai anak tertua justru mengusir Supri dan begitu pula Supri langsung pergi
meninggalkan rumah ini.
Sampai tengah malam Gladis menangis
karena merasa acaranya berantakan dan menyalahkan dirinya atas penyakit
neneknya yang kambuh. Namun lama kelamaan ia tertidur dengan pulasnya.
Waktu telah menunjukkan pukul 09.00
pagi. Ia lupa kalau hari ini bukanlah hari libur. Mungkin karena saking
terpukulnya atas peristiwa tadi malam sehingga ia lupa untuk bangun. Bangun
dari tidurnya ia langsung memandangi foto-foto di sekelingnya. Terdapat
pemandangan aneh dalam ruangan kamarnya. Banyak sekali hiasan dinding foto
kakek-kakek tua yang menempel dengan rapinya.
Tiba-tiba terdengar suara mamanya yang
masuk dalam ruangan, “udah bangun kamu Nduk?” tanya mamanya yang masuk ke
ruangan bersama anggota keluarga lain.
Ruangan menjadi sesak dan penuh karena
diisi oleh semua anggota keluarga ditambah 5 sahabat Gladis di sekolah beserta
Joni. Di situ Gladis menangis dan sadar bahwa ternyata selama tiga bulan ini
Gladis telah dipelet sampai klepek-klepek oleh seorang kakek-kakek tua yang
berprofesi sebagai tukang ojek. Ia sadar betapa bodohnya selama ini. Mamanya
sambil memeluk Gladis menceritakan keadaan yang sebenarnya. Bahwa ternyata satu
minggu lalu Sasa datang ke rumah itu lalu menceritakan tentang apa yang terjadi
dengan Gladis. Sontak semua keluarga khawatir. Dan atas idenya Vani dalam waktu
satu minggu ini semua anggota keluarga kecuali Gladis tidak boleh keluar malam
untuk mendoakan Gladis hingga pukul 21.00. Gladis tidak pernah tahu karena ia
justru lebih sering keluar malam sama Supri.
Gladis sadar atas kesalahan yang ia
perbuat. Ia memeluk erat Vani karena Vani lah yang selama ini sering ia ajak
duel. Dan bergegas ia ingin menjenguk neneknya di rumah sakit.
TAMAT
Tag = #cerpen komedi #cerpen remaja
#cerpen lucu #cerpen Bahasa Indonesia #Cerpen anak Muda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar