Rabu, 30 September 2015

Essay Pendidikan : Pendidikan Bukan Pelatihan Mental Buruh


Sebagai penerus bangsa, usia muda perlu dipersiapkan sedemikian rupa untuk mencapai kualitas tertinggi dalam rangka mencapai kemajuan bangsa. Salah satu persiapan terefektif yaitu dengan pendidikan. Seperti termuat dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa datang. Hal ini merujuk langsung bahwa seolah-olah pendidikan sebagai hal wajib yang harus ditempuh oleh penyandang usia muda di Indonesia. Secara formal, hal itu terlaksana dalam jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Dukungan pemerintah sudah terangkum dalam gerakan Wajib Belajar Dua Belas  Tahun.

Apa yang diperoleh dari usia kanak-kanak hingga remaja akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan dewasanya nanti. Hal ini terjadi karena kesadaran manusia mulai meningkat. Diperlukan pendidikan yang menyenangkan bagi mereka sebagai subyek pendidikan. Mengingat usia muda memiliki memori otak yang sangat tajam sehingga ingatan tentang pengalaman akan tersimpan lebih lama. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa apa yang diperoleh saat usia ini akan sangat berpengaruh terhadap masa depannya nanti.
Diperlukan langkah yang terencana secara sadar untuk menghilangkan kesan bahwa belajar adalah sejarah suram di usia muda peserta didik. Sedikit menyinggung Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), pendidikan harus menerapkan aspek learning is fun dengan upaya memotivasi siswa untuk terus belajar. PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student-centre learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar mereka tidak merasa terbebani atau takut. ( Rusman, 2010:321).
Tetapi rupanya model PAKEM hanya tinggal konsep yang sebatas tertulis dengan tinta. Meski tak layak dibilang sedikit, tetapi masih banyak sekolah yang menerapkan pendidikan adalah proses berlangsungnya pelampiasan wewenang seorang guru terhadap siswa. Siswa merasa takut dan terbebani akan proses pendidikan.
Kesan anak bodoh menjadi hal yang wajib dihindari seluruh siswa. Siswa berlomba-lomba mencari nilai terbaik meskipun harus ditempuh dengan jalan curang. Tuntutan dari berbagai pihak untuk mendapatkan peringkat pertama, diterima kerja dengan gaji besar, atau diterima di sekolah lanjutan atau perguruan tinggi favorit ikut menjadi alasan utama akan hal ini. Inilah potret pendidikan di Indonesia yang seakan belum lengkap tanpa aksi saling contek terutama saat Ujian Nasional. Contoh yang nyata terjadi di saat pelaksanaan UN hari kedua pelajaran Matematika di sebuah SMA swasta di Indramayu dan sekolah lainnya. Hal ini sudah jelas disebabkan oleh rasa takut. Imbas langsungnya menyebabkan pendidikan menjadi proses yang menyeramkan dan mengiyakan kekuatan nilai ijazah berkuasa. Logika orang-orang sudah beralih dari pendidikan sebagai proses menuntut ilmu menjadi proses pencarian nilai dan mutu tersurat.
Kasus kekerasan seorang guru terhadap siswa juga kian menjamur di Indonesia, termasuk kasus bulling dari senior terhadap junior. Masih ada kesan bahwa guru adalah manusia dengan kekuatan super power yang berlakon seolah-olah menjadi bos bagi siswa. Siswa menghormati guru karena takut bukan karena segan. Hal ini menggambarkan masih banyak guru di Indonesia yang tidak begitu terampil mencerminkan kompetensi kepribadian.
Seakan mimpi buruk bagi pelajar di Indonesia yang dipaksa untuk belajar 42 jam perminggu atau 1680 jam pertahun untuk SMP dan SMA. Tentunya ini sangat menyiksa psikologis para murid yang lazimnya hanya memiliki efektifitas berlajar dalam waktu 1/6 x 24 jam atau setara 4 jam perhari. Jika terjadi demikian masih ada pertanyaan mengapa adanya sistem belajar lima hari dalam seminggu. Siswa harus belajar dari jam 07.00 pagi hingga pukul 16.00. Belum lagi tugas dan pekerjaan rumah yang segudang. Siswa harus kehilangan waktu bermainnya dan seperti merasakan capeknya karyawan yang bekerja lembur. Belum lagi siswa juga harus kehilangan waktu belajarnya di malam hari setelah kemampuan otak dan tenanganya dihabiskan di sekolah siang. Efeknya siswa merasa dipaksakan dan mengaggap pendidikan sebagai latihan mental buruh.
Betapa tidak efektifnya waktu belajar murid di Indonesia. Waktu belajar memang tinggi dalam hal kuantitas namun masih rendah dalam hal kualitas. Siswa yang notabenenya hanya bisa menurut tidak bisa mengelak sistem pendidikan yang sudah terlanjur salah kaprah. Sistem yang dinilai kurang efisien karena unggul dalam hal jumlah namun masih tidak kompeten dalam hal mutu. Sangat memprihatinkan jika pada tahun 2011 UNESCO telah memutuskan Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara.
Kompetensi guru di Indonesia juga masih dibilang rendah. Metode seorang guru dalam mengajar murid hanya itu-itu saja. Meskipun cara mengajar guru satu dan guru lain berbeda namun masih dibilang sangat monoton. Akhirnya murid merasa bosan dan mencapai puncak kejenuhan. Selain itu, banyak guru di Indonesia yang hanya mampu mencerdaskan siswa sebatas pada tingkatan knowledge. Siswa dipaksa menghafal dan mengingat materi yang seabrek tanpa paham arti dan maksud apa yang dihafalkan tersebut. Menurut taksonomi Bloom tingkatan knowledge adalah tingkatan paling rendah dan masih jauh dari taksonomi-taksonomi belajar di atasnya. Alhasil siswa hanya cerdas pada saat menjelang ujian saja dan melupakan apa yang dipelajarinya setelah ujian selesai. Siswa menjadi sungkan belajar jauh hari sebelum ujian karena takut lupa. Hal ini menyebabkan tidak asing lagi istilah SKS atau Sistem Kebut Semalam.
Sistem pendidikan yang merampas kebahagian para usia muda harus segera diusaikan. Tuntutan mendapat nilai bagus, kekerasan dalam dunia pendidikan, beban belajar yang terlalu tinggi, serta keharusan menghafal materi yang terlalu banyak sangat mengganggu jiwa psikologis peserta didik. Jangan lagi ada istilah MKKD atau Masa Kecil Kurang Bahagia. Jika diberlangsungkan terus-menerus akan mengganggu keberlangsungan hidup generasi muda di masa mendatang. Tidak aneh jika masih banyak koruptor yang berterbangangan serta setumpuk kasus kekerasan dan kriminalisasi. Konsekuensi logisnya adalah Indonesia akan terus mencetak para generasi dengan mental buruh yang kental. Generasi  yang siap disuruh di derasnya persaingan zaman.

Peningkatan Kompetensi Guru
Seorang guru mempunyai empat kompetensi mengajar, diantaranya kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Semua kompetensi harus benar-benar dikuasai guru agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Dibutuhkan kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara meluas dan mendalam. Seorang guru harus mampu memahami karakter peserta didik. Tidak semua peserta didik memiliki konsentrasi belajar dalam jangka waktu yang lama dan tidak semua peserta didik memiliki daya hafal yang tinggi. Jika demikian tentunya tidak dibenarkan jika penguasaan peserta didik terhadap materi hanya sampai tingkat hafalan. Jika nantinya ilmu yang dipelajari saat ini hanya untuk dilupakan rasanya pendidikan terkesan percuma. Siswa harus mampu menguasai materi pelajaran dari tingkatan knowledge, comprehenssion, aplication, analysis, syntesis, hingga evaluation. Semua itu sudah jelas merupakan tugas dan tanggung jawab profesional sebagai guru. Untuk menghasilkan kualitas lulusan dengan kemampuan hingga evaluation, salah satu cara yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Sebagai contoh, guru yang harus menjadi tauladan yang baik dan menghindari segala bentuk kekerasan di dalam kelas. Seorang guru adalah figur orang tua di sekolah. Sangat tidak patut jika guru bertindak secara keras di sekolah karena bisa menimbulkan efek trauma terhadap siswa. Guru harus bersikap ramah dan sabar dalam menyampaikan materi terhadap siswa. Berperanlah seperti teman bagi peserta didik. Ini akan menimbulkan kesan keramahan dalam dunia pendidikan.

Kreativitas Guru dalam Menerapkan Metode Pembelajaran
Guru harus memiliki kemampuan menciptakan metode pembelajaran yang variatif. Metode pembelajaran yang monoton dapat menimbulkan efek jenuh terhadap siswa dan hasilnya siswa tidak mudah menyerap pelajaran. Ciptakan nuansa bermain dalam dunia pendidikan. Metode ceramah yang terus menerus dapat membuat peserta didik tidak terkesan terhadap pembelajaran dan sangat berpengaruh terhadap ingatan. Guru bisa menerapkan metode pembelajaran yang terus berganti dengan memandang bagaimana sifat materi yang disampaikan. Dimulai dari ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, pemberian tugas dan resitasi, karya wisata, tanya-jawab, eksperimen, sosio drama, serta problem solving.
Seorang siswa akan belajar dengan sendirinya tanpa dipaksa jika kesadaran belajar telah tertanam kuat dalam dirinya. Guru wajib memberi motivasi belajar kepada siswa agar tumbuh kesadaran belajar. Pemaksaan justru menimbulkan efek enggan untuk belajar. Salah satu caranya yaitu dengan menciptakan metode pembelajaran yang menyenangkan serta menimbulkan efek penasaran terhadap isi dari materi.
Belajar dengan alam akan menimbulkan kesan positif terhadap siswa. Siswa diberikan beberapa masalah yang relevan dan menimbulkan efek penasaran. Hal ini akan melatih kemampuan problem solving setiap siswa. Untuk menemukan solusi dari masalah siswa dapat diskusi, karya wisata, eksperimen, dan cara yang lainnya. Dengan begitu siswa akan menganggap belajar adalah permainan dan tidak lagi paksaan yang menjadi beban.

Kemampuan Guru dalam Mengkategorikan Materi

Seorang guru harus mampu menentukan mana materi yang penting dan mana materi yang kurang begitu penting. Perhatikan dengan seksama prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip keajegan. Tidak semua materi diberikan mentah-mentah kepada siswa agar siswa tidak merasa kebingungan dan harus belajar sampai pagi saat menjelang ujian. Guru mengajari siswa materi yang sulit hingga paham betul dan selebihnya memberi motivasi siswa untuk terus belajar dengan kesadaran sendiri. Membuat mind maping dirasa rumus terjitu untuk memudahkan siswa belajar. Hafalan sudah tidak zaman dan mulailah mengajak siswa bagaimana berpikir kritis. Toh, negara ini tidak butuh mereka dengan daya hafal tinggi terhadap angka-angka atau teks pidato, tetapi mereka yang mampu berpikir kritis dan paham betul mana yang benar dan yang salah.

Tidak ada komentar: