Selasa, 14 Juli 2015

SINOPSIS CHEAT CHAT BINGO



Sutradara            : Jason Iskandar
Produser             : Jason Iskandar
Penulis                 : Jason Iskandar
Kamera                : Nino Gading
Editor                   : Dimas Jayarana


                Cheat Chat Bingo adalah sebuah film dokumenter produksi tahun 2009. Film garapan Jason Iskandar memang mengambil tema tentang pendidikan yang ada di Indonesia. Cerita dari film ini bermula dari sebuah SMA Kristen, yaitu SMA Kanisius.
                Menyontek merupakan pekerjaan yang  sudah tidak asing lagi bagi siswa-siswi di Indonesia. Seperti sebuah tradisi yang turun-temurun dan mungkin sangat susah untuk dibasmi. Mereka saling tukar jawaban, bertanya jawaban kepada yang lain, melirik jawaban teman, atau juga sistem hashtag code. Juga bagi mereka yang individualis, membawa catatan kecil, buku atau LKS, ataupun browsing di internet itu sudah biasa. Di mana ada kesempatan atau mata guru menghadap ke yang lain, contek-menyontek mulai beraksi sehingga muncul pepatah “posisi menentukan prestasi”. Mereka mencari tempat duduk paling belakang dimana tempat paling strategis untuk mencuri jawaban teman. Tanpa peduli sanksi ataupun dosa mereka lakukan demi mendapat nilai tinggi.
                Tapi bagaimana jika sanksi ketahuan menyontek berakibat fatal seperti dikeluarkan dari sekolah? Ya inilah peraturan yang ada di SMA Kanisius. Sekolah dengan semboyan “lebih mujur dengan usaha jujur”. Dan inilah kronologi dari film ini.
                Suatu hari, matahari di pagi bersinar terik. Suasana di SMA Kanisius nampak hikmat menampakkan suasana upacara  di pagi hari. Sang pater sedang berpidato di hadapan anak-anak.
                Sekolah dengan bermacam-macam peraturan. Tapi entah mengapa di sekolah Kanisius ini mencotek seperti perbuatan paling terburuk dari segala perbuatan tercela. Seorang siswa yang ketahuan mencontek di saat ulangan, tanpa ampun akan dikeluarkan dari sekolah ini. Tapi bagaimana dengan yang hanya diduga mencontek? Ya termasuk mereka yang sebenarnya tidak bermaksud mencontek tapi diduga mecontek akan tetap dikeluarkan dari sekolah. Hal ini terjadi karena seorang yang tertuduh tidak boleh memberikan proses pembelaan. Seperti yang dialami oleh seorang siswa SMA Kanisius, Tigor Pangaribuan. Pada bulan Febuari 2008, Igor harus dikeluarkan dari sekolah karena kasus mencontek tanpa ada pembelaan.
                Ceritanya panjang, di saat remedi matematika Igor dan teman-temannya sedang mengerjakan ulangan tersebut. Usut-punya usut, ternyata soal tersebut sudah bocor dan anehnya justru gurunya yang mengasih soal ulangan tersebut untuk kemudian di fotokopi dan dibagikan kepada siswanya. Posisinya, anak-anak di dalam kelas tersebut sudah bisa menjawab soal tersebut. Namun malangnya Tigor, karena rasa penasaran dan ketidakpercayaan pada dirinya mengharuskan dia nekat dan bertanya jawaban nomor 2 ke sebelahnya yang jelas-jelas Tigor sudah selesai mengerjakan. Siswa yang ditanya pun diam saja, entah karena apa. Hingga akhirnya siswa tersebut melempar kertas  ke Tigor. Tigor pun langsung menutupi kertas tersebut dengan tasnya.
                Sedangkan cerita dari saksi lainnya, Gregorius Deo berkata bahwa suatu hari guru matematika, Bu Dina memberikan soal matematika kepada Alfa untuk kemudian di fotokopi. Kemudian soal tersebut difoto oleh beberapa siswa, Martin dan Kristian. Akhirnya jawaban soal pun menyebar. Meskipun jawaban sudah menyebar, rasa ketidakpercayan pada diri sendiri mebuat Tigor bertanya ke Martin di saat ulangan. Hal itu membuat Martin melemparkan kertas yang isinya tentang kunci jawaban. Kunci jawaban tersebut pun ditutupi Tigor dengan sebuah tas untuk melindungi sahabatnya si Martin yang sudah mencuri kunci jawaban tersebut. Malangnya, hp pun bunyi dan membuat Bu Dina datang menghampiri dan tragis, beliau melihat kunci jawaban tersebut.
                Tigor pun menganggap bahwa tidak 100% kesalahan ada padanya. Dia melakukan kesalahan di saat temannya melakukan kesalahan. Tapi dia juga berbuat kebenaran untuk melindungi temannya di saat temannya berbuat kebenaran untuk membantu temannya yang sedang membutuhkan. Tapi memang rasa tidak percaya diri Tigor tetap yang menjadi pusat kesalahan.
                Memang pada dasarnya menyontek adalah tindakan tidak terpuji. Seperti bibit korupsi. Tapi mengapa siswa-siswi memiliki kecenderungan untuk menyontek. Memang ada yang mengaku belum pernah menyontek sedari SD. Tapi hal yang unik adalah di sekolah lain ketahuan menyontek hanya diberi surat peringatan sedangkan di SMA Kanisius yang ketahuan menyontek langsung harus ucapkan selamat tinggal  kepada sekolah tanpa upaya pembelaan. Ada juga yang mengaku menyontek karena tidak mengerti tentang pelajarannya. Kemudian agar mendapat nilai bagus dan tidak harus melakukan pengulangan. Mereka berusaha mendapat nilai bagus karena pemenuhan tuntunan kepada orangtua. Selain itu untuk mendapat raport yang bagus sehingga mudah mendapat perguruan tinggi nantinya dan pekerjaan yang bagus.
                Hingga suatu ketika seorang siswa ingin menemui pater atau pimpinan sekolah untuk melakukan klarifikasi tentang peratuan menyontek serta memintai pendapat mereka tentang fenomena kebiasaan menyontek di kalangan pelajar. Sangat sulit dimintai keterangan, dari mulai tidak mau menjawab hingga tidak mau menemuinya secara langsung. Pernah siswa tersebut, Jason Iskandar mencoba menemui pater sesuai janji namun hasilnya tetap nihil hingga ditunggu sampai sore hari dan para pegawai sudah pulang. Memang sulit bertemu dengan petinggi di sini, entah karena terlalu sibuk atau karena enggan menemui.
                Memang aneh SMA Kanisius. Peraturan tertinggi seperti ada pada larangan untuk menyontek. Bahkan pernah seorang siswa yang ketahuan mencuri hp temannya tapi tidak dikeluarkan dari sekolah. Padahal jelas-jelas mencuri dan menyontek itu hampir sama dimana ketidakjujuran menjadi penyebab utama. Tapi mengapa mencuri dibebaskan sedangkan menyontek yang sebenarnya banyak dilakukan oleh kalangan pelajar langsung dikeluarkan. Sudah jelas mecuri itu dapat dipidanakan sedangkan mencontek tidak bisa tapi mengapa sekolah menitikberatkan pada kasus mencontek hanya alasan karena yang mencuri HP itu orangnya penyakitan.
                Ada seseorang yang mengaku tidak mencontek karena dia belajar bukan untuk mencari nilai tapi karena dia ingin mencari ilmu. Dia bependapat bahwa nilai seseorang bukan karena nilainya bagus tapi bagaimana dia bersikap. Dia mengutarakan teman-temannya mencontek karena tekananan dari orang tua.
                Dalam film diutarakan beberapa metode siswa dalam mencontek, seperti menaruk catatan di paha. Melihat kemajuan teknologi ada juga yang langsung buka internet. Dan yang paling spektakuler adalah kejahatan masal yang dilakukan oleh siswa-siswa dalam  satu kelas, dimana semua siswa saling janji untuk membuat kode jawaban sebelum ulangan. Caranya adalah Jika jawaban A maka “anulir”, jika jawaban B, maka “besok aja kerjain”, kalau jawabannya C itu “cari aja sendiri”, kalau jawabannya D itu “dianulir”, dan kalau E itu “enggak usah dikerjain”. Hal itu dilakukan seolah suara keluhan atau canda seorang siswa di saat ulangan berlangsung kemudian siswa yang lain menjawab untuk seolah merespon candanya namun sebenarnya memberi tahu jawaban. Memang paling kompak kelas dari Yunadi Yustinus ini.
                Kembali ke kasus Tigor. Dimana hari keputusan drop out untuk Tigor akan diumumkan. Perasaan Tigor seperti orang yang sebenarnya tidak pantas mendapat pembelaan. Dia harus diintrogasi dengan pertanyaan yang sama dan terus berulang-ulang. Hingga suatu saat dimana Tigor langsung bertanya mengapa kasus ini hanya diperlama tapi tetap saja pater tersebut masih bertanya dengan pertanyaan yang sama. Pernah sekali pater tersebut menyuruh Tigor menulis pada surat pernyataan tentang kejadian sebenarnya namun hasilnya hanya tuduhan bahwa 100% kesalahan ada pada si Tigor.
                Ibu dari Tigor mencoba menemui  pater untuk mengklarifikasi mengapa masalah ketahuan mencotek harus dibesar-besarkan. Tapi dahsyatnya, pernyataan si pater itu malah seakan-akan kesalahan Tigor itu terletak pada ketahuan menyontek bukan karena menyontek. Hal itu seperti seakan-akan ada peraturan bahwa menyontek itu diperbolehkan asal tidak ketahuan. Tentunya juga muncul tebakkan banyak kasus mencontek hanya saja tidak ketahuan. Sekolah seakan melatih kemahiran siswa untuk menyontek tetapi tidak tertangkap dan menghukum bagi mereka yang ketahuan karena tidak lulus dari ajarannya. Ibu Tigor pun langsung menyatakan bahwa mereka yang menyontek tapi tidak ketahuan adalah mereka yang pantas menjadi pemenang.
                Merasa tidak puas, Tigor bersama ibunya menemui pemimpin pater untuk mengklarifikasi masalah ketahuan mencontek Tigor. Tapi ternyata pemimpin tersebut justru menyatakan bahwa beliau tidak tahu-menahu masalah Tigor. Padahal sudah 4 bulan masalah ini dibahas. Terlihat tidak ada komunikasi secara vertikal di dalamnya. Seakan pater bawahan menutupi masalah ini agar tidak sampai ke telinga pater atasan.
                Suatu hari Jason mencoba menemui Bapak Darmaningtias, seorang ahli pendidikan untuk dimintai pendapat tentang dunia pendidikan di Indonesia. Beliau berpendapat mencotek pada anak disebabkan rasa tidak percaya diri juga beban seperti tuntutan pada anak. Tanggapan beliau berkenaan dengan aturan di SMA Kanisius adalah bukan masalah setuju atau tidak setuju tetapi memandang bagaimana persetuan kedua-belah pihak mengenai peraturan tersebut. SMA Kanisius juga seharusnya memadang bahwa kasus menyontek itu sebenarnya ikut tindakan kejahatan atau pelanggaran. Beliau hanya menghimbau pihak sekolah untuk mengevaluasi peraturan yang berlaku.
Pesan Moral      :
Kejujuran itu harga mutlak yang harus dijunjung tinggi pada setiap orang terkhusus bagi kaum terpelajar.  Meskipun terkadang kita harus melakukan tindakan yang salah demi kebaikan orang lain tapi tetap saja kejujuran adalah nilai mati.
Rasa percaya pada kemampuan diri sendiri perlu ditanamkan sedini mungkin.
Ukuran dan nilai seseorang di mata orang lain bukanlah dari nilai di sekolah tapi bagaimana kita mampu bersikap terpuji.
Seseorang yang dengan jabatan tinggi belum bisa dibilang sempura atau dengan kata lain tidak pernah melakukan kesalahan tapi tetap saja ada peluang bagi mereka ataupun kita untuk melakukan kesalahan karena sebenarnya kesalahan tempatnya ada pada manusia dan tidak ada manusia yang sempurna. Jadi berhati-hatilah untuk bersikap.
Bagi kaum pelajar, jangan pernah sia-siakan kepercayaan orang lain yang menganggap pelajar adalah orang yang berilmu tapi buktikan bahwa kita adalah orang yang berilmu yang bersikap dan nilai yang terpuji.
Pemain dan Perwatakan             :
Jason Iskandar                 : Kreatif dan mempunyai rasa penasaran yang tinggi
Tigor Pangaribuan         : Kurang percaya diri, setia kawan, tukang menyontek
Pater                                     : Kurang bertanggungjawab, kurang tegas
Martin                                  : Tukang menyontek, oportunis, setia kawan
Agustinus Bambang       : Jujur
Nico Rahardian                : Jujur, percaya diri
Yunadi Yustinius             : Tukang nyontek, kompak, kerjasama, cerdik
Darmaningtias                 : Bijaksana

Tidak ada komentar: