Senin, 21 September 2015

Salah Jurusan Bukan Salah Masa Depan


Sistem penerimaan peserta didik di perguruan tinggi memang sangat berbeda dengan sistem penerimaan di SD, SMP, maupun SMA. Itu sudah jelas, karena sistem pendidikan dan manajamen pendidikannya saja juga berbeda. Tidak hanya itu, meskipun materi yang diajarkan juga hampir menyerupai namun untuk materi di peguruan tinggi itu lebih mendalam, meluas, dan praktis tentunya ketimbang sewaktu di bangku sekolah. Gue bisa bicara seperti itu karena gue pernah juga menjalani keduanya.

Nah sistem penerimaan di perguruan tinggi seolah-olah calon mahasiswa tidak mempunyai 100% wewenang untuk memilih jurusan yang mereka ingini. Misalnya begini, di tahun 2013 waktu gue, calon mahasiswa hanya diberikan 4 prodi pilihan dengan 2 perguruan tinggi di jalur undangan dan 3 prodi dan perguruan tinggi pilihan di jalur tertulis. Kebetulan gue dulu masuk di kampus gue lewat jalur tertulis. Nah pilihan gue dulu Matematika univ A di pilihan pertama, Teknik Komputer univ B di pilihan kedua, dan Pend. Akuntansi di univ C untuk pilihan ketiga. Kebetulan gue masuk di pilihan ketiga. Meskipun  gue hanya bisa masuk di pilihan ketiga, tapi itu resmi hasil dari ujian tertulis gue dan gue sangat bersyukur saat itu.

Nah ini nih yang bisa menyebabkan mahasiswa yang diterima di perguruan tinggi justru tak bahagia. Mereka merasa salah jurusan dan akan berpengaruh terhadap masa depan mereka nantinya. Tugas gue di sini adalah mencoba untuk menyadarkan kalian-kalian yang merasa salah jurusan lalu merasa salah masa depan. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan gue aja sih. Doain aja berhasil.
Satu hal yang harus kalian pahami, Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kalian inginkan. Kalian bersikeras untuk masuk jurusan yang kalian sukai tetapi Allah berkehendak lain. Kalian merasa jurusan yang kalian sukai itu ialah yang terbaik. Padahal jurusan tempat kalian diterimalah yang sebenarnya terbaik. Tanya kenapa? Harus gue jawab? Ya iyalah karena Allah lebih tahu mana yang terbaik buat hamba-Nya ketimbang kita yang hanya bertugas menjalankan.
Banyak temen gue di kampus dari beberapa jurusan yang merasa salah jurusan. Kalau gue ceritain mungkin bakal banyak banget dan panjang urusannya. Jadi sampel aja ya.
Yang pertama temen gue inisial S. Nah dia ini SMA IPA tapi masuk jurusan designer. Dia merasa salah jurusan karena harus berurusan dengan gambar-menggambar. Padahal dengan namanya dunia gambar-menggambar, sedikit pun tak ia pahami dan senangi. Awalnya dia minat banget masuk jurusan komputer. Tetapi ternyata Allah berkehendak lain. Di sinilah ia harus tanggap, berjuang, dan selalu bersikap positif. Dia dipaksa untuk senang dengan dunia gambar-menggambar. Dan mungkin ini sebagai kesempatan yang diberikan Allah kepadanya untuk belajar. Dari nggak bisa menjadi bisa. Semester awal ia mendapatkan IP sedikit jon. Tapi lambat laun ia menjadi sadar bahwa mau tidak mau harus menyenangi jurusannya itu, dan sedikit demi sedikit prestasinya semakin naik.
Yang kedua adalah temen gue yang masuk jurusan tata boga. Bagai mimpi buruk ia masuk jurusan itu. Kebetulan temen gue ini hanya terima bersih saat mendaftar di perguruan tinggi dan ia masuk di universitas lewat jalur undangan. Ia minat banget sama jurusan Bahasa Inggris. Mungkin ini hanya perintah Tuhan agar ia mau belajar hal yang lain. Dan menjadi seseorang dengan keahlian memasak. Dengan begitu ia tak harus putus asa. Bisa tetap belajar Bahasa Inggris yang dibarengi belajar memasak. Gampang emang buat ngomong tapi susah dijalanin. Tetapi jika ia bisa ngomong sekaligus menjalankannya yang dibekali komitmen tinggi maka jadilah dia seorang chef yang bisa ngomong Bahasa Inggris. Seperti di Master Chef aja gitu.
Gue saranin yang merasa salah masuk jurusan jangan pernah merasa salah masa depan deh. Karena ada tiga hal penting yang menurut gue bisa mendasari pernyataan gue.
Belajar itu wajib
Belajar itu bisa di mana pun. Bisa di sekolah atau madrasah, bisa di perpustakaan, bisa di warnet, bisa di musium, dan bisa di mana pun. Kalau belajar di bangku kuliah itu ibarat belajar formal yang diakui lalu mendapat gelar. Apa kalian belajar hanya karena butuh pengakuan? Lalu bagaimana dengan ilmunya. Jangan sampai ada lagi belajar hanya butuh gelar jika kenyataannya sudah banyak gelar sarjana yang bisa dibeli. Coba tengok, siapa yang nggak marah kalau ijazah saja diperjualbelikan kecuali mereka yang langsung menjadi sarjana hanya modal uang 2 juta, 3 juta, dan seterusnya.
Jadi intinya di mana pun kalian belajar, tetaplah belajar di jurusan kalian tetapi jangan lupa ciptakan kemampuan lebih diri kalian. Misalnya di bidang apa yang kalian senangi. Nggak mudah zaman sekarang punya kemampuan standar seperti yang lain. Apalagi di zaman semakin minimnya lapangan pekerjaan. Biarkan bidang yang kalian pelajari tersebut mendapat pengakuan meskipun tidak disenangi diri kalian. Tetapi percayalah jika memang kalian seorang pembelajar, lambat laun pasti akan menjadi senang terhadap jurusan tersebut. Jangan lupa juga, tetap belajar di bidang yang kamu senangi agar menjadi nilai plus-plus buat kalian. Misalnya ya seperti tadi, menjadi seorang chef yang bisa ngomong bahasa inggris.
Bersyukur dan Berusaha Menyenangi
          Gue pernah baca di salah satu artikel bahwa ternyata rasa syukur yang ada pada mahasiswa berpengaruh positif terhadap indeks prestasinya. Coba terus berupaya untuk menimbulkan rasa syukur pada diri kalian agar menyenangi pelajaran apa yang dipelajari. Ibaratnya bidang yang kalian senangi adalah cinta pertama tetapi bidang kuliah kalian adalah cinta kedua. Bisakah kalian berbuat adil? Memang yang pertama sulit dilupakan tetapi tak menutup kemungkinan yang kedua ambil posisi di hati kalian.
Rasa senang itu akan muncul jika memang kalian merasa tertantang dan penasaran. Ciptakan penasaran itu guys. Untuk menciptakan penasaran itu gampang. Teruslah berusaha mencari tahu apa yang di dalamnya. Bisa kita mulai dari langkah pertama. Minimal membaca sampul buku di bidang teresebut sudah menimbulkan rasa penasaran lho. Atau kalau tidak, cobalah browsing-browsing tentang apa itu jurusan tersebut. Jangankan tahu isi dalamnya, kalau menengok saja enggan. Ingat lhoh usaha ini berhasil jika kalian lakukan dari hati bukan paksaan. Jadi saran gue lakukan ini pada saat mood kalian sedang membaik. Kalau belum juga membaik bisa deh kalian refreshing dulu.
Banyak yang bekerja lintas jurusan.
Ini yang gue bilang kenapa kalian harus tetap belajar di bidang yang kalian suka di sela-sela jurusan kalian saat ini. Jadilah multitalent karena nggak ada hal positif yang berakhir sia-sia. Selain belajar itu wajib, juga bisa menjadi nilai plus buat kalian guys. Gue bilang seperti ini karena bisa saja seseorang yang bekerja lintas jurusan tetapi justru bekerja di bidang yang ia senangi. Faktanya enggak ada pekerjaan yang lebih menyenangkan ketimbang pekerjaan yang sesuai hati nurani. Ini fakta guys. Banyak yang bilang seperti itu. Ayo mumpung mulai dari nol, bisa deh kalian lakukan seperti ini. Bisa saja waktu masuk kuliah, kalian merasa salah jurusan tetapi ciptakan kenyataan bahwa waktu diterima kerja sama sekali tidak salah bidang. Bisa di bidang yang sama dengan jurusan waktu kuliah bisa juga di bidang yang riil kalian senangi.
Realitanya banyak orang yang bekerja lintas jurusan. Dulu mbak-mbak temen PKL gue ada yang jurusannya pendidikan biologi malah jadi CS di BRI. Malah ada juga yang jurusannya peternakan malah jadi tellernya. Ada juga yang jurusannya teknik kimia juga sama jadi CS. Mungkin itu seperti terpaksa. Tetapi ingat kita juga butuh makan. Nggak hanya cuma bisanya minta ke orang tua. Jadi kalau menurut gue, apa pun pekerjaannya yang penting halal. Ya meskipun sambil lirik-lirik. Kali aja dapet pekerjaan yang lebih layak dan nyambung dengan jurusan di kuliah. Yang penting jangan sampai nganggur. Kalau gue bilang banyak mereka yang nyari pekerjaan enggak dapet-dapet karena pilah-pilih dan gengsi. Ini nih yang menyebabkan banyak sarjana nganggur.
Ya mungkin itu saja yang dapat gue share. Semoga kalian yang merasa salah jurusan lalu salah masa depan bisa deh agak sedikit terobati. Ingat lhoh Tuhan memberikan hamba-Nya sesuai kebutuhan bukan keinginan dan itu artinya jurusan yang kalian ingini belum tentu yang terbaik untukmu, dan mungkin itu hanya keinginanmu. Belajarlah keduanya untuk menjadi nilai plus-plus bagi kalian. Jika kamu terus berusaha maka akan muncul rasa syukur dan menyenagi apa yang kamu kerjakan. Jadilah seorang pembelajar. Realitanya banyak dari mereka yang bekerja lintas jurusan kok.

          Okay ini yang dapat gue share. Maaf ya kalau banyak yang salah, entah itu secara eksplisit maupun implisit. Atau kalau masih kurang bisa deh kalian tambahi di kolom komentar biar lengkap gitu dan yang lain bisa menjadi semakin tahu. Indahnya sharing bukan? Terimakasih sudah membaca. Semoga bermanfaat. Bye...bye...

Tidak ada komentar: