Senin, 21 September 2015

Essai : Sukses Sebuah Proses Berkualitas



Siapa ingin sukses? Adalah pertanyaan retoris yang semua orang barang tentu mendambakannya. Definisi sukses sangat tergantung dari pribadi manusia masing-masing. Yang harus kita ketahui sukses adalah sebuah pencapaian hasil sesuai tujuan secara efektif dan efisien. Berawal dari situ kita simpulkan bahwa ukuran sukses sangat berdasar dari tujuan sedangkan tujuan seseorang dengan orang lainnya akan berbeda satu sama lain.

Tapi yang perlu kita heran, mengapa hampir semua orang di dunia ini menitikberatkan sukses sebagai pencapaian materi. Apakah hampir semua orang di dunia ini semata-mata bertujuan hidup untuk materi? Padahal hakikat kehidupan manusia ini tidak lain hanya sementara. Masih ada kehidupan setelah kehidupan yang kita jalani saat ini. Kenyataannya, harta tidak akan dibawa mati.

Misal seseorang berdasi dengan gaji ratusan juta tiap bulan yang berteman akrab dengan seorang guru bergaji rendah tiap bulannya. Sudah tidak lain orang-orang akan menilai kesuksesan lebih dimiliki si dia yang berdasi. Hal itu jelas keliru. Dalam hal materi, dia yang berdasi lebih bergelimang daripada si dia yang menjadi guru dengan gaji pas-pasan dan hidup sederhana. Namun bagaimana dengan kesuksesan yang telah dicapai? Mungkin bagi dia yang berdasi yang selama ini berkeinginan menjadi diriktur dengan ratusan milyar di rekeningnya sudah pasti akan menilai dirinya lebih sukses dibanding temannya yang menjadi guru, tetapi tidak untuk si guru. Si guru dengan cita-cita mulia ingin mengabdi kepada nusa dan bangsa, mencerdaskan anak bangsa, dan menularkankan kepandaiannya kepada bibit-bibit bangsa serta telah mewujudkannya menganggap hidupnya lebih berarti dan lebih sukses daripada temannya yang menjadi direktur. Itulah yang harus kita garisbawahi bahwa sukses bukanlah pencapaian materi melainkan pencapaian hasil sesuai tujuan.
Tetapi ternyata hierarki sukses yang salah kaprah telah kira terapkan dan mendarah daging sehingga meracuni mindset yang kita pegang. Jika Anda tidak termasuk itu berarti Anda termasuk orang beruntung. Banyak orang bangga akan harta yang mereka miliki. Mulai dari seorang anak yang bangga dengan harta orang tua sampai ke para istri yang senangnya bukan kepalang dengan suami yang kaya raya. Semua itu menjadikan mereka materialistik, memperhitungkan laba dan rugi sedemikian rupa tanpa segan menerapkan jiwa sosialis dalam hidupnya. Mereka pamer dengan barang mewah dan limited edition tanpa berkeinginan melirik mereka yang masih hidup berkesusahan. Jiwa yang kehausan akan uang jika diterapkan dalam jangka waktu lama akan merusak moral mereka. Jalan instan dengan cara kotor mulai menjadi alternatif yang ditempuh untuk mewujudkan keinginannya.
Kesuksesan membutuhkan proses dan bukanlah sebuah pencapaian yang terwujud melalui satu tindakan. Kesuksesan membutuhkan bertahap-tahap langkah yang kompleks baik pikiran maupun tindakan. Banyak yang harus bertaruh mengorbankan kehilangan nalar untuk berspekulasi demi meraih kesuksesan melalui jalan instan. Kita lihat dalam hal keuangan, semakin banyak yang berinvestasi di internet tanpa harus bekerja tapi gaji bulanan tetap datang dan cepat membuat kaya. Bicara masalah pendidikan, banyak juga yang bersaing mendapatkan nilai bagus dengan jalan curang dan tanpa belajar. Semua itu juga jika ditelusuri lebih lanjut bertolak dari kekayaan dengan berbagai latar belakang. Ketika seorang bertindak curang dalam belajar demi nilai bagus itu bisa saja karenan kekhawatiran tidak mendapat pekerjaan karena selama ini banyak pekerjaan yang membutuhkan mereka yang pintar dengan kriteria nilai bagus. Atau bisa saja dari mereka yang merupakan anak orang kaya. Kuatir akan nilai buruk setelah mendapat tuntutan dari orangtua karena orang tua gengsi jika ternyata anaknya lebih “bodoh” daripada mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu. Ada juga mereka yang medapat beasiswa, harus mempertahankan nilai mereka agar tidak turun sehingga beasiswa tidak dicabut dan masih mendapat sokongan dana untuk pendidikan meskipun terkadang ada beberapa dari mereka harus bertindak curang. Jika kita telisik lebih dalam, sebagain besar betitik pada materi. Namun, apakah semua usaha di atas itu berkah.
Sukses itu butuh proses, yang tidak didapat hanya dengan kedipan mata. Proses yang dimaksud adalah proses dengan visi yang jelas, berkualitas, dan cepat. Visi yang akan kita raih harus jelas dan sesuai dengan hati nurani bukan kehendak orang lain. Sering dari kita bertindak bukan berasal dari panggilan jiwa dan alhasil hasil yang diperoleh akan ala kadarnya. Bahkan seorang mahasiswa akan kuliah semaunya saja jika kuliahnya hanya menjalankan keinginan orangtua atau merasa salah jurusan.
Mungkin sebagian dari kita pernah berkata, “Mungkin ini bukan jalanku?” atau “Aku belum dapat feelingnya.” Mungkin perkataan tadi akan terlintas ketika kita tidak bertindak sesuai keinginan kita. Meskipun jika sudah terlanjur ada baiknya kita sedikit berjuang dan harus memaksa. Kita boleh berjuang namun jangan pernah melampau batas yang kita miliki. Untuk itu agar semua itu tidak terjadi, tentukan visi yang jelas dan sesuai kata hati.
Proses yang kita jalani juga harus berkualitas. Bahkan ada beberapa pendapat bahwa kualitas itu lebih penting dibanding kuantitas. Seseorang yang ingin menjadi pengusaha sukses namun selama ini tidak ada perhitungan yang pas dalam dia berbisnis menjadikannya butuh waktu lama untuk mencapai kesuksesan. Ada juga yang ingin menjadi pengusaha sukses yang dengan proses berkualitas mengkombinasikan antara bakat, belajar, dan mawas diri lalu mau memperbaiki diri menjadikannya menjadi sukses, menghidupi dirinya dan hajat orang banyak.
          Kualitas yang telah terbina akan menjadikan kesuksesan tertunda jika pekerjaan kita sedikit melambat. Filsafat Jawa mengatakan “alon-alon waton kelakon” yang artinya pelan-pelan asal terlaksana. Mungkin filsafat itu sudah kurang berlaku di tengah kerasnya persaingan ini. Ingat persaingan sehat dengan menerapkan jiwa kemanusian begitu penting untuk memacu terpenuhinya kesuksesan manusia. Ada suatu penawaran perkerjaan yang hanya berlaku untuk satu orang. Jika kita lambat dalam bekerja sudah barang tentu kita akan tersingkir dan alhasil akan melongo meratapi nasib yang harus dihadapi.

          Material bukanlah satu-satunya ukuran untuk meraih kesuksesan karena ada banyak ukuran tergantung dari tujuan masing-masing orang. Kesuksesan adalah suatu hasil yang sesuai tujuan dan diukur melalui betapa efektif dan efisien kita mencapainya. Kita selama ini lengah karena sudah marak orang berpendapat kesuksesan hanya semata-mata bertolak dari materi. Semua itu membuat kita seakan ingin instan, mengerjakan segala sesuatu ala kadarnya, dan sungkan untuk bekerja keras. Padahal sukses butuh proses dengan visi yang jelas, kualitas, dan kecepatan.

Tidak ada komentar: